Mengupas Film The Tinder Swindler: Alasan di Balik Simon Melakukan Flexing

Jika dulu perilaku pamer dianggap tabu, tidak pantas dilakukan, dan berusaha dihindari, namun kini perilaku flexing sudah menjadi hal yang umum dilakukan terutama oleh para pengguna media sosial.  Beberapa waktu yang lalu, marak terdengar informasi di media sosial mengenai beberapa tokoh yang melakukan flexing untuk keuntungan pribadi, seperti Indra Kenz yang nyatanya pamer kekayaan miliknya untuk menarik orang mengikuti investasi bodong di mana dirinya menjadi afiliator.

Advertisement

Selain itu banyak public figure yang pamer kendaraan, perhiasan, barang branded, rumah, hingga gaya liburan mewah yang di posting di media sosial sudah menjadi konsumsi sehari-hari netizen di dunia maya. Contoh flexing lainnya sempat di kupas dalam film dokumenter berjudul The Tinder Swindler, film ini mengangkat fenomena flexing dari sisi berbeda dengan sangat menarik.

Pada tanggal 2 Februari 2022 Netflix merilis sebuah film dokumenter berjudul The Tinder Swindler, Film The Tinder Swindler disutradarai oleh Felicity Morris. Film ini diadaptasi dari kisah nyata mengenai kehidupan seorang pria bernama Simon Leviev yang menipu banyak wanita melalui salah situs kencan online bernama Tinder.

Salah satu korban Simon adalah Cecilie Fjelhoy, seorang wanita asal Oslo Norwegia. Cecilie menceritakan bahwa saat melihat profile Simon di tinder ia sangat tertarik dengan foto-foto yang memamerkan kehidupan mewah seorang Simon Leviev, wajah yang tampan serta kehidupan yang mapan membuat Cecile tertarik dan sweep right.

Advertisement

Benar saja saat mereka bertemu dan memulai kencan, Simon diawal memberikan banyak hal seperti diajak mengendarai jet pribadi, makan malam di hotel mewah, pergi berlibur ke luar Negri, dan banyak hadiah yang mahal. Namun, suatu hari Simon mengungkapkan bahwa dirinya sedang dikejar-kejar oleh orang jahat dan meminta Cecile untuk meminjam uang di bank hingga puluhan juta dollar.  Diakhir cerita dikelaskan bahwa sampai saat ini uang tersebut tidak pernah dibayarkan kembali oleh Simon dan Cecile harus tetap melunasi hutang tersebut karena semua hutang menggunakan nama pribadinya.

Sebuah pertanyaan besar untuk kita semua, Mengapa Simon melakukan flexing? Berikut adalah beberapa penjelasan nya :

Advertisement

1. Reward dari perilakunya

Dalam film The Tinder Swindler Simon mendapatkan reward berupa barang-barang branded dan gaya hidup mewah yang diterimanya lewat penipuan di tinder tersebut. Selain itu, wanita-wanita banyak yang mengagumi nya sebagai sosok yang sempurna karena citra tampan dan kaya yang dibuatnya. Dalam psikologis perilaku Simon mengarah ke teori operant conditioning, dimana sebuah tingkah laku akan diperkuat apabila individu menerima reward yang diharapkan.

2. Kebutuhan untuk dihormati

Maslow (1943) menyebutkan bahwa kebutuhan dasar manusia salah satunya adalah harga diri, dimana pada individu harga diri dibagi menjadi 2 komponen yaitu harga diri dan rasa hormat yang diterima dari diri sendiri juga dari orang lain. Rasa hormat dapat diperoleh dari orang lain lewat prestis dan pencapaian.

Sebuah studi dari Gemini V. Joy P. S. James (2012) menyatakan bahwa terdapat peningkatan harga diri seseorang yang menggunakan barang branded dipengaruhi oleh pandangan, penilaian, dan kesan positif dari orang lain. Hal yang sama juga dilakukan oleh Simon Leviev di mana, ia memamerkan barang branded yang ia punya untuk meningkatkan harga dirinya dan mendapatkan kesan positif dari orang lain.

Selain itu, flexing bisa sebagai bentuk mekanisme pertahanan diri seseorang. Salah satu ciri mekanisme pertahanan diri yaitu menolak atau mendistorsi kenyataan (Hall dan Lindzay, 1993), dimana seseorang yang melakukan flexing memamerkan kekayaan mereka di mana sebenarnya hal yang dipamerkan bukan sebuah kenyataan.

3. Striving for Superiority

Ditinjau dari latar belakang keluarga, Simon memiliki keluarga yang sangat sederhana. Hal tersebut terlihat dari tempat tinggalnya di sebuah apartemen sederhana di Israel, kemudian ia memiliki tujuan untuk bisa sukses, dikagumi, dan hidup nyaman sehingga pada akhirnya Simon berusaha untuk menjadi superior dengan melakukan perilaku flexing. Dari teori Adler striving for superiority berarti seseorang menunjukkan sebuah usaha dalam mencapai sebuah kesuksesan. Namun, Simon melakukannya dengan cara yang salah.

4. Tipe kepribadian manipulatif –  Dark triad personality

Simon melakukan manipulasi terhadap beberapa korban wanitanya untuk mendapatkan keuntungan pribadi, yaitu memperoleh harta kekayaan dan kehidupan mewah dari perbuatannya tersebut. Dalam psikologi kepribadian yang dimiliki Simon termasuk dalam kepribadian Dark Triad, spesifiknya yaitu tipe machiavellianisme.

Seseorang yang memiliki kepribadian machiavellianisme biasanya memiliki pesona pribadi yang menawan, namun mereka menggunakannya untuk mengambil keuntungan dari orang lain. Mereka berpikir bahwa diri mereka pantas untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan dan membuat pembenaran atas perilaku mereka.

Dari beberapa hal yang sudah dijabarkan di atas, kita bisa mengetahui bahwa seseorang memiliki alasan dibalik perilaku flexing yang dilakukan. Pada kasus Simon perilaku disebabkan dari faktor internal seperti kebutuhan untuk dihormati, keinginan untuk menjadi superior, dan dari tipe kepribadian yang dimiliki. Sedangkan dari faktor eksternal yaitu reward berupa barang mewah dan pengakuan dari orang lain.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

Penikmat buku dan perjalanan

CLOSE