Menjamah Rindu, Melalui Satu Kata, ‘Qobiltu’

Sebagai makhluk, sudah menjadi fitrah bagiku dan bagimu, yang dikaruniai akal pikiran dan nafsu. Tidak dapat kita pungkiri jika terkadang nafsu itu pernah begitu menggebu. Menuruti ambisi, dan kerap kali mendustai kata hati.

Advertisement

Kamu, subjek rinduku yang masih 'abu-abu'. Tidak mengapa jika saat ini Dia belum mengizinkan kita untuk saling bertemu. Sudah pasti Dia memiliki rencana terbaik untuk mempertemukanku dengan dirimu, di waktu yang tepat, di waktu yang penuh rahmat. Saat ini, sebisa mungkin ku niatkan untuk memperbaiki diri karena Illahi. Karena jodoh bukan hanya soal menanti, tetapi juga soal menyiapkan dan memantaskan diri. Tak hanya memantaskan diriku untukmu maupun keluarga besarmu, namun untuk Dzat yang menggerakkan hati dan jiwa kita hingga menjadi satu.

Mungkin kita seringkali merasa sepi, belum juga dipertemukan dengan sosok tambatan hati. Akan tetapi, tak perlu juga kita menyibukkan diri 'mencari ke sana ke sini' untuk memperjuangkan sesuatu yang belum pasti. Bukankah lebih baik jika waktu penantian ini kita manfaatkan untuk saling memperbaiki diri?

Bukan lagi hubungan tanpa ikatan yang kita inginkan, tetapi hubungan yang bernilai ibadah dan membawa keberkahan. Bukan lagi hubungan yang mendekatkan kita dengan dosa dan zina, tetapi sebaliknya, yang menjadikan ladang pahala dengan rida-Nya. Bukan apel di malam Minggu, tetapi kedatanganmu ke rumah untuk bertemu dengan waliku yang ku tunggu. Bukan sebatang cokelat atau hadiah-hadiah lain yang umumnya membuat wanita terpikat, tetapi ketulusan niat untuk sebuah akad yang menjadikanku yakin bahwa kamulah orang yang tepat.

Advertisement

Nanti, ketika dirimu dan waliku saling berjabat, dengan satu kata, "Qobiltu", ku harap kamu bersungguh-sungguh untuk menerimaku, separuh dari tulang rusukmu. Aku dengan segala kekurangan dan ketidaksempurnaanku. Mungkin tak banyak yang dapat ku lakukan untuk memenuhi segala inginmu. Akan tetapi, atas kesanggupan dan pertanggungjawabanmu atas diriku yang cukup berat itu, aku akan berusaha menjadi seorang makmum yang terbaik bagimu.

Semoga jika nanti telah tiba saatnya, kita mampu meniti waktu bersama sesuai skenario Sang Kuasa. Menjamah rindu, merenda asa, bahagia sehidup sesurga.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang yang ingin menjadi penulis, dan masih terus belajar untuk menulis. Bercita-cita untuk melanjutkan studi ke Negeri Kincir Angin, Belanda.

CLOSE