[CERPEN] Menunggumu dalam Diam

Biarlah tetap menjadi rahasia, tentang rasa dan tentang cintaku

Benarkah ini yang namanya cinta? Entahlah, yang kutahu setiap bertemu denganya detak jantungku tak lagi seirama. Aneh sekali, bukan? Padahal baru beberapa kali bertemu, tapi perasaan itu sungguh sangat mengganggu. Aku sering senyum-senyum sendiri, saat dengan sembunyi-sembunyi mengintip akun sosial medianya. Sekedar ingin tahu kabarnya, meski jarang menyapa walaupun sedang sama-sama online.

Advertisement

Pernah beberapa kali ada obrolan lewat inbox, berbagi cerita, tawa dan canda. Dan setelahnya, aku sendiri yang menerka-nerka perasaan aneh yang berkecamuk di hatiku. Mungkin saja angin yang terlalu lembut menyampaikan pesan, pada harap yang kusemai di setiap sujud malamku. Namun aku tak berani mengatakan, hanya memendamnya dalam dalam. Sebab dia pun masih biasa-biasa saja, bahkan kadang terkesan dingin.

Perasaan aneh itu aku pendam hampir setahun lamanya, masih mengakar bahkan kian berkembang. Dan setahun itu aku mulai merawat rindu di taman hatiku; kepadanya. Hingga suatu senja, di kala langit merona jingga, dia datang membawa kabar gembiranya, seketika langit mendadak mendung, hujan mengambang di langit hatiku.


Aku tak tau sebagai apa aku dihatimu, tapi sebagai apapun aku dihatimu aku bangga setidaknya aku selalu bersamamu.


Advertisement

"Herman, aku sedang jatuh cinta, sungguh aku mengaguminya."katamu dengan suara penuh syahdu, namun serasa bagai petir yang menyambar telingaku.

"Selamat ya Dewie, akhirnya kau menemukan pujaan hatimu. "jawabku, dengan segera memalingkan wajah kecewaku agar tak nampak olehnya, lalu dengan susah payah aku sunggingkan senyum. "makasih Her, aku bahagia banget walau masih terbentang jarak! Ucapnya menjelaskan. "Dekatkanlah dengan doa Wie, semangat ya, perjuangkan bahagiamu itu!

Advertisement

Aku selalu berusaha menyemangatinya, ketika dia mulai menyerah, aku sembuyikan segala perasaan cemburuku. Aku tak ingin sahabatku kecewa. Biarlah dia merawat mawar yang sedang tumbuh di berandanya, sebab aku tahu, dia sangat menginginkan keindahan dan kebahagiaan ada di hari-harinya.

Kau gak usah cemburu Her, biarkan dia bahagia dengan cintanya. Pendam dalam-dalam perasaanmu itu, dia hanya menganggapku sahabat, tak lebih dari itu! lirihku membathin.



***



Seminggu sudah tak ada lagi kabar dari Dewie, mungkin dia sudah lupa sama aku, atau dia sedang sibuk dengan kebahagiaannya. Baru saja terlintas tentangnya, tiba-tiba dia datang menyapaku kembali.

"Her, apa kabarmu? Aku sedang bingung neh, rasanya kebahagiaan itu selalu jauh dari hidupku!

"Alhamdulillah baik. Emangnya kenapa Wie? Tanyaku penasaran.

"Nggak tau Her, dia wanita yang selalu bikin aku penasaran, diamnya mengundang banyak tanya, aku takut cintaku bertepuk sebelah tangan!"

"Sabarlah Wie, ungkapkanlah perasaanmu jika kamu suka sama dia, awas bisa tumbuh jerawat loh! ucapku dengan sedikit canda.

Dewie pun tersenyum, dan aku hanya mampu memandang senyumannya. Ah, senyuman itu… senyuman yang selalu menggetarkan hatiku.



"Her, bisa tolongin aku nggak?" ucapan Dewie mengagetkan lamunanku.

"Tolongin apa Wie, kalau saya bisa, kenapa nggak?

"Buatin aku puisi cinta!" balasnya.

Degg!!! Serasa ada pukulan mendarat ke dadaku, sesak! Bagaimana bisa dia menyuruhku membuatkan puisi cinta, untuk wanita yang dia kagumi lagi. Ya ampun!

Lama aku tak menjawab pesan Dewie, entah kenapa ada yang jatuh dari kedua mataku. Aku menangis, kenapa bisa?

"Her, kenapa diam? Please, hanya kamu sahabatku yang paling baik, paling ngertiin aku!" ucapnya lagi.

"Baiklah sahabatku, akan aku buatin puisi cinta untukmu!

"Setiap pagi membuka mata ada kerinduan yang menjelajahi hatiku kerinduan yang amat tinggi menyentuh langit-langit hatiku sebuah kerinduan yang ingin membasuh bukitbukit jiwamu semoga wajahku dapat tenggelam di kelopak matamu ketahuilah kasih. Wajahmu kini mengelilingi dinding dinding pikiranku!"

"Makasih Her, kamu memang sahabatku yang paling baik, paling cantik, paling ganteng! Ucapnya dengan nada sedikit merayu. hehe

***

Setelah kepergiannya, hari-hariku kembali sepi. Namun tidak dengan rindu dan cinta yang aku miliki, semakin hari semakin bertambah kepadanya. Padahal sudah jelas, Dewie telah mempunyai kekasih. Ah, entahlah!

Hampir sebulan aku dan Dewie tanpa saling bertukar kabar. Dan aku mulai bosan dengan rumahku sendiri. Aku memilih tempat lain untuk mengasingkan diri, setidaknya mencari sebuah ketenangan. Tapi mungkin sudah menjadi takdir Tuhan, di rumah baru, aku kembali bertemu Dewie.

Kita semacam sepasang kekasih yang telah lama tak bertemu, begitu dia mengungkapkan perasaan rindunya kepadaku. Hehe. Padahal kita hanyalah sahabat lama. Ada kebahagiaan tersendiri, karena sepanjang obrolan, Dewie tak menyebut soal kekasihnya. Biarlah tetap menjadi rahasia, tentang rasaku, tentang cintaku, biarlah hanya Allah yang tahu. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Nikmati lezatnya rasa dan peristiwa yang terbalut kata-kata

CLOSE