Menyikapi Kisruh dan Konflik Sepak Bola di Indonesia

   Sekarang sepak bola Indonesia bahkan tertinggal jauh dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara seperti Thailand, Vietnam bahkan Filipina.

Garuda di dadaku, itulah kata-kata yang selalu diutarakan saat Tim Nasional Indonesia berlaga di kancah dunia dan membawa nama Indonesia di dalamnya. Dahulu kala Tim Nasional Indonesia di juluki sebagai macan asia, dimana dulu kala Timnas kita sangat ditakuti oleh para negara-negara asia lainnya. Bayangkan 15 sampai 20 tahun silam, Tim Nasional Indonesia mampu menyaingi negara-negara hebat di asia lainnya seperti Arab Saudi, Qatar, China, hingga Jepang. Bahkan negara Indonesia menjadi satu-satunya wakil Asia Tenggara yang mampu bersaing di kawasan Asia dengan juga di dorong oleh dominasi Thailand. Tetapi lihatlah sekarang ini, khususnya mundur di 5 Tahun belakangan.

         Di era ini bisa dibilang Indonesia sedang tertidur di tengah kemajuan pesat negara-negara lain dalam bidang sepak bola khususnya di kawasan Asia Tenggara. Saat ini bahkan Tim Nasional Indonesia untuk sekedar lolos dari fase grup turnamen AFF Suzuki Cup yang notaben saingannya adalah negara-negara di kawasan Asia Tenggara saja susah, apalagi untuk melaju ke turnamen sebesar AFC Asian Cup yang notaben diisi oleh pesaing negara-negara yang pesepakbolaannya telah maju jauh dibandingkan dengan negara kita yaitu Indonesia. Dulu kita memang bisa bersaing di level Asia, tetapi seiring berjalannya waktu negara-negara lain berbenah, sedangkan negara kita seakan seperti jalan di tempat atau bahkan hanya diam saja menyikapi perkembangan dalam hal sepak bola negara-negara lainnya.

            Sekarang sepak bola Indonesia bahkan tertinggal jauh dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara seperti Thailand, Vietnam bahkan Filipina. Negara-negara tersebut menjadi wakil Asia Tenggara di ajang sepak bola terbesar di kawasan Asia yaitu AFC Asian Cup. Lantas kemanakah Tim Nasional Indonesia? Siapakah yang patut di evaluasi atas minimnya prestasi yang di hasilkan Tim Nasional Indonesia di era belakangan ini? Apakah pelatih? Pemain? Yang harus diperbaiki adalah pondasi dari Tim Nasional kita yaitu federasi yang disebut PSSI.

                   Masyarakat Indonesia banyak yang menyerukan PSSI Bisa Apa? Kalau kita lihat selama 10 tahun belakangan ini ada banyak faktor yang menghambat Tim Nasional kita untuk maju diantara yakni kisruh dari dalam diri PSSI sendiri. Mulai dari korupsi, dualisme federasi, sepak bola gajah, serta ketidakjelasan kompetisi di dalam negeri ini yang berujung dibekukannya federasi PSSI oleh FIFA. Ini lah faktor faktor yang menghambat Timnas kita untuk maju dan untuk berjaya di level internasional. Kasus yang terbaru adalah match fixing yang merupakan praktik kotor sepakbola di liga Indonesia, parahnya lagi hal ini dilakukan oleh “orang-orang dalam PSSI dan para petinggi PSSI.

                   Sekarang bagaimana sepak bola kita akan berkembang, jika federasi sepakbola di negara kita saja kurang sehat? Menurut penulis, hal yang harus dibenahi ialah federasinya terebih dahulu baru dapat menghasilkan dan dapat membentuk Tim Nasional yang bagus dan dapat dikembangkan dari usia muda sampai ke senior. Cinta bangsa Indonesia terhadap olah raga sepak bola amatlah dalam.  Mereka rela berdesakan antri tiket masuk pertandingan hanya untuk mendukung tim kesayangan mereka berlaga. Serta rela jauh-jauh menempuh perjalanan panjang hanya untuk membuat semangat para pejuang Timnas kita dan merasa mereka tidak sendirian.

                   Tetapi bisa dilihat kinerja federasi sepak bola kita Indonesia yaitu PSSI nyaris dapat dibilang selalu buram. Ditambah lagi mantan ketua umum PSSI yaitu Edy Rahmayadi yang menjabat sebagai ketua umum PSSI dan sebagai Gubernur Sumatera Utara membuat kinerja PSSI menjadi tidak maksimal. Dikarenakan Edy Rahmayadi memantau PSSI dari kejauhan dan Ia tidak bisa menjabat dalam dua kepengurusan sekaligus dan akan membuat salah satu diantaranya menjadi terbengkalai.

                   Belum lagi ada nama lama yang sejak dulu menjabat di dalam kepengurusan PSSI yakni Joko Driyono. Dengan didesaknya Edy Rahmayadi untuk mundur dari jabatan ketua umum PSSI secara otomatis tongkat kepemimpinan Federasi Sepak Bola Indonesia dipegang oleh Joko Driyono, tetapi yang terjadi malah mengejutkan. Mulai dari kebobrokan satu persatu anggota Exco PSSI yang mulai terbongkar, sampai dengan pengaturan skor dalam pertandingan yang melibatkan Joko Driyono sendiri. Hal ini menjadikan Tim Nasional kita bagus di usia muda namun ketika di Tim Nasional senior seperti kehilangan tajinya sebagai Macan Asia.

                   Indonesia sebenarnya memiliki sejuta potensi untuk berkembang dalam hal sepak bola, tetapi hal tesebut belum mampu dimanfaatkan oleh PSSI sebagai federasi. Mereka terlalu sibuk dengan urusan pribadi mereka sendiri. Mereka lebih mementingkan jabatan mereka sendiri bukan kepentingan bangsa Indonesia. Hal ini menyebabkan sulitnya muncul prestasi yang ada ditengah ekosistem yang sarat kekerasan dam kepalsuan terutama dalam tubuh federasi itu sendiri. Dengan perlahan terungkapnya para mafia bola Tim Nasional Indonesia kita mulai bangkit di Usia 22 tahun dengan menjadi juara turnamen AFF U-22 Championship di Kamboja beberapa bulan silam, kedepannya diharapkan dengan adanya kasus ini menjadi titik balik Tim Nasional Indonesia kembali seperti dulu kala dan menbawa Garuda terbang tinggi di kancah Asia maupun dunia.  

Oleh : Aldo Evano (Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Brawijaya)

 

   

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis