Meski Begitu, Aku Masih Menyimpan Harapan pada Sang Kata

Langit malam seakan mengekang kesesakan yang menembus diriku.

"Sesak," itulah kata yang terus terucap dalam bibirku. Rasanya menyesakkan.



Kata, suatu rangkaian yang ditulis untuk membentuk suatu arti.

Kata, menjadi hal terbaik yang menemani setiap rintikan hujan yang kian turun. Tak ada yang bisa dilakukan, hanya dingin malam yang mengembus menemani gelapnya malam.

Kata itu tertulis pada lembaran kosong yang tak bertinta. Gerakan pena yang tergenggam menjadi harapan tuk mengungkapkan perasaan itu.

Manisnya kata, seperti aliran air yang mengalir dengan tenang, meniup embusan pohon yang kian tertahan di sana.

Ya, kata itu benar-benar manis, sangat manis.

Advertisement



"Erika," seketika gerakan tanganku terhenti, menatap kekosongan di depan sana, berharap Ia benar-benar tak menemukannya.

Aku menutup lembaran itu, menyembunyikan agar lembaran itu tak pernah bertemu dengannya.

Deg. Deg. seketika jantungku berdetak dengan kencang, seperti seseorang yang sudah berlari puluhan bahkan ribuan meter.

Trek. Gagang pintu itu terbuka. Seketika aku terdiam, menatap buku di depan dengan berharap, agar Ia cepat pergi.

"Belum tidur?" seseorang itu bertanya padaku, tatapannya lembut, namun begitu menakutkan.

"Belum," jawabku singkat. Aku benar-benar ingin terlapas darinya

"Cepatlah tidur, sudah malam!" suruhnya kepadaku.

"Baiklah" aku mematikan lentera cahaya yang menemaniku di sana. Menutup wajahku dengan selimut, menutup ketakutan yang kian tanpa arti.

"Berhentilah menulis yang tak berguna," Ia menjeda.

"Itu hanya akan membuang waktumu." ucapnya seraya menutup pintu kamarku.

aku terdiam, terpaku pada denting jam yang kian terus berbunyi tanpa henti. menatap kekosongan pada jendela malam, tanpa ada kepastian yang datang.



Bagiku, kata adalah cara terbaik untuk mengungkapkan semuanya.

ya, seperti kekosongan angin yang datang dan pergi.  

aku rasa, tak ada yang salah dengan itu, namun Ia selalu menghentikan langkahku,

"Sesak," lagi-lagi perasaan itu datang, rasanya sesak. Tak ada yang bisa aku lakukan.

hanya itu, hanya itu tempatku bertahan.

"Kali ini, tidak ada yang bisa menghentikannya. Cukup saat itu saja, saat dia benar-benar merenggutnya."

"Maaf, untuk kali ini aku egois. maafkan aku,"

"Benar-benar akan egois."

Kata, mampukah aku mengungkapkan semuanya?

Mampukah aku membentuk rangkaian itu dengan mudah?

tanpa aku yang tak tahu makna sebenarnya.

———–

Advertisement

Tak ada cara untuk bisa melarikan diri. Ketakutan ini seakan menghantui dan mengejar diri ini.

Tidak ada yang bisa aku lakukan.

Advertisement

"Huff," embusan nafasku terasa begitu berat. Kali ini cuaca benar-benar panas, membuat cahaya yang begitu mengkilap, membakar semua yang ada dalam diriku.

Kali ini, aku benar-benar tidak ingin pulang. lantas, aku harus kemana ?

Bersambung.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE