Nan Asing dan Terasingkan

Saat kebungkaman meredam suara suara terdalam dari lubuk hati


Boleh jadi apa yang kita usahakan selama ini dengan dihantui segala pikiran pikiran buruk itu telah membui diri kita, ya menjadi terasingkan dari dunia luar dan sejarah mencatat kita sebagai sesuatu yang asing.


Ada kata yang tak mampu diucapkan bukan karena keterbatasan intelek sang empunya bibir. Jika hati memberi izin, barangkali ia akan meluapkan segala apa yang tersembunyi disana. Tak mengapa, desahnya perlahan tampak mengagumkan : ia dan ketenangannya. Namun, apakah segala kecamuk rasa itu akan meluluhlantakan hatinya yang rapuh ? Akankah moment itu datang suatu hari nanti? Sebab, ia tak kuasa berlari jauh, boleh jadi  kebungkamannya selama ini telah membuat ia asing dengan suaranya sendiri, bagaimana ia akan mengatakan bahwa dirinya baik baik saja. T

idakkah ia merasa itu terlalu kejam karena kebungkamannya membuat ia bahkan tidak menyemangati diri dengan kata kata manis yang sebenarnya mampu ia utarakan ataupun harapan harapan melalui kusyuknya doa. Rintihan hanyalah suara suara lirih…. Suara suara yang memberi latar untuk emosi yang sesaat, lantas mengapa mesti disembunyikan, bila itu tidak seberapa dengan membungkam kata manis untuk diri sendiri.

Wahai diri, janganlah menjadi asing dan terasingkan. Boleh jadi apa yang kita usahakan selama ini dengan dihantui segala pikiran pikiran buruk itu telah membui diri kita, ya menjadi terasingkan dari dunia luar dan sejarah mencatat kita sebagai sesuatu yang asing.

Apa yang memang sekiranya tidak kita kehendaki dari diri kita untuk diketahui dunia luar maka memanglah sepantasnya kita jaga baik baik. Namun, bagaimana kita akan menyikapi akibat dari perbuatan kita itu bukan berarti kita harus menggunakan cara yang sama. Kita akan mencapai titik keberhasilan kita pada saatnya.

Bagaimana kita bisa sebegitu bangganya ketika saat itu datang : kelak, jika saat ini kita sesegukan mengkhianati hati sendiri yang telah lelah. Lama kelamaan kita menjadi asing untuk diri sendiri. Meredam suara suara terdalam dari lubuk hati yang hanya bisa didengar sendiri terasa begitu memilukan karena hari hari habis untuk memikirikannya bahwa mengutarakan butuh pergulatan dengan waktu, butuh nego dengan akal pikiran, ya bagus jika masih jernih jika sekiranya sudah tidak ?!

Menari dan terus menari saja pikiran pikiran buruk itu, memberi atmosfir yang semulanya baik baik saja, yang tampak seperti tricky brain atau manipulative padahal kenyataannya terlalu mengerikan. Memang butuh perbandingan, butuh dunia luar untuk menyadarkan. Dunia yang penuh jejak jejak kehidupan disana sini, yang membekas jejaknya dalam sejarah atau bahkan terjaga kemurniannya dalam budaya yang diturun temurunkan.

Kisah kisah yang menerpa telinga bukan alibi yang tepat untuk setiap tindakan negative karena satu cerita yang sama bisa jadi punya sudut pandang yang berbeda. Berdiri pada tempat sendiri untuk memiliki suatu sudut pandang yang sama bukanlah tindakan aneh karena dunia memanglah luas dan pemikiran yang sama tanpa pernah mengenal sebelumnya akan mendekatkan jarak itu. Kemudian, pada akhirnya keasingan itu tinggalah kosa kata belaka yang memberi istilah terhadap apa yang pernah kita lalui itu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang pelajar yang terus berproses meraih impiannya.