Narasi Panjang Manusia yang Tak Tahu Malu Inginkan Hujan dan Angin di Musim Kemarau

Pada akhirnya manusia berhenti di ruang gelap bernama kesunyian

Ini tak berujung, tak ada akhirnya. Sesuatu yang disuguhkan tanpa hati-hati akhirnya menyambar ke arah yang tidak tepat. Seolah mencoba mematenkan hati pada hujan namun masih inginkan hembusan angin dimusim dingin. Aku bicara tentang manusia yang merana dengan selimut kalutnya, mencoba tegar dan kuat seakaan semua akan baik-baik saja jika senyuman tetap merekah. Nyatanya manusia yang masih rapuh belum siap dengan hal menerima dan melupakan.

Advertisement

Keyakinan manusia hanya sampai diangan-angan tak pasti, ingin memutuskan namun tak berani, inginkan lebih namun tak kuat. Manusia sadar bahwa logika dan perasaan sedang bergemuruh tak karuan. Menginginkan keduanya namun sadar itu tak mungkin. Pada akhirnya manusia berhenti di ruang gelap bernama kesunyian. Berteriak pun tak bisa, habis tenaga, dan tak berdaya. Sekali lagi hanya bisa berharap semua akan temui jalannya.

Ketika ego mengalahkan logika maka tak heran banyak manusia yang tak sadar sedang diserang kalut yang tak karuan, siap menyiksa, siap menerkam dalam dingin. Lantas tak banyak manusia berhasil dari ujian itu. Terus dan selalu saja melalui dan merasakan hal yang sama. Hati manusia berharap hujan dapat memberikan ketenangan namun nyatanya angin dimusim dingin yang tetap diinginkan. Ketika hujan berhenti, hati sang manusia seolah tak bisa mengikhlaskanya dengan angin yang masih terus dipikiran.

Manusia itu yang rumit. Bukan masalah yang membuat semua terasa berat, namun manusialah yang punya peran penting dalam hidupnya. Bimbang! Tak bisa memantapkan apa yang diinginkan hati. Merasa selalu benar, tak bisa memutuskan ikatan dengan tepat. Lalu, pantaskah menerima segarnya hujan dan sejuknya angin dimusim dingin jika manusia masih saja memendam ragu?

Advertisement

Beralasan hati yang kemarau, manusia masih tetap dengan egoisnya berdiri paling depan. Mencoba mencari celah sampai ke sudut hati namun tetap tak menemukan jalannya. Terlihat bodoh dan angkuh, walaupun tau apa dampaknya tapi masih saja sama. Jika saja hati manusia bisa menerima dan melepaskan diwaktu yang tepat, maka kemarau hati akan tergantikan oleh segarnya rasa baru dinginkan hati.

Berjuang itu berat, harus mempunyai mental, dan alasan yang tepat karena sudah memilih jalannya. Begitu pula manusia pernah berjuang terlepas dari ruang hampa entah tak tahu sampai kapan. Manusia hanya ingin mencoba walau sekali. Meski menyakitkan, berjuang itu bukan candaan semata. Manusia selalu mempunyai alasan mengapa masih menginginkan hujan dan angin dimusim dingin disaat kemarau datang. Bukan untuk mempermainkan namun masih membutuhkan waktu untuk memantaskan dan memantapkan kepada siapa hati ini berlabuh. Lalu akankah hujan atau angin dimusim dingin yang datang tepat pada waktunya? Waktu yang akan menjawab segala usaha yang telah dikerahkan. Dan sampai saat ini, manusia masih berada dititik yang sama untuk menanti sebuah jawaban untuk sekedar memiliki hati yang lain.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pemimpi. Sudahlah Jangan Takut Bermimpi. Takutlah Kalau Tidak Punya Mimpi. Tak Ada Tujuan Hidup Nantinya.

CLOSE