Nilai Karyanya, Bukan Penulisnya

Belajar menghargai bukan menghakimi

Menulis itu mudah, membuatnya terbit juga mudah, yang susah itu membuat ia dibaca oleh ribuan mata.

Menulis memang salah satu hobi yang bisa menghasilkan pendapatan, entah itu berupa artikel, puisi, cerpen, novel maupun jenis karya lainnya. Bisa berupa tulisan di sosial media,koran,majalah atau bahkan jenis buku lainnya. Banyak penulis yang sukses dengan karyanya, namun tidak sedikit yang terpaksa harus berhenti di karya pertamanya.

Nasib penulis di indonesia sudah semakin mengkhawatirkan, mereka menghabiskan waktu berhari-hari untuk menulis, bahkan ada yang sampai rela mengorbankan waktu tidur nya demi menyelesaikan tulisannya. Namun, apa yang mereka terima tidak sesuai dengan perjuangan yang mereka lakukan. Baik, di sini kita tidak langsung berbicara tentang royalti yang di dapatkan oleh penulis.

Kebanyakan penulis memang membutuhkan uang, namun tidak semua penulis menggantungkan hidupnya kepada profesi yang satu ini. Yang paling dibutuhkan penulis adalah respon dari si pembaca agar bisa memberikan kritik dan saran atas karya yang telah mereka buat, hal ini bisa dijadikan tolak ukur sekaligus membakar semangat mereka agar menciptakan karya yang selanjutnya, dengan menerima masukan lalu memperbaiki nya tentunya.

Seperti yang telah kita ketahui, masyarakat kita memiliki tingkat keinginan membaca yang sangat rendah, ini merupakan penyebab pertama mengapa banyak sekali karya yang tidak memiliki banyak pembaca. Hal ini mungkin sangat sering dialami oleh penulis pemula yang belum memiliki nama dalam artian belum dikenal oleh banyak orang, karena tokoh penulis sangat berpengaruh atas karya nya.

Ini adalah penyebab yang kedua, masyarakat kita memiliki cara penilaian yang dominan subjektif, sehingga yang mereka lihat itu penulisnya bukan tulisannya. Kini sudah banyak penerbit yang menawarkan paket penerbitan gratis tanpa uang sepeser pun dan mendapatkan royalti yang lumayan jika buku mereka laku terjual.

Penulis pemula bisa dengan mudah menyelesaikan naskahnya kemudian mengirimkannya ke penerbit yang mereka inginkan. Lalu setelah itu? Setelah buku mereka terbit apa yang mereka dapatkan? Keuntungan yang tadi di sebutkan akan mereka dapatkan jika buku mereka laku, jika tidak terjual maka karya mereka hanya akan dinikmati oleh penulis itu sendiri.

"Ah mungkin naskah nya saja yang tidak menarik makanya tidak laku terjual", kerap sekali ucapan itu muncul dari mulut pembaca buku-buku dari penulis ternama. Jelas sekali akan ada perbedaan dari karya penulis pemula dan karya penulis ternama, dari penggemar atau pembaca pun mereka sudah kalah saing. Lalu kalau sudah begini bagaimana penulis pemula akan maju?

Jika pembaca saja tidak memberikan kesempatan untuk mereka mempromosikan karyanya. Perlu diingat, buku yang layak terbit ada seleksi terlebih dahulu, jadi tidak ada buku yang tidak menarik untuk dibaca dari penulis pemula, mereka semua berhak mendapat hak yang sama, hak untuk mendapatkan respon dari tulisannya.

Memang, menjadi penulis yang hebat itu perlu waktu yang lama dan karya-karya yang luar biasa. Namun jika karya pertama saja sudah tidak memiliki pembaca, kecil kemungkinan mereka akan semangat untuk membuat karya yang selanjutnya. Saya harap setelah membaca artikel ini paradigma pembaca akan sedikit berubah, semoga saja hati kecil mereka bisa terenyuh dan lebih bisa menghargai karya dari penulis kecil yang baru lahir seperti mereka.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Menulis dengan hati, semoga mewakili, meskipun tidak semua pengalaman pribadi.