Otis Millburn, Si Cupu Tapi Banyak Ilmu yang Dibutuhkan Kaum Urban

Sosok Otis ini mampu mengatasi permasalahan para klien tanpa menghakimi

Saya memutuskan untuk menonton serial ini karena judulnya, "Sex Eduaction". "Apakah serial ini benar-benar berisi edukasi?" pikir saya. Namun terlihat dari posternya, saya yakin akan ada sentilan komedi di dalamnya. 

Memang, jika hanya membaca judulnya saja, anda mungkin akan berpikir bahwa serial tersebut hanya berisi petuah-petuah layaknya sosialisasi, atau pelajaran biologi. Faktanya, serial terbaru garapan Netflix ini memang dikemas dengan gurauan komedi yang asyik nan jauh dari kesan menggurui.

Di episode pertama memang langsung menampilkan adegan ranjang yang cukup ekplisit. Hal ini sempat memberikan kesan kalau serial ini akan menggunakan pendekatan yang sama tentang remaja dan seks layaknya film-film. Namun nyatanya tidak. Saya akui bahwa di dalamnya memang kental akan pendidikan seks, bahkan saya sendiri mengaku sangat teredukasi setelah melalap habis serial ini. 

Lantas siapakah Otis?

Otis Millburn ialah sang karakter utama, meskipun begitu, serial ini tak melulu bercerita tentang Otis, kok. Melainkan juga tentang kehidupan, persahabatan masa remaja, hubungan seks, orientasi seksual, hingga masalah keluarga ditampilkan dengan sangat blakblakan. 

Bagiamana hubungannya dengan masyarakat urban? 

Masyarakat urban sejatinya adalah mereka yang hidup di daerah perkotaan. Namun, di sini saya khususkan "masyarakat urban" yang berusia muda. Berkiblat dari dunia barat dan modernitas membuat pergaulan dan seks bebas menjadi hal yang lumrah.

Data dari Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), yang dilakukan pada tahun 2017, terungkap bahwa sekitar 2% remaja wanita usia 15-24 tahun dan 8% remaja pria direntang usia yang sama, telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Selain itu data dari Komnas Perlindungan Anak (KPAI) berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan melakukan survei di berbagai kota besar di Indonesia menyatakan sebuah data 62,7% remaja di Indonesia melakukan hubungan seks di luar nikah. Kedua data tersebut sudah cukup untuk menjelaskan bagaimana kehidupan seks sekarang ini. 

Sebenarnya Otis hanyalah seorang murid SMA biasa. Melihat perselingkuhan ayahnya sendiri sewaktu masih kecil membuatnya terkadang merasa jijik akan segala sesuatu yang berbau seks. 

Namun siapa sangka, Otis yang notabene antipati seks ini malah menjadi seorang terapis seks seperti sang ibunda, Jean. Menjadi anak seorang terapis seks, secara tidak langsung memang membuat Otis menjadi mengerti lebih banyak mengenai hal-hal berbau seks, jika dibandingkan dengan teman sebayanya. Ia paham betul seks dalam arti luas. 

Melihat bakat tersebut, teman satu sekolahnya yang bernama Maeve, lantas mengajaknya untuk membuka klinik konsultan khusus tentang permasalahan seks pada remaja.

Awalnya Otis memang agak canggung berhadapan dengan kliennya. Ia merasa kurang percaya diri. Bagaimanapun ia hanyalah seorang remaja cupu yang bahkan tidak pernah memiliki pengalaman tentang seks itu sendiri. Namun hal itu pun dapat diatasi dan lambat laun klien Otis pun semakin bertambah. 

Menurut saya, sosok Otis ini mampu mengatasi permasalahan para klien tanpa menghakimi. Hal itulah yang seharusnya dilakukan oleh para orang dewasa dalam mengatasi masalah seks anak muda. Dengan begitu seseorang akan lebih mudah, tenang, nyaman serta tidak akan merasa terintimidasi.

Seks pada kehidupan remaja kaum urban adalah hal yang lumrah. Di sini Otis dapat memberi kesempatan agar para kaum muda lebih paham tentang seks itu sendiri. Tidak hanya bermodalkan video porno, yang bukan memberi pengetahuan, malah akan memberikan efek kecanduan. 

Otis sendiri jauh dari kesan mesum, saran yang diberikan juga tidaklah tentang cara 'berhubungan' yang baik: Pentingnya Foreplay, bagaimana posisi yang seharusnya dilakukan, dan sebagainya.

Menurut saya, Ia lebih sering mengaitkan problematika seks dengan aspek psikologis. Ia mengajarkan kita bahwa seks tidak hanya sekedar berhubungan, tapi memiliki cakupan yang lebih luas. Seks memang bukan hanya sekedar aktivitas, tindak dan hubungan yang hanya melibatkan dimensi fisikbiologi, akan tetapi juga psikis, sosial, dan spiritual. Seks adalah aktivitas multidimensi, dengan relasi-relasi kompleks nan dinamis.

Di Indonesia sendiri seks masih menjadi hal yang tabu untuk diperbincangkan. Namun dalam serial ini malah diceritakan dengan begitu gamblang. Inilah mengapa sosok Otis menjadi dibutuhkan. Otis mampu menjawab rasa penasaran kalangan remaja ini perihal masalah seks. 

Terlebih, masyarakat Indonesia sendiri telah didoktrin bahwa seks hanya dapat dilakukan setelah menikah. Hal ini membuat masyarakatnya menjadi minim pengetahuan. Meskipun fakta mengatakan bahwa banyak diantaranya yang telah melakukan seks pra nikah. Seperti data yang telah disebutkan di awal. 

Pendidikan seks hendaknya dimulai dari ranah keluarga, namun kita sendiri masih merasa canggung untuk membicarakan hal tersebut dengan orang tua, dan begitupun sebaliknya.

Bayangkan jika sosok Otis ini benar-benar ada, tentu ia mampu memberikan kesempatan kepada remaja kaum urban untuk membicarakan pendidikan seks secara jelas, blak-blakan, dan tanpa ada rasa canggung. 

Meski kehadiran Otis mungkin akan dapat perlawanan dari kaum-kaum konservatif, namun menurut saya, sosok Otis yang memiliki wawasan luas tentang seks ini sangat dibutuhkan oleh para kaum urban di Indonesia, khususnya anak muda. Kaum urban ini bagaikan murid Moordale Secondary School yang membutuhkan Otis untuk menjadi pembimbing sekaligus tempat curahan problematika kehidupan masa pubertas. 

Sejatinya seks adalah ilmu pengetahuan dan sudah selayaknya ilmu penegetahuan untuk dipelajari. Seks apabila dipelajari dengan baik maka akan memberikan maanfaat dan hal-hal yang negatif pun akan dapat dihindari. 

Pada akhirnya, modernitas yang dianut oleh kaum urban ini senantiasa membuat mereka kebablasan. Kebebasan dianggap sebagai sesuatu yang mengasyikan. Apabila tidak dikontrol dengan baik, maka hanya dampak-dampak negatiflah yang didapat. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Live Love Laugh