Patahkan Mitos Ibu Hamil Secara Ilmiah

Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca Hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Advertisement

Masa mengandung memang bak naik roller coaster, kadang terasa sangat berat dan tiba – tiba semuanya jatuh dengan cepat. Perasaan baru dengan kondisi serba tak menentu membuat bunda merasa berjalan dalam gelap, hanya genggaman hangat pasangan menenangkan hati bunda. Banyak hal yang dipertanyakan, menuntut kejelasan, dan terkadang informasi yang diperoleh asal ceplos saja. Tak heran, banyak mitos ibu hamil tersebar dengan sangat cepat.

Asal kata mitos adalah mythos, yang berarti cerita rakyat menurut bahasa yunani. Cerita dari penyampai mitos umumnya berkaitan dengan sebab akibat dalam alam semesta, menjadikan mitos sedikit berbeda dengan kenyataan karena berasal dari teori pembuatnya. Sebelum bunda mempercayai sesuatu ada baiknya mengetahui kebenaran ilmiah mitos kehamilan. Berikut ini penjelasan fakta dibalik mitos ibu hamil :

1. Melahirkan saat bulan purnama lebih mudah Mitos yang sedikit berbahaya mendorong banyak perempuan menunda persalinan dengan beragam cara hanya karena tidak ingin kesakitan. Padahal, namanya bayi dan ketuban pecah tidak bisa dinego. Seorang perempuan harus siap dibawa ke ruang persalinan walau bulan tidak nampak sekalipun. Sakit atau tidaknya persalinan bukan karena bulan purnama. Asal bunda tahu, ada banyak bagian tubuh yang perlu berkontraksi pada saat berusaha mengeluarkan buah hati. Pertama, rahim sebagai bagian otot pinggul menjadi tumpuan pendorong keluarnya bayi, menimbulkan rasa sakit yang bisa mengancam jiwa. Posisi janin menjadi faktor penting dalam persalinan. Beruntunglah para bunda yang berurusan dengan posisi janin menghadap ke bawah, posisi paling natural dan kemungkinan tercepat untuk keluar. Tentu didukung dengan kekuatan otot dan kemampuan bunda dalam menahan rasa sakit kontraksi yang membuat persalinan lancar. Kesiapan fisik sekalipun tidak ada artinya tanpa kesiapan mental. Banyak persalinan terasa jauh lebih sakit dibanding normal ketika bunda sendiri sudah tidak percaya diri. Rasa cemas, galau, takut menjadikan bunda kalah sebelum maju ke medan persalinan. Kepercayaan bulan purnama mengurangi rasa sakit ada bagusnya juga, dengan demikian bunda mendapat sugesti ekstrenal bahwa semuanya akan baik – baik saja.

Advertisement

2. Angkat tangan bayi tercekik Percaya tidak percaya, mitos mengangkat tangan bisa membuat bayi tercekik juga beredar di negara barat. Ketakutan ini menyebabkan olahraga yoga kurang populer di kalangan perempuan mengandung. Bukan tanpa alasan mitos bayi bisa tercekik bila bunda suka mengangkat tangan. Keberlangsungan hidup janin berasal dari tali pusat. Oksigen, makanan semua dialirkan melalui tali pusat. Sekilas memang kelihatannya tali pusat seolah melilit leher janin, sehingga bagian tubuh atas seperti penumpu tali gantung. Kalau diangkat bisa – bisa tali pusat melilit terlalu erat. Tali pusat dilapisi lendir licin dan empuk, sehingga janin merasa seperti dipeluk. Seerat apapun tali pusat kemungkinan tercekik nihil.

3. Suka makanan asam berarti punya bayi laki – laki Nyaris semua negara punya mitos tersendiri berkaitan dengan makanan dan jenis kelamin janin. Beberapa menganggap terlalu serius mitos mengenai makanan asam, terutama mereka yang mendambakan keturunan lelaki. Niat yang semakin tinggi membuat bunda membatasi makanan pada yang asam – asam saja terlepas dari gizi dan nutirisi. Sejujurnya kemauan yang kuat makan asam di kala hamil patut diberi tepuk tangan sebab makanan asam bisa memicu mual, walau bisa berbahaya. Janin membutuhkan nutrisi yang cukup untuk perkembangannya. Ketidak cukupan vitamin bisa berujung pada kelahiran tidak normal, dan kondisi ibu yang semakin buruk setiap harinya. Sebelum bunda membulatkan tekad giat makan asam demi bayi laki – laki, sebaiknya memahami terlebih dahulu pandangan ilmu pengetahuan.Tidak semua mitos patut diremehkan.

Advertisement

Beberapa peneliti melirik subjek keterkaitan menu makan selama hamil dengan jenis kelamin janin di masa depan. Sejauh ini, tidak ditemukan adanya hubungan antar menu makanan dengan jenis kelamin janin. Bunda dipersilahkan makan apa saja selama bisa memenuhi gizi calon buah hati tanpa khawatir nanti bayi perempuan atau laki – laki, toh di era modern laki atau perempuan sudah setara.

Penelitian yang membuahkan hasil justru terletak pada hubungan antar waktu bercinta dengan jenis kelamin janin. Berbagi kasih sebelum datang bulan atau masa ovulasi tiba cenderung menghasilkan bayi perempuan, sedangkan berhubungan badan setelah datang bulan atau masa ovulasi mendukung munculnya jenis kelamin laki – laki. Dasar hasil penelitian tersebut ada pada kemampuan sperma. Calon sperma perempuan tahan lebih lama dibanding sperma laki – laki, walau sperma lelaki bergerak lebih cepat menemui indung telur.

4. Bayi perempuan mencuri cantiknya ibu Mitos satu ini bisa dibilang benar namun juga salah di saat bersamaan. Bentuk tubuh termasuk wajah ditentukan oleh DNA orang tua. Paling tidak ada 3 DNA yang terlibat yaitu PAX3, TP63, dubbed C5orf50, dan COL17A1. Walau nama DNA sedikit ribet, tapi satu hal pasti, DNA tersebut berasal dari ayah dan bunda, hanya saja, tidak diketahui DNA siapa yang lebih dominan.

Hasil akhir DNA akan terlihat dari wajah bayi nantinya. Anak perempuan bisa saja mirip ayah dan laki – laki mirip ibu, tidak ada yang tahu. Mitos kecantikan dicuri anak perempuan ada benarnya juga, toh kalau DNA dominan adalah ibu maka anak akan mirip dengan ibunya. Semakin anak tumbuh besar dan cantik seperti ibunya seolah mencuri kecantikan ibu. Mitos ibu hamil yang cukup menarik, ya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE