Pelajaran dari Kaledupa

#IniPlesirku

Hup! Akhirnya kaki ini menyentuh dermaga pulau Kaledupa. Setelah terombang – ambing di kapal nelayan selama 2 jam dari pulau Tomia, sampai juga saya di pulau terakhir pada solo traveling saya mengunjungi kepulauan Wakatobi. Sebenarnya pulau ini lebih merupakan pulau yang ingin saya mampiri dengan singkat. Apalagi saya baru menyelesaikan snorkeling di pulau Tomia. Namun demi gengsi menyambangi kepulauan Wakatobi, maka sayapun meniatkan diri untuk singgah sesaat.

Tidak banyak hasil riset yang saya temukan jika pencarian hanya sebatas pulau Kaledupa. Tujuan pelancong mampir ialah pulau Hoga. Pulau yang berjarak setengah jam menaiki kapal nelayan ini tiap tahunnya dipakai oleh Wallacea sebagai tempat penelitian terumbu karang oleh para peneliti asing. Ada banyak sekali pondok sederhana yang pasti penuh karena di pakai oleh para peneliti tersebut sejak Juni sampai Agustus.

Setelah mendapatkan ojek, saya meminta diantarkan ke penginapan yang telah saya cari sebelumnya. Sekitar 20 menit kemudian, motorpun berhenti di sebuah rumah panggung. Saya menaruh tas saya di puncak tangga sambil memanggil-manggil si empunya penginapan. Tidak ada seorangpun yang keluar. Seorang bapak mendatangi saya menanyakan siapa yang saya cari. Saya jawab bahwa saya ingin mencari pemilik penginapan dan menginap semalam di sana. Si bapak membalas bahwa pemiliknya sedang tidak ada di tempat, namun saya bisa dibantu mencarikan kapal jika berniat ke Hoga. Saya setuju. Saya dibebaskan untuk memilih kamar mana saja dan saya memilih kamar yang paling dekat dengan pintu depan. Usai merapikan barang, saya putuskan untuk mencari makan karena saya belum makan siang. Saya beruntung ada warung berada agak di seberang penginapan. Mi instan kuah dengan nasi menjadi menu makan siang saya.

Setelah perut kenyang dan ingin kembali ke penginapan, saya di tegur oleh seorang pemuda lokal. Reaksi pertama saya adalah curiga. Yah, namanya juga sendiri jadi harus lebih waspada. Namun, keramahannya selama 10 menit ke depan mematahkan kecurigaan saya. Tawarannya untuk menemani saya ke Hoga saya terima. Dan bukan hanya menemani saya di Hoga, ia juga membantu saya meminjam peralatan snorkeling, menjadi guide snorkeling saya dan menemani saya berkeliling pulau Hoga. Ah, saya jadi merasa bersalah dengan kecurigaan awal saya. Semua itu dilakukan tanpa meminta imbalan sedikitpun. Duh, saya malah makin merasa berdosa.

Saya mendapat banyak pelajaran di perjalanan ini. Trip ke Wakatobi membuat saya berani untuk melangkah keluar dari zona nyaman. Saya yang biasanya akan mencari teman yang mau di ajak ngetrip bareng tergoda untuk melangkahkan kaki berpetualang sendiri. Rencana tentang akomodasi, lama menetap, makan dan transportasi hanya bisa dipikirkan sendiri. Tanpa teman saya harus berani untuk banyak bertanya kepada orang lain. Saya malah mendapatkan beberapa kenalan, kalau belum bisa disebut teman, yang mewarnai trip ini. Bonus yang saya dapatkan ialah keindahan bawah laut Wakatobi yang memang mengundang decak kagum. Sayang saya hanya bisa menikmatinya dengan snorkeling. Mudah-mudahan kunjungan selanjutnya bisa terealisasi dengan diving. Yuk…. #IniPlesirku

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis