[CERPEN] Penantian Tak Berujung

Ia benar-benar berharap akan hal itu walau ia tahu mungkin harapannya akan sulit menjadi kenyataan.

Ismi adalah seorang gadis yang memiliki gaya tomboy di sekolahnya. Namun, di balik gaya tomboy-nya, ia adalah seorang gadis yang selalu berkelakuan sopan terhadap orang di sekitarnya. Ia juga memiliki sikap peduli terhadap sahabat-sahabatnya. Pernah waktu itu, salah satu sahabat Ismi yang bernama Nadia, mengalami musibah yang mengharuskan Nadia dan keluarganya tinggal di pinggir jalan. Rumahnya terendam banjir yang cukup parah dalam waktu yang lumayan lama. 

Advertisement

Karena rasa peduli yang dimiliki Ismi begitu tinggi terhadap sahabatnya, ia pun memberikan Nadia dan juga keluarganya untuk tinggal di salah satu rumah kontrakan milik ibunya. Ibu Ismi mengizinkan sahabat anaknya tinggal di rumah kontrakan itu, karena merasa iba melihat kondisi Nadia dan keluarganya. 

Sungguh, Ismi adalah gadis yang baik, begitulah penilaian yang selalu dilontarkan oleh orang sekitarnya, termasuk salah satu sahabat dekatnya yaitu Dado. Dado adalah sahabat Ismi sejak kecil hingga sampai mereka sudah tumbuh dewasa. Mereka berdua selalu bersama-sama dan sangat sulit dipisahkan. Hingga pada suatu hari, Ismi mendapat kabar bahwa Dado akan pergi ke Yogyakarta untuk melanjutkan kuliah di Universitas Gadjah Mada.

“Kabar bahagia ini tentunya akan membuat Ismi bahagia,” ucap Dado dalam hati.

Advertisement

“Hai Dado, udah packing buat persiapan besok pergi ke Yogyakarta?” ucap Ismi yang tiba-tiba muncul di hadapan Dado.

“Udah dari tadi kok siap packing-nya. Oh iya, sebelum aku pergi besok, gimana kalau kita jalan-jalan hari ini. Yuk!” ucapnya sambil menarik tangan Ismi.

Advertisement

Ajakan dari Dado tidak membuat Ismi begitu bersemangat. Padahal, setiap kali Dado mengajak untuk pergi berdua, Ismi langsung bergegas untuk siap-siap. Namun, kali ini tidak. Ismi merasa bahwa ia akan kehilangan Dado karena mereka tidak bisa sama-sama seperti dulu lagi.

“Ismi mau pulang, banyak kerjaan yang harus diselesaikan.”

“Kerjaan apa? Kan kamu nggak kerja.”

“Kerjaan rumah,” jawab Ismi singkat sambil berlalu pergi.

Keesokan harinya, Dado pun bergegas cepat untuk pergi ke bandara. Namun sebelum pergi, ia meminta Ismi untuk datang menemuinya di depan rumahnya untuk sekedar memberi pamit. Sepuluh menit berlalu, dan Ismi belum juga datang menemuinya. Dado merasa ada hal yang disembunyikan oleh Ismi. 

Yang membuat Ismi tidak mau datang untuk menemuinya walaupun hanya sebentar. Ingin sekali rasanya Dado menemui Ismi saat itu, tapi ia tidak memiliki banyak waktu. Karena nanti ia bisa ketinggalan pesawat.  

Setelah sampai di bandara, Dado langsung lari terburu-buru menuju pesawat yang sebentar lagi akan terbang landas. Akhirnya Dado pun telah pergi, ia pergi meninggalkan kota Medan yang telah lama ditempatinya. Kota yang penuh cerita indah bersama gadis yang dikaguminya. Ya, siapa lagi kalau bukan Ismi.

Setelah melakukan perjalanan yang cukup lama, akhirnya Dado pun tiba di Yogyakarta. Sesampainya di sana, Dado bukan langsung pergi ke rumah pamannya untuk beristirahat memanjakan badannya yang sudah capek berjam-jam di dalam pesawat. Namun, ia memilih untuk mencari counter agar ia bisa mengisi pulsanya yang sudah habis. Selesai pulsanya diisi oleh si pemilik counter, Dado langsung menelepon Ismi. Tanpa menunggu waktu lama, Ismi langsung mengangkat telepon dari Dado.

“Ya, ada apa?”

“Kamu kenapa nggak datang nemuin aku tadi pagi? Apa aku ada salah sama kamu?”

“Enggak,” jawab Ismi dengan nada ketus.

“Kalau aku enggak ada salah sama kamu, kenapa kamu nggak mau nemuin aku tadi?”

“Malas aja buat ketemu orang yang akan ninggalin aku selamanya.”

“Selamanya? Ya nggak mungkinlah Ismi. Aku pasti akan kembali lagi ke Medan.”

***

Enam tahun berlalu, dan Dado sama sekali belum datang untuk menepati janjinya untuk kembali lagi ke Medan. Ismi merasa bahwa Dado mungkin sudah melupakannya atau mungkin tidak akan pernah kembali lagi. Di balik perasaannya yang nggak karuan, ada harapan besar di hatinya. Ia berharap agar Dado datang menemuinya di kota yang mempertemukan mereka. Ia benar-benar berharap akan hal itu walau ia tahu mungkin harapannya akan sulit menjadi kenyataan.

Selama lebih dari sejam ia menebak-nebak apakah Dado akan kembali lagi atau tidak, tiba-tiba Nadia datang menghampirinya.

“Kamu kenapa Ismi? Kok gelisah banget sih?”

“Lagi mikirin Dado,” ucap Ismi secara spontan.

“Hah? Dado sahabat kecil kamu itu?”

“Iya.”

“Dia belum balik juga ke sini?”

“Kamu lihat sendiri kan? Udah 6 tahun Dado belum juga pulang ke Medan. Aku udah muak menunggu sesuatu yang tidak tentu kedatangannya Nad,” ucap Ismi sedih.

“Sepertinya kamu ada rasa ya sama dia?”

“Hah? Rasa? Rasa cinta maksud kamu?”

“Iya, rasa cinta.”

“Mana mungkinlah aku cinta sama Dado. Kita kan sahabatan.”

“Bisa aja kan, sahabat jadi cinta!”ucap Nadia meyakinkan pernyatannya.

“Mungkin karena aku terlalu rindu sama Dado. Lama banget aku gak ketemu sama dia. Tapi, kenapa ya, aku masih setia nungguin hal yang membosankan seperti ini.”

“Nah, itulah mungkin yang dinamakan cinta.”

“Entahlah Nad, aku masih bingung terhadap perasaanku. Jika benar ini cinta, apa cinta selalu tentang hal menunggu? Coba bayangin, udah 6 tahun aku menunggu, menunggu dia mengucapkan, "Hai Ismi, aku balik lagi. Ini oleh-oleh buat kamu. Kamu kangen nggak samaku? Apa di sana dia sama sekali nggak memikirkan aku? Apa cuma aku yang selalu mengingatnya, sedangkan dianya enggak?”

“Jangan berpikir seperti itulah. Kamu harus positive thinking dong!”

“Aku nyesal Nad waktu itu nggak nemuin dia sebelum dia pergi meninggalkan kota ini. Tak hanya penyesalan yang aku rasakan, namun ketakutan yang kemungkinan akan terjadi juga. Apa dia sudah pulang dan dia merahasiakannya padaku? Apa dia sudah memiliki kekasih dan membawa kekasihnya ke kota ini?

“Sudahlah, jangan berpikiran yang macam-macam. Kamu harus yakin, bahwa Tuhan akan mengembalikan Dado dan mempertemukanmu dengannya di kota ini.”

“Amin. Aku janji kepada diriku sendiri, kalau mulai hari ini aku akan tetap menunggu Dado tanpa lagi merasa bosan.”

“Gitu dong, kan aku senang dengarnya.”

“Ya, dan pernyataan kamu yang tadi mungkin benar Nad. Mungkin aku mencintai Dado. Dado, cepatlah kembali untuk membalas rinduku yang sudah menggebu-gebu,”ucap Ismi dalam hati.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Suka menulis, suka travelling, sama suka makan. Kalau suka kamu, emang boleh?

CLOSE