Perlu Dilakukan Pendidikan Bahasa Isyarat di Indonesia

Belajar bahasa isyarat sejak dini

Perlunya diperlakukan pendidikan bahasa isyarat (bahasa tubuh) dari usia dini di Indonesia, karena di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna. Di Indonesia ada banyak disabilitas atau manusia dengan kemampuan berbeda. Adanya studi bahasa isyarat sangat membantu mengurangi mis komunikasi terhadap orang yang mempunyai kebutuhan khusus.

Selama ini kita lebih sering menggunakan "tunarungu" sebagai sebutan bagi orang yang mengalami gangguan pendengaran. Namun dari tayangan TV yang narasumbernya itu Surya Sahatapy, bahwa mereka lebih senang dipanggil Tuli. Tunarungu adalah kondisi medis gangguan pendengaran temporer yang bisa di perbaiki. Sementara Tuli adalah perspektif sosial budaya, orang yang tidak dengar dan berkomunikasi dengan cara yang berbeda. Tuli adalah minoritas yang menggunakan bahasa isyarat.

Orang Tuli di Indonesia sering mendapatkan perlakuan yang tidak enak dalam bermasyarakat sehari-hari. Indonesia memang masih kurang kepeduliannya dan ramah terhadap lingkungan sekitar kepada orang yang disabilitas. Miskomunikasi sering terjadi dalam aktifitas sehari-hari orang Tuli.

Kita lihat di Amerika, di sana ada pelajaran mengenai bahasa isyarat yang dilakukan sejak dini, untuk memudahkan berkomunikasi dengan orang Tuli. Kita balik ke Indonesia, dalam acara TV di Indonesia tayangan yang berisi bahasa isyarat di pojok bawah jumlahnya sedikit. Tayangan TV/ film di Indonesia tidak menyediakan teks dalam bahasa Indonesia untuk penyandang disabilitas khususnya orang Tuli. Berarti selama ini saudara-saudara kita yang Tuli tidak bisa menikmati tanyangan yang di siarkan.

Mereka menonton hanya mengandalkan visual yang di lihat tanpa memahami apa pesan yang disampaikan dalam tayangan yang mereka tonton. Hanya beberapa film yang khususnya menggunakan bahasa Inggris yang berisi teks dalam bahasa Indonesia. Berbeda dengan Negara Amerika di setiap stasion TV yang ada selalu dicantumkan subtitle  untuk memudahkan orang Tuli memahami isi dari film, bahkan disana siaran sepak bola yang live sekalipun ada terjemahan atas apa yang diucapka  oleh reporter bola yang sedang tanyang. 

Dalam film Dilan 1990, ternyata banyak yang tidak bisa menonton film tersebut karena tidak bisa mendengar atau Tuli.  Dalam akun instagram Surya Sahetapy yang dikenal giat memperjuangkan bahasa isyarat, mengunggah video berisi permintaan agar film Dilan 1990 dilengkapi dengan teks bahasa Indonesia. Ia ingin masyarakat yang tidak bisa mendengar dapat menikmati film tersebut. Dalam video tersebut ia meniru kalimat romantis yang karakter Dilan katakan dalam novel ataupun filmnya. "Kata Dilan, rindu itu berat. Yang perlu Dilan tahu, teman-teman Tuli rindu mau nonton Dilan tapi berat banget karena enggak bisa menikmati tayuan mautnya, soalnya film Dilan engga ada teksnya" tulis Surya. Untuk menyadarkan masyarakat tentang adanya orang Tuli dan pentingnya teks. 

Putra Dewi Yull yang bernama Surya Sahetapy yang tidak bisa mendengar, membuktikan bahwa kita tidak boleh memandang sebelah mata para pecandang disabilitas. Mereka pun bisa dan berhak sukses seperti manusia normal lainnya, diberi hak dan peluang yang sama dengan orang-orang normal dan bukan tidak mungkin meraka mampu mencapai hasil yang lebih.

Surya Sahetapy mempunyai tujuan yang mulia yaitu agar Bisindo (Bahasa Isyarat Indonesia) diakui pemerintah sebagai bahasa resmi Tunarungu Indonesia. Disini saya pribadi ingin Indonesia memperlakukan pendidikan bahasa isyarat yang diperkenalkan sejak dini di sekolah-sekolah umum yang ada di Indonesia untuk memahami dan memudahkan berkomunikasi dengan saudara-saudara kita yang Tuli.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini