Permata yang Berubah Menjadi Batu

Tried to hold on

Sudah hampir 5 tahun perasaan seperti ini aku rasakan sampai pada saatnya aku mencoba untuk menikmati sakit dalam kesendirian aku, walau aku mencari kesenangan yang lain diluar sana tetap saja aku tidak dapat menolak untuk merasakan sakit yang aku nikmati, terkadang orang akan berkata, "Apakah aku ini sudah mulai gila bahkan depresi?"

Ya, seperti yang kalian bayangkan bahwa mungkin aku sudah sampai tahap depresi yang sudah menikmati sakit hati dalam kehidupan ini dan bahkan aku mencoba terus bertahan pada hati yang tersiksa ini, aku sungguh sangat tidak bisa menjelaskan kepada orang yang tidak pernah mengerti apa yang aku rasakan.

Orang-orang akan berpikir aku yang bodoh, apakah aku bodoh? Ya, aku bodoh. Semua berawal pada saat aku menjalani rumah tangga yang dipandang orang bahwa aku mempunyai kehidupan yang tidak kekurangan apapun, pasangan hidup aku, dipandang memenuhi semua apa yang aku inginkan, padahal aku ini tanpa sadar pada diri sendiri tersiksa dengan lingkungan yang ada pada pasanganku.

Semakin hari semakin membuat aku terjatuh pada stress yang luar biasa, mungkin kalian akan mulai bertanya setelah membaca artikel sampai pada kalimat ini, dan bertanya sebenernya apa yang terjadi padaku?

Hal ini akan aku mulai dari keluarga pasangan aku, yang menurut aku bahwa keluarga mereka itu merupakan keluarga yang tidak normal. Tapi dalam arti tidak normal ini bukan berarti keluarga yang ada perceraian, bukan. Akan tetapi, bayangkan aku harus hidup di keluarga yang setiap subuh harus ada terjadi keributan antara anak dan ayah, sampai kata-kata yang tidak pantas diucapkan oleh seorang anakpun terucap kepada ayahnya.

Kedua, aku yang hidup dari keluarga yang berpendidikan dan bertata krama, harus hidup pada kehidupan sehari-hari melihat para laki-laki di rumah itu hanya menggunakan "celana dalam" saja, seperti buat aku tekanan batin yang luar biasa, dan dikarenakan itu aku secara tidak langsung menanam sedikit demi sedikit stress yang luar biasa.

Pada saat aku berusia 7 tahun, mungkin ada kenakalan pada anak kecil yang dihukum orang tua dengan sedikit kekerasan, akan tetapi itu tidak membuat saya kepahitan, bahkan mungkin itu buat saya setuju karena merupakan penegasan atas timbal balik pada anak yang nakal, akan tetapi semakin stress aku tertanam pada saat aku tinggal di rumah itu, semakin hari semakin emosi aku tidak dapat aku kontrol sama sekali, bahkan aku bisa untuk membuang dan melempar barang berkelanjutan semakin bulan semakin aku sudah bisa melukai diri dengan mencakar-cakar tangan sendiri dengan kuku sendiri, padahal setelah emosi reda, aku bisa sampai nangis sendiri kesakitan dan menyesal melakukan hal itu.

Dan pada akhirnya aku menjadi kecanduan dengan alkohol yang harus saya konsumsi hari per harinya untuk dapat aku tertidur. Padahal jika kalian tahu, bahwa keluarga aku itu benar-benar dari keluarga terhormat dan terpandang. Siapa yang akan sangka seorang puteri cantik akan menjadi seperti ini,

Pada saat itupun aku tidak berpikir bagaimana dengan ibuku yang sangat sayang sekali padaku seperti berlian yang selalu diasah untuk tetap berkilau dengan sempurna. Bagi kedua orang tuaku dan kakakku, aku adalah seorang princess yang sangat disayang dan dimanja dan selalu bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Sampai pada akhirnya dia harus merasakan hal-hal seperti ini,

Aku terjerumus juga untuk menggunakan dulu obat-obat psychotropica, yang terkadang pada saat lagi menggunakan obat itu kita akan merasakan bahagia dan melupakan semua masalah yang ada, dalam arti kita bisa melupakan segala sesuatu. Setelah sampai tahap itu, aku naik pada level selanjutnya.

Pada saat sekarang aku menulis artikel ini pun, aku hanya berpikir untuk mencurahkan apa yang aku rasakan, dimana aku tidak mempunyai seseorang dan tempat untuk aku bisa percayai untuk menenangkan aku, dan aku benar merasakan kesepian luar biasa.

Apakah aku tidak tahu apa yang aku inginkan? Apakah yang aku mau dapatkan? Aku hanya mau mempunyai hubungan dengan normal, hidup dengan keluarga normal, dan aku ingin hidup dengan pasangan normal, yang pada intinya aku ingin memperoleh hubungan normal, dan aku hanya ingin merasakan kebahagiaan yang sudah lama mungkin aku rasakan, bahkan aku sampai melupakan bagaimana rasanya bahagia dan apa arti dari kata bahagia.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis