Pernahkah Kamu Bertanya-tanya, Siapa Dalang Dibalik Naik dan Turunnya Harga Padi?

Kalian Ngerasa Nggak Sih, Harga Padi Kok Selalu Dari Waktu ke Waktu Selalu Naik?

Saat ada acara Talk Show di salah satu stasiun televisi swasta dengan tema ekonomi nasional, salah satu narasumbernya mengatakan bahwa harga padi Rp.4.500,-/kg sudah termasuk harga yang mahal bagi petani padi, dan sudah menguntungkan bagi para petani padi Indonesia. 

Advertisement

Jadi begini, memang setahu saya harga itu sudah berjalan lama di kalangan jual beli gabah dari petani oleh tengkulak. Karena saya adalah menantunya seorang petani, jadi tahu harganya bahkan melihat sendiri di depan mata. Tapi coba kita bandingkan, berapakah biaya menanam padi serta proses penanaman dan perawatan serta pertumbuhannya? Apalagi, kalau musim kemarau kan tidak ada air, jadi lebih banyak biaya untuk sedot air dan memakai pompa air yang berbahan bakar BBM.

Saya pernah punya kenalan dengan seseorang yang punya perusahaan swasta di bidang penggilingan padi menjadi beras, dan perusahan beliau punya merk kemasan berasnya sendiri dan sudah bekerja sama dengan agen beras untuk proses penjualanannya. Karena latar belakang keluarga saya adalah bertani, maka saya berniat ingin bekerja sama dengan dia. Seperti, membuka kesempatan apakah dia mau membeli padi dari keluarga kami atau tidak. Sebetulnya, sah-sah saja menjalin kerja sama dengan orang seperti itu, karena suatu saat kita pasti butuh kerjasama dalam hal jual beli padi. Yang terpenting adalah dari sudut pandang siapa kita melihatnya. Insya Allah, jujur tanpa mau pakai calo dalam proses jual belinya; ada uang ada barang.

Saya berniat mengajak bisnis jual beli padi dengan beliau, karena perusahaannya biasanya membeli padi dengan harga Rp.7.500,-/kg. Beliau menawarkan kepada saya dengan harga segitu, cuma sayangnya target beliau dalam sekali angkut adalah minimal dua puluh ton. Sementara sawah saya tidak sampai menghasilkan dua puluh ton saat panen, aduh bingung, gagal maning ini bisnis!

Advertisement

Kalau memang mau di targetkan dengan minimal dua puluh ton, saya akan usahakan untuk mencari padinya sampai ketentuan yang diinginkan. Ada banyak kok saudara saya yang juga petani padi, jadi hasil padinya bisa digabung agar target terpenuhi. Tapi lagi lagi terdapat kendala, perudahaan mereka takut dengan adanya calo padi di daerah saya. Bisa-bisa dikira melangkahi gerakan calo senior di daerah itu, karena kalau dijual ke perusahaan dia tanpa melewati calo padi, perusahaan tidak mau pakai calo dalam proses jual belinya. Otomatis calo merasa dirugikan karena tidak bisa ambil untung dalam transaksi tersebut.

Semua itu hanya mimpi saya saja yang ingin menjadi juragan padi yang punya banyak kenalan tapi selalu gagal dalam memanfaatkanya kerja sama. Apakah memang takdir keluarga kami yang harga padinya harus terus dihargai Rp.4.500,-/Kg?  Apakah selamanya kita akan ditindas oleh tengkulak yang membeli dengan harga seenaknya saja?

Advertisement

Sebagai aktivis, saya harus berubah mulai dari diri sendiri, saya tidak mau ditindas dengan harga seperti ini terus oleh para tengkulak. Saya harus mencari cara ketika tengkulak menindas, saya harus punya cara lain agar bisa menjual padi hasil panen dengan harga yang layak. 

Jadi, saya tidak mau ketergantungan dengan orang yang selalu merugikan dengan mempermainkan harga. Insya Allah, kalau saya sudah siap, saya pasti punya banyak musuh dengan tengkulak. "Hidup harus bisa berdiri di kaki sendiri tanpa ada tekanan dari pihak asing dan orang yang lebih berkuasa!" eeeaaa, itu kata pak Prabowo. "Saya tidak takut kepada selain Allah SWT", itu kata pak Jokowi dalam pidatonya di debat calon presiden.

WaAllahu Alam

Adis Setiawan, Mahasiswa STIT Nusantara Tambun Bekasi.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mahasiswa | Penulis Lepas

CLOSE