#PuisiHipwee; Mendung Sore Itu

Kenangan yang masih menyisakan tanya

Tanya dalam Mendung

kenapa hujan tak turun saja?

tanyaku pada angin yang hanya sekedar lewat.

kenapa hujan tak turun saja?

Menggemuruh bersama langit yang menggelap

Agar tanah tidak mendengar dukaku

Agar rintik hujan sembunyikan lukaku.

Kenapa hujan tak turun saja?

Membungkam tangis, melenyapkan kebisingan dan teriak kesepian.

Hingga yang tersisa hanya dedaunan yang basah, seperti sepasang mata sembab yang memaksakan kata ikhlas.

Mendung Sore itu

Sore ini, aku menatap langit yang tidak lagi cerah, gelap, suram hampir berkabut.

Sejenak mengingatkanku pada film kesukaanku, kesukaan kita.

Kita… sejenak aku tersenyum…

Aku seharusnya sudah beranjak dari kata ini

Tapi mendung membawamu kembali dalam ingatan.

Apa yang terjadi dengan 'kita' sekarang?

Apa kabar kamu?

Apa kabar juga kata-kata yang akhirnya menyusun cerita dalam setiap pesan yang kau kirimkan,

dalam setiap percakapan hingga larut malam,

dan dalam senyum di setiap pertemuan?

Ah, betul juga…. seperti katamu waktu itu, semua hanya bom waktu

Seolah akhir dari semua ini terlalu jelas untuk diabaikan.

Seolah sulaman memori hanya untuk mengisi waktu luang sambil menunggu.

Memaksakan sebuah cerita, mencoba-coba menebak alur.

Bukankah kita hanya saling menipu diri sendiri?

Apa kabar mimpi-mimpimu sekarang?

Apa kabar sayap-sayapmu yang dulu katamu kukekang?

Sudahkah kau terbang setinggi kata-katamu dulu?

Ah kepada siapa aku bertanya?

Mungkin diriku sendiri, mungkin juga kepada ingatan, atau kepada hujan yang tak kunjung turun.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pemuja mendung dan jalanan yang basah sehabis hujan, secangkir kopi panas, dan aroma buku.