#PuisiHipwee; Pada Langit Senja, Aku Menatap Kerinduan

Puisi rindu, menyendiri untuk merefleksikan pada langit apa yang hendak dilakukan

Pada Langit Senja, Aku Menatap Kerinduan

Advertisement

Sepenggal senja telah bawa aku pada ruang syahdu

mengecup sepi dalam buai dingin ruang
seperti hari lalu, kau bermain dengan kenisbian
luruh ranting kerinduan jatuh perlahan

Iringkan luka,
menderas arungi lorong sunyi,
mencari seuntai kata

Advertisement

Aku tahu pendar awan selimuti rasamu
butir bening tiap jengkal wajahmu
Ingin ku keringkan satu satu
Lalu kuusir gelisah rindu
Dan singkap tabir hatimu

Sebab aku menyimpannya dalam sekerat sajak
Bersandar pada pundak waktu
Berbicara pada bayang
Berserak di luar jendela
Tentang entah atau siapa

Advertisement

Gigil ruang kian mencengkeram
Paksa aku pungut kantuk itu
Renyai kata menelusup perlahan
Terselip di antara lamunan

Pada langit senja,
Aku menatap kerinduan

Hujan Itu Menari di Dada Kirimu

Deras berlomba berjatuhan menahan rindu

Mereka berpuisi sesuai iramaku,

Jarak terlipat,

Biarkan rindu berkali empat,

Meski ragu sempat lewat

Aku rindu kita saling menerjemahkan tarian deras

Entah puisiku menemukanmu di teras

Rapuh dihantam hujan,

Rindu diterpa pelukan

Genangan terlihat akrab

Menari di atas rerumputan terdekap erat,

Daun terdiam, gerimis menikam

Hanya tersenyum dengan detak tak beraturan

Sekumpulan lengah tengadah

Menanti rasa ini tumpah

Bertubi ranum memerah

Lalu digubah berjamaah

Duhai hujan…

Jangan biarkan aku terpayung mengeja sendiri

Biarkan aku berdiri menikmati rintik

Menari di basah rindu menggelitik

Tepat di dada kiri

Tempat kuabadikan warna-warni…

Senja di Kota Tanpa Nama

Di kota tanpa nama, di sudut tembok menyimpan gema
Tak tersimpan peta, meranum setiap cuaca
Membias tanya tanpa perangkap jawab
Mengintip rerumputan, berlari bergegas pulang

Dia itu seperti siang, awannya berserakan
Pulang menjadi lawan, terus saja terulang
Menciptaan jutaan gemintang berlinang

Angin malam memilah
Pada debar seirama, embun menjamur berjamaah
Menjadi malam rumit berderang
Sementara pinggangku perlahan kehilangan pelukan

Senjaku berpulang, mendesing menyingkap tak tertahan
Untuk kesekian kalinya tertahan di tenggorokan
Aku hanya butuh waktu untuk mengeja kesendirian
Saat langit menjatuhkan hujan di teras belakang

Writting by Cahya Anindita

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE