#PuisiHipwee; Puisi Wajah dan Saat Hujan Turun

Terbatuk-batuk mengutuk kahyangan

Wajah

Wajah-wajah sayu berada dibalik kelambu awan,

Ingin tak kulihat namun kedua tangan kembali meraba-raba,

Lelah atas pencarian seribu alasan untuk penyesalan,

Mana yang kuterima? Jalan-jalan apa membentang tiada kelelahan.

Senja membentang di antara langit-langit biru,

Burung gereja bersembunyi dibalik rimbunnya pepohonan,

Kulihat, kembali kuterima wajah tak berdosa itu,

Kata-katanya membuatku terbang ke lembah kekecewaan.

Berulang kali berkata sama tak terelakkan,

Suaraku terdengarkah atau tak mau mendengarkan,

Perkara-perkara menemaniku berkawan mesra,

Dan wajahmu membayangiku tak tergantikan, terbiasa.

Menari dan terus menari dengan langkah kaki syahdu,

Kedua kakiku gemetaran mendengarkan namun dirimu sebaliknya,

Sungguh dunia ini adalah nestapa!

Berkeinginan mati muda, belum waktunya. Kegelapan menutupiku.

Kamu pernah melihat seuntai senyuman dalam wajah,

Seorang perempuan polos berbeda darimu, egois.

Rindu memuncak antara kedua wajah namun kurasakan hanya perih,

Menyiksa secara jiwa dan rohani bahkan kulitku terasa diiris.

Wajah itu lugu, kedua mata tajam, hatinya lama sobek,

Prahara kelam pertanyaan menghantam telak,

Oh, kesaktian apa yang harus kumiliki?

Pada malam sunyi menari sendu. Kejadian apa yang terjadi?

Sebuah wajah, suatu kenangan, dan pertanyaan.

Bintang-bintang malam berkelebat di atas sana. Jawaban apa yang kuberikan?

Jakarta, 18 September 2017

Saat Hujan Turun

Langit mendung di atas sana,

Tak pernah mengkhianati bumi,

Rintik-rintik kini telah jatuh perlahan bersama,

Oh, tentu saja tidak. Bukan tentang patah hati.

Hati terpecah-pecah karena cinta,

Maka tumbuhlah merona sebagaimana biasa,

Kedua pasang mata menatap tulus seluruh,

Sakit kepalaku berteriak-teriak mengaduh.

Terbatuk-batuk mengutuk kahyangan,

Di mana dewata ketika cintaku gelisah?

Ketika hujan turun wajah sendu menyentuh dingin,

Berpelukan kepada siapa lagi? Untuk mendengar perih.

Maka basahilah daku dengan cinta-Mu menusuk tulang,

Menyelimuti diriku dengan ketulusan agung,

Maka hujanlah menbasahi seluruh,

Janganlah berdusta melalui kasih,

Lirih.

Jakarta, 09 November 2017

IG: @amaliacinnamon

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini