Rasa yang Belum Usai

Pelepasan siswa-siswi di SMA memang bukanlah akhir dari semuanya. Selepas itu, kami masih sering bertegur sapa melalui media online. Jarang bertemu, bahkan tidak pernah. Jujur aku sangat merindukannya. Sosok teman yang setia membantu, sosok teman yang mengajarkanku akan arti mengalah dengan ikhlas dan menunggu. Namun, seketika hilang ditelan waktu.

Advertisement


Ahh.. terkadang aku membenci ingatanku, yang selalu mengingat setiap detail dari kebersamaan kita dulu. Bukan sebagai sepasang kekasih memang. Tapi, lebih menyenangkan dari sekedar hubungan ‘pacaran’ kala itu. Aku benci ketika suatu saat terlintas bayanganmu di dalam kepalaku. Raut wajahmu, caramu tertawa dan semua detailnya masih sangat jelas ku ingat.


6 Desember 2013. Pertama kalinya kamu mengirimkan pesan ke akun Facebookku. Bertanya padaku mengapa aku online dan tidak belajar. Aku menjawab enteng karena Ujian Akhir Sekolah (UAS) telah usai. Saat itu, kita sama-sama duduk di bangku kelas 2 SMA. Satu sekolah, beda jurusan dan saling kenal melalui organisasi. Hari itu menjadi awal bagi semuanya. Lambat laun status pertemanan kita jadi semakin akrab.

Awalnya aku tidak menduga bahwa aku bisa ‘suka’ dengan sosok makhluk sepertimu. Awalnya aku hanya mengira perasaan ini hanya tumbuh sesaat, kemudian hilang tak berbekas. Awalnya aku tak mengira, semuanya akan menjadi seperti ini. Kisah unik yang buatku rindu masa putih abu-abu.

Advertisement

Dan kini aku telah menjadi mahasiswa semester 5, satu tahun lagi aku akan lulus dan menyandang gelar ‘sarjana’. Tapi, sampai sekarang aku masih belum bisa lupa. Semua hal yang terjadi antara aku, kau, dan dia. Aku yang ketika itu menyukaimu, dan bersamaan dengan itu kau malah suka dengan dia. Kenyataan bahwa dia adalah sahabatku sebenarnya lebih menyakitkan di banding perasaanku yang tidak terbalaskan. Di depannya aku memasang topeng bahagia, dan yang selalu antusias mendengar curhatan tentangmu. Begitu pula ketika aku di depanmu, yang dengan terpaksa memasang topeng ceria dan tak sabar menunggu kelanjutan hubungan kalian. Aku bersyukur kalian tak jadian. Dan aku pun sudah berusaha, mengorbankan harga diriku sebagai seorang wanita. Tanpa malu menunjukkan perasaanku, dengan cara yang mudah kau baca. Amat mudah, bila kamu mau menyadarinya.

Entah sekarang kamu masih belum sadar, atau sebenarnya sudah tau dan berpura-pura tidak tahu. Atau saat ini kamu memang sudah tau dan lebih memilih mengesampingkan rasaku itu. Apapun itu, aku menerimanya dengan pasrah.

Advertisement

Mungkin nanti bila suatu saat kita bertemu, kau masih memandangku dengan tatapan yang sama. Hanya sebagai teman, tidak lebih tidak kurang. Teman yang usil, suka mengejek dan menganggu. Aku berharap ada secercah harapan, yang mengangkatku satu tingkat menjadi seorang ‘wanita’ di pandanganmu. Semoga saja akan ada waktunya nanti, dengan suasana yang mendukung.


Benar kata orang tuaku, seharusnya dulu aku tidak usah ikut organisasi di sekolah.


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pemakan segalanya

CLOSE