Review Novel Ayat-ayat Cinta 2, Novel Lanjutan Oleh Penulis Habiburrahman El Shirazy

Review Novel Ayat-ayat Cinta 2

Ayat-ayat Cinta 2

Fahri berjalan di dalam area kampus utama The University of Edinburgh. Langkah kakinya cepat menuju ruang diskusi mahasiswa pascasarjana yang terletak di bagian selatan bangunan kampus.

Selepas menyelesaikan masa studi S1-nya di Al-Azhar, Master di Palestina, dan Ph.D di Jerman, kini Fahri sedang melakukan riset di kampus tersebut dalam bidang ilmu philology untuk mendapatkan gelar Doktoral. Supervisor postdoc Fahri meminta Fahri untuk memipin sebuah diskusi dalam bidang philology yang sedang tidak bisa ia hadiri.

Fahri memimpin diskusi belasan mahasiswa pascasarjana yang berasal dari berbagai belahan dunia. Fahri memimpin dan membuat diskusi yang sebenarnya berat itu menjadi lebih ringan dan hangat.

Seusai mengisi kelas diskusi, Fahri beranjak ke ruangan office-nya yang juga masih berada dalam area kampus utama The University of Edinburgh. Ruangan yang menjadi tempat Fahri mengerjakan riset disertasi doktornya.

Hampir keseluruhan ruangan itu dipenuhi dengan kitab-kitab dalam bahasa Arab, Inggris, dan Jerman yang tersusun rapih ataupun yang berserak di atas meja kerja Fahri.

Selain terdapat setumpuk buku, di dalam ruangan Fahri juga terdapat sebuah lukisan karikatur. Sebuah lukisan karikatur Fahri bersama istrinya dengan latar belakang Candi Borobudur. Lukisan karikatur itu terpajang di dinding ruangan Fahri yang setiap kali Fahri melihat lukisan itu, seketika itu juga benaknya dipenuhi oleh kenangan dirinya bersama Aisyah.

Dan setiap kali kenangan itu muncul Fahri dengan mata berkaca-kaca hanya mampu memanjatkan do’a pada Allah, agar Allah terus mengasihi istrinya bagaimanapun keadaan istrinya saat itu.

Sejak tinggal di kota Edinburgh, Fahri menempati sebuah rumah yang terbilang cukup mewah dan besar. Rumah yang ia persiapkan untuk tinggal bersama istrinya, tetapi pada kenyataannya hanya ia tinggali bersama seorang lelaki bernama Hulusi. Paman Hulusi adalah seorang lelaki paruh bayah asal Turki yang ia jumpai di Kota Muenchen, Jerman.

Fahri tinggal di salah satu rumah dalam komplek bernama Staneyhill Grave. Staneyhill Grave adalah sebuah kompleks kecil yang hanya berisikan sebelas rumah. Susunan bangunan rumah dalam kompleks perumahan tersebut seperti berbentuk huruf L dan posisi rumah Fahri tepat berada pada tekukan hurufnya.

Fahri berusaha untuk menunaikan segala kewajibannya sebagai umat Muslim terhadap manusia lain dengan sebaik-baiknya. Oleh sebab itu, Fahri berusaha untuk mengenal dengan baik setiap tetangganya.

Seperti Fahri mengenal Nenek Chatarina yang rumahnya tepat berada di depan rumah Fahri, Brenda yang rumahnya berada di sebelah rumah Nenek Catarina, dan keluarga Nyonya Janet yang rumahnya tepat berada di sebelah rumah Fahri.

Nyonya Janet tinggal bersama dua orang anaknya, Keira dan Jason. Tetangga-tetangga Fahri itulah yang banyak berinteraksi dengan Fahri selama ia tinggal di Edinburgh.

Siapapun yang kenal dekat dengan Fahri akan tahu pasti dengan sifat Fahri yang dermawan. Fahri tak segan-segan memberi pertolongan pada siapapun yang ia kenal atupun yang baru ia kenal. Bahkan pada tetangganya sendiri yang jelas-jelas mengekspresikan rasa benci terhadap Fahri, yaitu Keira dan Jason.

Keira dan Jason adalah kakak beradik yang ditinggal pergi oleh orang yang mereka sayang, yaitu papa Keira akibat sebuah ledakan bom di kereta bawah tanah London tahun 2005. Papa Keira menjadi salah satu korban ledakan bom tersebut.

Ledakan bom itu bukan hanya menewaskan papa Keira, tetapi juga turut menghancurkan jalan Keira untuk meraih mimpi besarnya, yaitu menjadi seorang pemain biola professional.

Semua kesedihan dan keterpurukan dirinya ditambah pemberitaan media massa yang menyebutkan jika umat Muslim menjadi penyebab peristiwa tersebut membuat Keira menaruh kebencian pada umat Muslim yang semua itu akhirnya ia luapkan pada tetangga barunya yang Muslim, Fahri. Adiknya Jason juga ikut-ikutan membenci Fahri.

Segala perlakuan kakak beradik itu terhadap Fahri hanyalah berupa kebencian. Tetapi Fahri sama sekali tidak ambil hati menerima perlakuan buruk dari dua bersaudara itu.

Ia tetap bersikap baik terhadap mereka. Bahkan Fahri tak ragu sedikitpun untuk mengeluarkan banyak uangnya hanya demi menolong Keira yang sedang diambang keputusasaan hingga membuatnya nekad melelang kegadisannya.

Terhadap saudara Keira, Jason, Fahri juga sama sekali tak menaruh rasa marah bahkan ketika Jason beberapa kali mencuri di Supermarket miliknya. Siapapun yang mengenal Fahri akan dibuat kagum dengan kebaikan akhlak yang ditunjukkan oleh Fahri.

Fahri bukan hanya sanggup menggelontorkan uangnya untuk membantu tetangganya Keira dan Jason, tetapi juga mampu membelikan sebuah rumah untuk Nenek Catarina hingga membiarkan seorang wanita bercadar yang baru beberapa kali ia jumpai untuk tinggal di rumahnya.

Semua kebaikan yang dilakukan Fahri semata-mata ia hanya mengharapkan agar Allah menghitungnya sebagai amal saleh yang Fahri do’akan agar pahala dari amal saleh itu dapat sampai kepada istrinya, Aisyah.

Beberapa tahun lamanya, hidup Fahri hanya di temani oleh paman Hulusi, tanpa kehadiran Aisyah. Keadaan itu membuat beberapa orang yang mengenal dan prihatin dengan keadaan Fahri tak segan untuk menyarankan Fahri agar segera menikah lagi.

Namun, rasa cinta mendalamnya terhadap Aisyah membuatnya berusah menolak dengan cara yang baik setiap penawaran itu karena sebenarnya Fahri sama sekali tak menyukai pembahasan itu. Akan tetapi, takdir berkata lain. Fahri pada ahkirnya meminang seorang gadis bernama Hulya.

Awal-awal kehidupan rumah tangga Fahri bersama Hulya tak mudah bagi keduanya. Mereka butuh perjuangan, pengorbanan, dan pembiasaan. Fahri masih terus saja mengingat Aisyah sementara Hulya diliputi rasa cemburu terhadap sikap Fahri itu.

Namun, ujian pernikahan itu mereka lalui dengan penuh kesabaran dan permohonan pertolongan kapada Allah yang akhirnya berujung pada sakinah mawaddah dan warahmah yang hadir dalam rumah tangga mereka. Hanya saja kebahagiaan itu tak berlangsung lama sebab takdir kembali berkata lain. Dan sebab takdir dari Allah itu pulalah, Aisyah kembali.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini