Sekuat Apapun Aku Bertahan, Sebesar Itu Pula Tuhan Sadarkan Bahwa Dia Bukanlah Tujuan

Saat dia bukan tujuan

Lagi-lagi aku harus menulis sesengukkanku semalam. Melepas amarah bercampur kecewa, bahkan masih belum sempat terima bahwa kisah asmara sudah usai sekian lama. Lagi-lagi aku harus bercerita tentang orang yang paling depan ketika aku buta arah akan sebuah pilihan, aku harus bekerja atau kuliah. Dan yang paling parah, aku masih saja bernostalgia ketika melewati tempat-tempat bersejarah yang pernah ku lewati bersamanya. Seakan enggan bercerita pada semesta, aku hanya bisa tersenyum sembari menyadarkan diri bahwa ini hanyalah godaan kenangan darinya.

Advertisement


Sekuat apapun aku memungkiri untuk mempertahankan, sebesar itu pula Tuhan menyadarkan bahwa ternyata dia bukan sebuah tujuan


Bukan tidak pernah mempertahankan, hanya saja Tuhan tak ingin dia lebih lama singgah hingga lebih dalam menggali luka. Entah, ini semacam takdir yang harus kita terima atau apapun jalannya tapi memang ini faktanya. Aku yang setiap malam memintaTuhan untuk menjagamu, ternyata lewat dialah kau dijaga. Setidaknya aku masih sanggup melihatmu, sekalipun dari kejauhan


Sudahkah kau menemukan sesuatu yang baru hingga kau begitu bahagia, Tuan? Bukankah kau yang lebih dulu melepaskan semuanya? 


Advertisement

Seolah masih tak percaya mengapa bisa yang menyakitkan terlihat lebih bahagia, sedang yang tak bersalah malah harus memikul larah. Menjawab secerca pertanyaan dari keluarga apakah kau masih bersamanya atau tidak. Bahkan ketika mereka terlampau menaruh harap, kau bersamaku nantinya dan seterusnya tapi ah Sudahlah..


Tenang saja, aku sedang berusaha mengikhlaskan semuanya..


Advertisement

Yang harus kukatakan kedua kalinya adalah apapun yang terjadi sudah menjadi kehendak Tuhan. Seperti janjiku padamu, aku tidak akan menyimpan ini selamanya, aku hanya mengenang dan membuang jauh beribu hari yang sudah kau buat bersamaku.

Tentang dia yang sekarang atau yang akan datang mendampingimu, bisa kupastikan dia adalah perempuan beruntung setelahku yang menjadi bagian hidupmu. Memampukanmu dalam mewujudkan keinginan orangtuamu, menjadi bahu ketika kau tak tahu menangis sendu, dan berada di belakangmu ketika kau mulai sedikit ragu. Segala kemungkinan terbaik sudah kulantunkan untukmu, dan kebahagiaanmu.

Tentang aku yang sedang berdamai dengan keadaan, jangan khawatirkan perasaan dan lain sebagainya. Sebuah fatamorgana sedang berada dihadapanku. Menyelimuti sebuah rindu yang setiap detik harus kutahan dalam sendu. Memang terkadang sedikit mengeluh, untuk sekedar bertemu saja aku harus mengadu haru pada Rabbku. Aku hanya butuh waktu untuk tertunduk, membiarkan yang lalu lekas hilang dan berlalu.


Dan perihal takdir adalah aku yang kau tinggalkan kelak akan ditemukan. Dan kau yang mematahkan, akan disembuhkan. Secepat Tuhan mempertemukanmu dengannya, secepat itu pula Tuhan akan memberiku kekuatan untuk dipertemukan.


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat Kajian Ustad Hanan Attaki

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE