Sebuah Analogi; Rumah adalah Tempat Ternyaman Untuk Kita Kembali

Saat kau kembali, kau akan tersenyum tentang apa yang dinding-dinding ceritakan kepadamu

Jika berdasarkan kejadian yang saya ingat, ucap orang-orang yang saya dengar, dan proses tumbuh yang saya alami, saya menyimpulkan jika rumah adalah tempat ternyaman untuk kita kembali. Tempat berkumpulnya semua perasaan. Setiap jengkal dindingnya merekam setiap kejadian di depannya. Dinding menyaksikan tanpa mengomentari. Rumah tidak keberatan menerima kehadiran penghuninya meski telah meninggalkannya lama.

Advertisement

Rumah itu unik. Saat kamu sedang berada di dalamnya maka kamu akan melihat rumah dari satu sudut pandang. Namun, saat kamu meninggalkan rumah, barang sebentar apalagi lama, maka kamu akan melihat rumah dari banyak sudut pandang. Kamu mungkin akan lebih objektif saat membicarakan soal rumah. Terlebih setelah ditinggalkan lama. Lalu kamu kembali lagi, inilah momen paling menyenangkan. Saat dinding-dindingnya berbisik seru, menceritakan satu persatu kejadian yang direkamnya, tentang penghuni rumahnya. Mungkin kamu akan tersenyum saat mendengar ia menceritakan bagaimana tingkah lugumu dulu saat belajar berjalan atau kamu akan tertawa saat mendengar ia menceritakan kebersamaan konyolmu dengan adik-adikmu. Bisa jadi juga kamu menangis saat mendengar ia menceritakan sesuatu, tentang seseorang yang sudah tidak lagi bisa kamu rasakan kehadirannya.

Dinding juga merekam hal lain, bagaimana kamu yang saat tumbuh dewasa mengalami berbagai macam perasaan. Dari kamu yang mulai mengenal rasa kecewa, amarah, ataupun rasa malu. Lalu ingin sekali menolak rasa sejenis itu. Kemudian kamu berusaha mengelola semua rasa itu sampai akhirnya kamu menyadari jika semua rasa itu kamu butuhkan dalam proses tumbuh yang kamu alami. Rasa-rasa itu nantinya akan menjadi bagian dari sistem imun yang bisa membuat hatimu lebih kuat lagi esok hari.

Advertisement

Kemudian dinding merekam lagi, bagaimana kamu merasakan rasa yang manusia biasa menggolongkannya sebagai rasa berkonotasi positif. Senang, bahagia, haru, gembira, dan rasa sejenis. Rasa yang semula kamu berusaha keras untuk menemukannya. Tanpa kamu sadari jika semua rasa itu ada dalam dirimu. Hanya jika kamu bersyukur, rasa-rasa itu yang selalu mengingatkan kamu untuk jangan pernah sekalipun meninggalkan Sang Pencipta.  Dinding pun menceritakan tentang orang-orang yang datang ke rumah, baik yang mampir, singgah, maupun menetap. Orang-orang yang sama tapi dengan cerita yang berbeda, atau orang-orang yang berbeda tapi dengan cerita yang sama.

Saat kamu keluar rumah untuk waktu yang lama, lalu kembali lagi, tepat saat kamu menginjakan kaki pertama di halaman rumah, seolah ada celah dalam hatimu yang kembali terisi, yaitu rindu. Lalu seolah ada tempat dalam hatimu juga yang sebelumnya tanpa celah kini berlubang, yaitu harapan yang belum bisa diwujudkan. Nyatanya, rumah tidak cukup didefinisikan oleh kata apapun dan tidak sanggup dikalkulasikan dengan angka berapa pun.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE