Sebuah Cerita Tentang Teman Lama.

Jika saat itu aku dan kamu mencoba lebih memahami

Suatu hari kutemukan seorang pria yang senang menceritakan apa pun. Dia memulai semuanya dengan baik. Memberikan kebahagiaan yang tidak kusadari saat bersamanya. Berikan senyum di wajahku meskipun apa yang dia lakukan hanya sesuatu yang biasa.

Hingga suatu hari aku memiliki dunia yang baru. Aku mulai melupakannya. Namun, dia selalu menghubungiku. Menceritakan apa pun. Meskipun tanpa balasan, ia tak pernah lelah untuk bercerita. Bahkan, saat aku hanya membutuhkannya ketika terluka.

Aku sangat sering melukainya, mencoba melarikan diri saat bersamanya. Memintanya untuk pergi berkali-kali, memohon kepadanya untuk kembali berkali-kali. Aku hanya hadiah paling buruk dalam hidupnya karena luka itu membuatku melukainya padahal ia bukan orang yang sama.

Ia selalu bersabar menghadapiku. Bersedia menunggu ceritaku. Dia terkadang lebih memahami diriku. Setiap pertengkaran yang terjadi, ia akan melupakannya esok hari. Dia tahu aku tidak akan meminta maaf. Dia tahu aku akan menyesali semua hal yang kulakukan padanya.

Sekarang, diam-diam aku membutuhkannya. Merindukan setiap hal konyol yang ia lakukan. Bahkan, ketika ia memarahiku karena kebodohanku. Kini aku mengingat semua kebaikannya menyesali setiap keegoisan yang kulakukan kepadanya. Namun, aku tak ingin dia kembali, aku hanya ingin dia bahagia selalu.

Aku ingin menceritakan banyak hal padanya karena kutahu dia akan menghebatkanku walau semua orang menghakimiku. Aku ingin dia tahu bahwa aku bukan lagi seseorang yang sama seperti dulu. Namun waktu tak akan berjalan mundur dan penyesalan yang manis hanya bisa kunikmati seorang diri dalam sunyi.

Karena masa yang kulalui bersamanya hanyalah kenangan. Keegoisanku untuk menahannya sudah tak penting lagi. Aku harus selalu mengingat berapa banyak luka yang kuberikan padanya. Terlalu banyak kata-kata kasar yang kuucapkan padanya. Tak perlu lagi meminta maaf lalu melukainya lagi dan lagi. Semoga suatu saat dia memaafkanku dan melupakan semua kebodohanku.

Jika saat itu aku dan kamu mencoba lebih memahami, mungkin aku dan kamu masih berteman dengan baik. Tertawa mengingat kebodohanku saat bertengkar atau sekadar meledekku karena aku seperti anak kecil yang sering menangis. Semoga Tuhan memberikan banyak hadiah untukmu. Selamat tinggal teman lamaku. Selamat tinggal pendengarku yang baik. Selamat tinggal pagiku yang menarik. Aku akan merindukanmu diam-diam saat kesepian. Aku akan mengatakan pada dunia bahwa aku pernah memiliki teman sepertimu meski sementara saja.

"Seseorang teman sepertimu memberikan banyak warna dalam hidupku. Berbahagialah temukan duniamu!"

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pemimpi yang masih mencari sepotong hati yang baru