Sebuah Hati yang yang Kini Tak Lagi Sama Semenjak Itu

Apa yang terjadi jika kau terjatuh lagi dan lagi .

Sinar rembulan yang mulai meredup, digantikan dengan awan hitam nan pekat dan hitam, langkahku yang makin panjang dan semakin menjauh.

Bahkan tidak bisa menoleh kebelakang, tempat aku pernah terjatuh dan tak berdaya.

Aku memang sering terjatuh hingga ada tangan yang mengulur kepadaku dengan

senyuman, hingga aku terlena dan tersenyum kembali. Senyumannya yang mampu membuat jantungku memberontak dan berdegup lebih 

cepat hingga membuatkan sulit bernafas.

Aku sebut dia senja.

Senja yang sangat indah diantara awan yang mulai perlahan ditutupi gelap malam.

 

Seperti pergantian siang dan malam, senjaku ini hanya semantara.

Tidak abadi, sadarku bukan hanya aku yang mencari senja di sore yang indah.

Dia pun sama, aku hanya bagian dari pencarian.

Hingga senja yang lebih indah di matanya datang menawarkan rasa lain dari kehidupan.

 

Ceritaku pun usai dengan cara yang berbeda, terpuruk dengan keadaan gundah yang 

membuncah, benciku untuk diri sendiri muncul tanpa bisa ditepis.

Kenapa saat aku pertama kali jatuh hati dan terbalas , gagal dengan jarak disaat dia 

mencari pembenaran pada senja yang lain.

Ini yang dinamamakan jatuh terlalu dalam dan susah untuk berpindah, meratap tak mampu, energiku terkuras untuk hanya sekedar diam, sia-sia hanya untuk air mata berderai dalam ratapan.

Hingga aku takut melihat senja di sore hari yang indah.

Senja yang dulu kukagumi, sekarang perlahan kutinggalkan jauh kebelakang.

 

Akupun mencari matahari yang selalu tersenyum di siang hari, bersinar dalam kehangatan,

hingga menjadi sahabatku.

Perlahan rasa sakit pudar dengan senyuman dan semangat dari matahari, kusebut dia 

sahabat sejati, awalnya karena ini baru permulaan.

Aku tidak menyangka bahwa jantungku yang terlalu sakit ini berdegup untuk yang lain 

dan tak akan menyakiti hatiku.

Namun kenyataannya, ini lebih sakit lagi dari yang sebelumnya.

Dia terlalu jauh untuk kugapai dan kuraih.

Matahari ini memang tidak akan menyakiti hatiku bila aku hanya menjadi sahabat

sejatinya. 

 

Sakit terhebat berawal darinya.

Ego lebih kuat dari sekedar selalu ada dan hampa tanpa ada rasa memiliki.

Lebih berat dari sebelumnya, tembok yang harus kulompati lebih 

besar, tinggi dan tidak bisa kugenggam.

Ini tentang lantunan pujian untuk Tuhan sang pencipta berbeda dengan selalu aku ucapkan.

Kami menyembah sang pencipta dengan cara berbeda.

 

Rasaku kepada Sang pencipta lebih besar dari rasa terhadap cipataan-Nya.

Hingga aku menciptakan topeng indah yang hanya kutunjukkan kepadanya.

Sebuah persahabatan yang sangant indah, dan tak akan sanggup aku khianati,

Munafik karena bersembunyi dibalik topeng indah ini.

Dan akhirnya aku bertahan dengan rasa tanpa aku tahu yang dia rasa, terasa cukup 

untuk bersahabat dengannya untuk mencintai dari dekat.

 

Sejatinya mencintai itu sulit.

Sinar rembulan yang mulai meredup, matahari yang terlalu hangat namun menyakitkan.

Hatiku pun membeku seperti es yang tak tahu kapan akan mencair.

Tak mudah berdegup kencang, sulit mengagumi, tersenyum setiap hari untuk menutupi betapa sepinya hati, dan takut membuka diri.

 

Kini aku memilih untuk dicintai, belajar untuk bangun cinta.

Karena melupakan tidak semudah mebalikkan telapak tangan.

Ini tentang sebuah hati yang jika bisa berbicara, maka kata pertama yang terucap adalah betapa bodoh raga yang kutinggali sehingga mudah disakiti.

 

Dan akhirnya aku bertahan dengan lembaran kosong dan tak mampu kutulis dengan kata-kata indah.

 

Karena semua tak lagi sama.

Tidak ada lagi detak istimewa.

Sejak dihujam dengan kata-kata perpisahan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pencinta hujan yang menunggu indahnya pelangi, dibalik jendela dengan secangkir kopi dan lagu tentang kenangan.