Sebuah Tekad Seorang Kuli Bangunan Menuju Dunia yang Lebih Indah

Lelaki yang cuma bekerja sebagai kuli bangunan itu begitu sangat ambisius dalam mewujudkan cita-cita anak-anaknya.

Matahari tepat berada di atas dan memancarkan cahaya yang membuat mata tak bisa terbuka dengan lebar. Butiran-butiran air keluar dari tubuh Ernasri, nafasnya seperti sedang habis dikejar-kejar anjing, terburu-buru dan tak teratur, ia baru selesaikan pekerjaan yang membuat tangan bisa menjadi lecet dan tenaga terkuras habis.

Advertisement

Di desa Pitalah, Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Ernasri hanyalah seorang buruh kuli bangunan. Tumpukan pasir dan semen adalah sahabat yang menemaninya sehari-sehari.

Ia adalah suami dari seorang perempuan bernama Syafrida. Ernasri tidak hanya seorang kuli bangunan, ia adalah ayah yang mampu mengajak terbang kedua buah hatinya untuk terbang menggapai cita-citanya lewat perguruan tinggi.        

Anak pertamanya bernama Sridona Agustin yang berumur 24 tahun. Ia adalah mahasiswi Universitas Riau (UNRI) jurusan Pendidikan Fisika. Sementara anak keduanya Ferdi Nasri Saputra berumur 22 tahun, yang mencari ilmu di Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim (Suska) Riau sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi itu.

Advertisement

Ernasri adalah ayah yang kuat. Ia membanting tulangnya setiap hari, tak peduli retak atau patah yang akan ia alami. Keluarga adalah tanaman yang harus ia rawat agar terus hidup. Ribuan tetes air yang jatuh dari langit maupun teriknya matahari yang membakar kulitnya, tak menjadi tembok atau pagar yang menghadangnya, ia akan selalu mampu melompat dan menabraknya lebih tinggi dan lebih kuat lagi. Semuanya hanya untuk lembaran-lembaran kertas bernominal dan bergambar pahlawan.

Ernasri menanyakan ke mana buah hatinya akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

Advertisement

“Nak, kau mau lanjutin sekolah kemana? Jangan kau pikirkan biayanya, biar ayah yang urus,“ katanya mendukung.

Semangat Ernasri tentu patut diacungi jempol. Bagaimana tidak, lelaki yang cuma bekerja sebagai kuli bangunan itu begitu sangat ambisius dalam mewujudkan cita-cita anak-anaknya.

“Allah akan menolong, Allah nggak akan memberi ujian melebihi batas kemampuan hambanya. Dan jangan lupa berdoa dan berusaha,” kata Ernasri.

Ernasri mengatakan hemat adalah hal yang sangat penting dan ia menyatakan kalau di dunia ini tidak ada orang yang miskin.

“Bukankah Allah telah menjelaskan dalam surat Al-Maidah,  yang berbunyi pada hari ini telah aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah aku cukupkan kepadamu nikmat-ku.  Lah kalo Allah telah mencukupkan nikmatku berarti gajiku yang cuman 70 ribu perhari itu cukup dong untuk memenuhi semua kebutuhan keluargaku?” jelasnya.

Namun keyakinannya itu berbanding terbalik dengan kehidupan yang dialaminya. Mencukupi semua kebutuhan keluarga dengan mengandalkan upah dari buruh kuli bangunan saja tentu tidak akan cukup. Karenanya Ernasri rela berhutang ke sana-sini demi harta paling berharganya itu.

“Kata tetangga makan aja susah kok malah nguliahin anak,” ujar Ernasri.

Mendengar cacian seperti itu, semangatnya tak luntur warnanya sedikit pun. Cacian demi cacian itu berubah menjadi motivasi, cacian yang tertanam pada Ernasri tumbuh menjadikannya pekerja yang lebih giat dari orang giat di mana pun. Ernasri berharap agar anak-anaknya bisa menjadi seorang sarjana dan tidak hidup susah.

“Jangan sampai ada yang sepertiku yang mencari uang dengan mengandalkan fisik semata,” harapnya.

Harapannya yang mulia tampak sebagai pemberi gairah agar terus hidup dan bekerja demi anak-anaknya. Namun hal yang baik tak selalu mendapatkan respon yang baik pula. Kegigihannya dalam memperjuangkan masa depan anak-anaknya ternyata membuat kakak iparnya merasa iri. Kenapa kakak iparnya merasa iri? Kakak iparnya memiliki harta berlimpah, namun  pendidikan anak-anaknya tidak lebih dari tamatan Sekolah Dasar. Sifat dengki tampaknya menutupi pintu kebaikan kakak iparnya itu. Kakak ipar yang dulu sayang kepada anak-anak Ernasri, kini berubah menjadi membencinya.  

Pernah ada suatu hari, ketika itu keadaan sangat mendesak sehingga Ernasri menemui kakak iparnya untuk mencoba kembali meminjam uang. Namun, hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya.

“Udah nggak usah aja kau kuliahin anak-anak kau itu. Kau nggak akan mampu,” kata kakak ipar Ernasri.

Kakak iparnya tidak mempercayainya dan berkata kalau Ernasri tidak akan mampu mengembalikan uang yang dipinjamnya itu.

“Kau mau jual ladang? Emang kau punya ladang?,” katanya sambil membentak.

Kakak ipar Ernasri malah menyuruh anak-anak Ernasri agar merantau ke pulau Jawa. Ia juga mengatakan kalau anak-anak Ernasri bukanlah seorang yang pintar dan dapat dipercaya, bukannya mendukung  malah berprasangka buruk terhadap mereka.

“Dia nggak akan benar-benar belajar, dia hanya akan membunuhmu saja,” katanya dengan nada sok tahu.

Bukannya memberi jalan terang kepada Ernasri, ia malah memberinya ceramah dengan hal-hal tentang kepesimisan. Ernasri merasa kecewa karena tidak ada lagi saudara yang mau membantunya. Karena jalan buntu yang Ernasri temui, akhirnya ia mencari pinjaman kepada seorang rentenir. Ia mengatakan kalau cicilan dari pembayaran hutangnya memiliki bunga yang cukup besar.

"Namun setidaknya aku bisa mengirimkan uang kepada anak-anakku yang sedang kuliah,” ucapnya sambil bersyukur.

Ernasri bercerita kalau meminjam uang kepada rentenir adalah satu-satunya jalan yang memberinya solusi demi mencukupi kebutuhan anak-anaknya yang sedang kuliah itu.

“Ya terpaksa, hanya pinjaman dari rentenir itu yang bisa aku harapnkan. Pinjam 500 ribu bayar 800 ribu,” katanya sedih.

“Gali lobang tutup lobang, pinjam uang bayar hutang”. Seperti lirik lagu Roma Irama. Begitulah perjuangan Ernasri demi mewujudkan cita-cita anak-anaknya. Cukup sulit tapi dengan pertolongan Tuhan, Ernasri yakin tetap bisa memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE