Sejak Kau Memilih Pergi dan Menyakiti, Hatiku Bersumpah untuk Mati dan Tak Ingin Kau Sakiti

Menjadikan kisah kita hanya kasih yang mati dan tak akan pernah kembali.

Hidup terus berjalan beriringan dengan waktu yang sering kali menghadirkan ingatan. Banyak hal yang sudah berusaha dilupakan pun pada akhirnya bisa saja kembali datang, membongkar kembali luka-luka yang telah usang. Semua yang pernah dibuang jauh seolah terlempar menjadi sangat dekat. Tiba-tiba kau hadir lagi. Dalam kesempatan yang tak pernah kuingini. Entah sebab apa kau ingin kita bertemu dan bicara. 

Advertisement


Aku yang sudah berjalan jauh tak berdaya, seolah masih ada yang terasa. Sesuatu yang tersimpan di dada, tenggelam dalam hal-hal yang berbentuk luka.




Hari itu kau meminta kesempatan lagi untuk memperbaiki segala yang sudah tak layak disepakati. Kau mengatakan semuanya sudah tak perlu lagi dijauhkan. Sempat aku ingin bertanya; bukankah selama ini kau yang menjauhkan? Namun kupendam saja. Aku tak ingin kau mengira masih ada hal yang tidak aku rasa. Aku tidak ingin kau menduga aku memendam dendam. Aku tak mau kau mengira aku masih menyimpan sayang. Tidak ada sama sekali. Sejak kau memilih pergi dan menyakiti, hatiku bersumpah untuk mati dan tak ingin kau sakiti.

Aku telah membuangmu jauh-jauh dari ingatanku. Sebab mengenangmu hanya menjenuhkan kehangatan hariku. Tidak ada gunanya mengenang seseorang yang sudah tak ingin pulang. Seseorang yang telah memilih mati pada jalan lain. Kamu membuat semua yang menjadi harapan, hanya tersisa dalam pedihnya ingatan. Semua keputusan pahit itu lahir atas pintamu. Semua jalan berderai airmata semata kehendakmu pada semesta. Aku yang tertinggal tak pernah kau beri kesempatan untuk mengatur tanggal kapan semua akan kembali. Kau memilih membakar semua hari. Menjadikan kisah kita hanya kasih yang mati.

Advertisement


Lama aku mencoba membuat semua kembali menjadi lebih baik. Aku ingin kau berkata kita akan hidup lagi. 


Tapi kenyataannya tidak semanis harap, yang aku dapat hanya pahit yang mendekap. Kau tetap saja betah menjadi dirimu yang tak peduli. Hingga suatu ketika, lelahku tiba juga. Sejak hari itu aku memilih mengganggapmu tak pernah ada. Namun entah angin apa yang membawamu kembali. Kau datang dengan cara yang dangkal, seolah tak pernah ada luka yang kau sesali. Aku tak menyimpan dendam. Aku sudah memaafkanmu jauh hari dengan syarat kau tidak pernah kembali. Sebab, maaf mungkin bisa menghilangkan segala luka, namun tak bisa mengembalikan semuanya seperti semula.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Nikmati lezatnya rasa dan peristiwa yang terbalut kata-kata

CLOSE