Ketika Aku Sudah Mati-matian Berjuang, Akankah Kamu Juga Demikian? Ya, Semoga…

Sudah mati-matian berjuang


Mencintaimu, adalah cara terindah untuk menghancurkan hati.


Seuntai kata yang tak ingin didengar bagi mereka yang benar-benar mencinta adalah: Patah hati. Dan tak ada patah hati yang teramat sakit ketika yang mematahkannya adalah seseorang yang benar-benar hanya dicintai. Maksudku adalah, aku yang hanya mencintaimu. Dan kau yang tidak mencintaiku. Lalu aku patah hati. Sedang kau baik-baik saja.

Yang kutahu, segala sesuatu yang patah dan pecah, selalu menimbulkan suara gaduh. Tapi kenapa saat hati ini patah hingga pecah, tak ada suara yang kudengar? Mungkinkah kau yang pandai untuk melukai hati ini? Atau akunya saja yang terlalu tuli bahwa perasaan ini sudah dihancurkan sedemikian indahnya olehmu? Semua memang penuh tanya. Juga tanya perihal mengapa kau begitu kucintai.


Seseorang yang terjatuh pada lautan cinta, juga harus merasakan pahitnya tenggelam dalam deru luka.


Kadang aku berpikir, kau itu seperti lautan luas di luar sana. Tak peduli seberapa besar aku hujani kau dengan air hujan ini, tetap saja kau tampak biru. Sedang aku, sehabis menghujani kau, akan berubah menjadi putih, tapi akulah yang membiru. Seolah, aku melakukan sesuatu yang sampai kapanpun tak akan membuahkan hasil positif.

Beberapa orang menganggap aku ini payah dalam mengejarmu. Hanya mampu bersembunyi dibalik kata-kata yang terkesan penuh bualan. Tak jarang aku mendengar kata-kata sindiran perihal ketidakgunaanku untuk mengejarmu sejauh ini. Lalu terdengar tawa dari mereka, sebab mereka menyuruhku untuk menyerah dan mengakhiri ini semua. Dan aku tertawa kemudian, karena aku tidak ingin menyerah begitu saja. Lalu kami tertawa, tanpa pernah tahu apa penyebabnya.


Tidak peduli seberapa keras sebuah usaha, di dunia ini, ada yang memang tidak ditakdirkan untuk kita.


Satu waktu aku sadar. Aku berhenti untuk mengejarmu. Aku berhenti dari usaha untuk mendapatkan cinta darimu. Aku tengok ke belakang, dan kulihat sudah segumpal luka yang kutanggung berkatmu. Aku menyerah? Bukan! Aku tidak menyerah. Melainkan, aku sudah mencapai garis akhir.


Aku sudah menyelesaikan ini dengan kaki yang yang terpincang-pincang.


Tidak mudah memang. Tapi, hanya ini satu-satunya cara agar aku bisa melihatmu berdiri bersama sang pemenang, kan? Bisa melihatmu berdiri bersama seseorang yang kau cintai, dan juga mencintaimu. Iya, mengejarmu, seperti sebuah perlombaan lari jarak jauh. Dan aku kalah.

Kuharap kau melihat tepuk tangan ini. Kuharap kau melihat air mata ini. Kuharap kau melihat cucuran luka ini. Kuharap, kau mau untuk melihat satu atau dua detik ke arahku. Lalu akan kubiarkan kau bersenang-senang dengan orang yang kau cintai. Sedang aku, biarkan langit ini menjadi saksi tentang seseorang yang sudah setengah nyawa mengejarmu, tapi tak pernah dihargai sedikitpun. Bahkan di saat ini, kuharap langit menumpahkan seisi airnya, hanya untuk menyamarkan kesedihanku ini.

Aku hanya berharap, di masa depan, ada seseorang yang mau menceritakan kisahku dalam mengejar seseorang yang kucintai, kepada banyak orang, dan menyebutnya sebagai: Dongeng.


Kau bukanlah orang yang tidak baik. Hanya saja, aku dan kamu tidak tepat untuk menjadi kita.


 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mahasiswa Universitas Mataram | Penggemar Manchester United | Aktif di Twitter | Penulis Buku: Jomblo Ngoceh

Editor

Not that millennial in digital era.

81 Comments

  1. Iqbal Zaini berkata:

    Dalem maknanya.

  2. Astrid Dwita berkata:

    Sintia Dwi Putri Novita At

  3. Brenda Alvionita Nababan how abt u..

  4. Terkadang yang di perjuangkan semelekethee… Priiitt… ???

  5. Etye Suzantye berkata:

    insaallah kamu pun akan aku perjuangkan.jdi kita berjuang bersma

  6. Attiah berkata:

    Faridz Miftah :'(