Selamat Ulang Tahun Jogja, dari Saya yang Selalu Jatuh Hati pada Setiap Sudut Kotanya

Untuk 262 tahun Jogja

Bukan tentang Keriuhan, Euforia hari jadi yang ada di jalanan.

Tetapi tentang bagaimana kota ini menjadi saksi Perjalanan.

Sudut- sudut Kota yang terlampau romantis untuk dilontari kata Pisuhan

Atau bahkan tempat yang kurang pas dituai Pujian.

Dari suatu Kekosongan, sampai warna-warni kisah yang menemani kehidupan.

Kota yang menajdi tempat Ber transformasi, Bermetamorfosis.

Katanya, kau bisa menjadi apa saja disini.

Sulit, untuk mengatakan "tidak rindu".

Sulit untuk menjadikannya kisah menjadi bermakna.

Lalu, kisah ini masih berlanjut disini.

Kisah yang tentang apapun bahkan kisah yang sulit djangkau Logika.

Semoga senantiasa terjaga, senantiasa istimewa, sampai jejak jejak ber metamorfosa menjadi nyata.

Hiruk Pikuk Jogja di usianya yang ke 262, Jogja yang semakin banyak bangunan menjulang tingginya, Jogja yang padat kendaraan- kendaraan yang melintas di jalananya, Jogja yang selalu riuh dengan aktivitas para pelancongnya serta dengan segudang cerita riuh atau heningnya. Perayaan Ulang Tahun Jogja yang selalu ditunggu tunggu seluruh masyarakatnya, sama seperti 3 tahun lalu ketika tubuh dan jiwa berpijak di tanah Istimewa ini, menyaksikan kemegahan perayaan Ulang Tahun Jogja, seluruh masyarakat tumpah ruah di sepanjang jalan Margo Utomo – Sepanjang Malioboro.

Pertunjukan kesenian dan iring- iringan nan estetik. Gempita kembang api serta semarak bregada bahkan gamelan yang turut serta merayakan keagungannya. Tetapi bukan tentang itu , tiga tahun berada disini Jogja mengajarkan banyak hal bukan hanya tentang keriuhan tetapi tentang makna berada di Kota yang dikatakan Istimewa. Ada beberapa titik tentang Jogja yang memberikan pelajaran, seperti

Ramainya Titik 0 KM Serta panggung Pagelarannya

Salah satu ikon Jogja yang satu ini memang selalu membius setiap penikmat yang mendatangi tempatnya,Sorot lampu kota kekuningan yang tak terlalu benderang namun menenangkan ini selalu memikat setiap manusia yang melewatinya. Bukan itu saja setiap mata pasti tertuju pada bangunan- bangunan disekitar 0 km yang kaya akan sejarah ini. Bukan hanya sejarah, tetapi kini bangunan- bangunan itupun menjadi bangunan fungsional. Sebut saja gedung Bank BNI, Bank Indonesia yang menjadi suatu titik perekonomian, kantor pos yang menjadi sarana kirim barang ataupun surat walaupun saat ini sudah tak banyak orang- orang yang mengirim surat. Surat yang biasanya tentang menanyakan kabar inipun menjadi simbol bahwa orang orang di dalamnya mengalami kerinduan. Sama ketika kita datang ke Jogja lalu meningggalkannya, sudah bisa dipastikan ia akan Rindu dan saling bertatap adalah obatnya.

Tempat Pagelaran yang berada tepat di titiknya atau bergeser sedikit di Taman Budaya Yogyakarta, disanalah sorak sorai penontton , gemuruh tepuk tangan ada di dalamanya. Dimana sebuah karya dipertunjukkan. Dimana para pelaku seni ataupun penggarapnya menuntaskan sebuah proses yang telah dilakukan.

Stasiun Tugu mengajarkan tentang Mengakhiri atau memulai

Ada yang datang untuk memulai kisah baru, menginjakkan kaki disini untuk memuali kehidupan baru di Kota Istimewa, entah itu akan menempuh pendidikan ataupun memulai pekerjaan. Jika dikaitkan tentang Pendidikan Jogja memang pantas dijuluki Kota Pendidikan ada ratusan Perguruan Tinggi di kota ini. Pekerjaan, orang- orang yang datang ke Jogja untuk bekerja pasti punya alasannya sendiri, Jogja memang bukan kota yang teralalu metropolitan yang mengajarkan sebuah kerja keras. Tetapi Jogja mengajarkan sebuah Pekerjaan yang ia dapat menikmatinya dengan Hati. Menikmati pekerjaan nya bukan sekedar untuk materi.

Ada yang mendatangi Stasiun Tugu untuk meninggalkan kisah lama, ia akan menemukan dunia baru diluar Jogja. Akan ada kerinduan yang menderu ketika langkah kaki semakin menjauh dari hiruk pikuknya stasiun. Semoga ia meninggalkan untuk mencapai peningkatan kata kesuksesan.

Jalanan Jogja yang semakin padat

Berada di jalanan kota ini semakin hari, semakin sesak. Banyak yang terpikat dengan kota ini, sehingga penghuninya semakin penuh, manusianya semakin riuh. Berada di Jalanan Jogja membuat kita meningkatkan kesabaran, apalagi dibawa terik yang semakin panas. Tetapi ini pun tak juga membuatnya bosan, lihat saja dibeberapa titik jalanan Kota Jogja pasti ditemui para pengamen jalanan dengan alat musik angklung ciri khasnya. Ia mencari pendapatan sekaligus membuat penghiburan , dikala orang- orang jenuh melihat sesaknya jalanan.

Ada banyak lagi tentang Jogja yang sulit diungkapkan. Ada banyak hal lagi yang perlu dilakukan untuk menuntaskan impian. Dari sudut sudut kota yang menemani kehidupan. Tetapi Jogja bukan sekedar keriuahan ia adalah saksi menuntaskan segala impian.

"Jogja juga bukan hanya kota yang memerlukan kata pujian yang berlebihan. Dia hanya perlu sentuhan kasih dari hati nurani kita", kata Sultan Hamengkubuwono IX.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Senang menghidupkan kata-kata, dan terhidupi dari kata-kata.