Semakin Seseorang Itu Dewasa Semakin Orang Itu Jarang Tersenyum Bahkan Tertawa

Kamu hanya lihat bahagianya tapi kamu tidak lihat kesakitannya.

Dahulu ada yang berkata kepadaku, semakin seseorang itu dewasa semakin orang itu jarang tersenyum bahkan tertawa. Mengapa demikian? aku bertanya tanya dalam benakku, namun tak ada jawaban, bagiku kalimat itu adalah hal yang mustahil mana mungkin semakin dewasa semakin orang jarang tertawa bukankah di saat dewasa seseorang memiliki segalanya.

Advertisement

Ya, memiliki kisah hidup kebanyakan orang impikan, lulus dari bangku kuliah mendapatkan pekerjaan dan semuanya tercukupi. Tapi, kini cara pandang ku berbeda, aku mulai memahami arti dari sebuah kalimat  "semakin dewasa semakin jarang orang untuk tersenyum bakan tertawa".

Bagiku, ini adalah kisah hidupku yang kualami secara nyata tidak secara perlahan namun langsung menghantam hidupku. Semenjak kejadian ibuku sakit mendadak, segalanya berubah dan tak lagi sama, bahkan kepribadianku pun berubah dari sosok yang sangat amat ceria kini aku hanya seorang penyendiri. Bukan tanpa sebab aku menjadi seperti itu.

Duniaku yang dulu selalu dipenuhi dengan orang-orang yang menyayangiku, kini satu persatu hilang. Semenjak ibuku, sakit aku jarang sekali berkumpul bersama teman-teman, tertawa bersama, pergi jalan-jalan bahkan sekedar chating pun sulit unuk kulakukan,

Advertisement

Seseorang yang awalnya kuanggap dia akan selalu ada untukku dan mengerti keadaanku tapi lambat laun ia meninggalkanku dengan sikap yang amat terasa dingin. Yah, orang yang aku sayang beberapa tahun ini. Aku mulai menyayanginya di titik itu aku mulai terbiasa bersamanya dan aku mulai memiliki harapan bersamanya.

Namun takdir berkata lain, ia meninggalkanku dalam keadaan aku butuh seseorang untuk mendengarkan segala apa yag aku rasakan saat itu. Sikap yang mulai berubah dan mudah marah karena hal kecil bahkan itu adalah hal sepele membuatku merasakan itu bukan sosok dirinya yang dulu. Ia sudah berubah.

Advertisement

Pada akhirnya aku memberanikan diri untuk mengatakan apa yang terjadi sebenarnya. Dengan alasan yang menusuk bagiku, kami mengakhirinya segalanya. Tahu kah kalian mengapa aku mengakhinya? Karena aku tahu ada seseorang bersamanya.

Yah, betul wanita lain. Ia meninggalkanku tepat di mana aku dalam keadaan terjatuh, tak lama hanya selang satu minggu dari kisah yang kami akhiri. Aku tak sengaja melihat IG Story wanita itu. Ia berpelukan walaupun wajahnya tertutup helm aku tau persis bahwa itu adalah ia laki-laki yang meningglkanku, ketika bersamaku ia bersamanya pula.

Orang yang aku sayang ternyata menghancurkan hatiku berkeping-keping, aku ingin menangis kencang tapi sayangnya aku sedang menjaga ibuku yang sedang tertidur karena sakit. Aku hanya tersiak pedih kala itu. Air mataku mengalir tak henti dan aku hanya bisa menutup mulutku dengan kain agar tak mengeluarkan suara. Yah, satu hal kembali yang membuat keceriaanku pudar setelah sakitnya ibuku, ia pergi meninggalkanku dengan wanita lain.

Aku berpikir aku masih punya teman-teman yang mampu mengerti perasaanku, tapi nyatanya mereka pun sama. Teman dekatku semasa SMA dan teman dekat kerja pun pergi meninggalkanku karena aku tak pernah bisa datang untuk bertemu. Andai mereka tahu bukan aku yang tak mau bertemu tapi keadaanlah yang membuat aku tak bisa pergi kemana-mana walapun hanya sekedar di daerah terdekat..

Mereka berkata, aku melupakan mereka dan lebih memilih teman-teman kuliah dari pada mereka. Walaupun teman bekerja tak berkata seperti itu, teman SMA lah yang mengatakan aku melupakan mereka sampai-sampai aku diabaikan hingga saat ini. Hilanglah duniaku selanjutnya teman dekat SMAku pun pergi hingga kini.

Aku yakin Allah masih memberiku kesabaran dan kekuatan hati untuk menerima ini. Berbulan-bulan kondisi ibuku belum membaik sampai rasanya hati ini berada di ujung lelah dan ingin menyerah. Tapi, aku ingat aku harus berjuang demi wanita yang paling berharga di hidupku. Berjuang membantu dalam mengurusnya. Membantu dalam biaya pengobatan dengan gajiku yang sangat dibawah UMR, namun tak sampai hati aku pergi bekerja meninggalkan ibuku.

Pada akhirnya aku lebih memilih meninggalkan pekerjaanku demi ibuku. Sulit memang keadaannya. Tidak ada yang membantu sumber keuangan bapak saat itu, hingga akhinya aku menjual cincin untuk biaya satu minggu kedepan dan menjual cicncin ibuku untuk biaya pengobatan. Keluarga kami memang banyak dan perhatian, tapi aku dan bapak tidak mau merepotkan mereka kembali karena sebelumya mereka sudah banyak membantu kami dalam biaya rumah sakit.

Semakin lama keceriaan itu tidak ada lagi, hilang, yang ada hanya rasa sesak dan sesak, hingga pada akhirnya aku menjadi pengganguran yang hanya fokus pada ibuku. Semakin lama keadaan ibu semakin membaik walau pada kenyataannya ia tidak bisa pulih seperti dulu, selang makan selalu tergantung di hidungnya agar makanan bisa masuk ke dalam tubuhnya.

Selang beberapa bulan aku fokus merawat ibu, aku berniat kembali bekerja karna kondisi keuangan sudah benar-benar nol. Dengan informasi dari saudara, aku melamar pekerjaan dan hasilnya aku tidak lolos di tahap akhir. Sempat merasa gelisah apa aku mampu mendapatkan pekerjaan berkat doa orang tua terutama ibu aku mendapatkan pekerjaan yang mungkin bagi orang lain ini mustahil, aku yakin itu semua doa ibu doa bapakku dan doa saudaraku,

Di sinilah titik aku mulai kehilangan senyum dan tawa kembali, teman-teman kerjaku dulu kini menganggap aku sombong dan lupa mereka. Mereka menyindirku di grup WA. Aku sadar aku tengah di sindir, namun aku tak mau membalasnya. Mereka melihat penghasilkan aku yang lebih besar sekaranga tapi lupa untuk terhadap mereka. Jujur aku ingin berkata kepada mereka, bukan aku pelit, bukan aku sombong, dan bukan aku tidak mau, tapi nyatanya aku belum mampu untuk itu, aku masih harus membagi keuanganku untuk biaya berobat ibuku, biaya makanku dan biaya adik bungsuku

Aku sedih aku tertusuk akan hal yang kalian katakan melalui sindiran. jika kalian tahu dari sisa penghasilkanku, aku hanya mendapat sekian persen untuk diriku sendiri. Aku harus menabung untuk biaya tak terduga ib ku nanti.

Wahai, teman mengapa kalian pergi dari hidupku? Mengapa kalian menambah beban kesepian dari diriku kini? Kalian yang aku anggap orang yang paling mengerti aku, tapi kini nyatanya kalian kini pisau tajam yang menusuk jiwa.

Innallaha ma'ana aku selalu yakin itu, aku masih diberi kekuatan oleh Allah aku masih diberi keluarga yang menyemangatiku walapun hati ini sepi, hati ini sakit hati ini tak tahu rasanya seperti apa. Bagiku kalimat semakin dewasa semakin jarang tersenyum dan tertawa memang benar adanya. Mungkin suatu saat nanti aku akan kembali menemukan keceriaan dan kebahagianku.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE