Sepucuk Surat Untukmu yang Terpisah Jauh Dariku, Percayalah Aku Selalu Merindumu

Walau aku telah melewatkan begitu banyak waktu tanpamu,

aku tetap dan akan selalu mencintaimu.

Sayang, apakah kau sudah jenuh? Kumohon, bertahanlah. Tinggal sedikit waktu lagi, penantian ini pasti berakhir. Tidak. Kau tahu aku bohong. Sebenarnya penantian ini masih panjang, hingga umur kita tidak cukup panjang untuk mengukurnya.

Sayang, apakah kau sudah lelah? Ingin berhenti mencintaiku, lalu mencari cinta yang lain? Kumohon, bersabarlah. Tinggal beberapa langkah lagi, perpisahan ini akan segera berakhir. Tidak. Kau tau aku sedang bercanda. Sebenarnya perpisahan ini masih lama, hingga jari-jari kita pun tidak cukup banyak untuk menghitungnya.

Sayang, ada apa? Kau marah, sedih atau kesal? Kumohon, tenanglah. Kau tidak perlu mengutuki waktu yang telah lama berjalan, namun tak jua mempertemukan kita. Kau juga tidak perlu mencaci jarak yang telah lama memisahkan kita.

Karena kau tahu, Sayang? Sejauh apa pun kau pergi, selama apa pun kau tidak bisa kulihat, percayalah aku tetap mencintaimu.

Sayang, apa yang sedang kau pikirkan? Mengapa suaramu parau? Dimana semangatmu? Apakah kau sedang putus asa? Kumohon, tetaplah seperti dulu – jangan pernah berubah, sama seperti aku yang tidak pernah berubah dan tidak pernah berhenti mencintaimu. Ya, aku benar-benar mencintaimu walau beberapa puluh jiwa meragukanku. Aku tidak peduli dan tidak mau tahu. Yang aku mau tahu adalah, kau pun mencintaiku sama seperti aku mencintaimu.

Sayang, masihkah kau mencintaiku? Secinta apa? Masih seperti dulukah? Ataukah sudah mulai pudar? Atau bahkan sudah sangat pudar, tak tersisa setitik pun untukku?

Kumohon, beri tahu aku. Jangan membungkam mulutmu sendiri, sebab aku tidak pernah tahu apa yang sedang kau pikirkan. Karena kau tahu, Sayang? Aku bukanlah peramal yang mampu menterjemahkan semua sikap dan tingkah lakumu. Karena itu, berucaplah, Sayang. Jangan terlalu betah dalam diammu, yang tanpa kau tahu telah menyayat hatiku.

Sayang, tidakkah kau melihat mataku yang kini telah sembab? Aku pun menangis saat mengetahui ruang dan waktu sedang mempermainkan kita. Tapi kau tahu, Sayang? Aku masih setia di sini. Aku tetap bersabar menantimu kembali, entah kapan pun itu. Harapku masih ada, bahkan sangat besar untuk bisa hidup bersamamu. Karna kau tahu? Sepanjang hidupku, aku hanya pernah menjatuhkan cintaku ke dasar lautan hatimu dan aku tidak dapat mengambilnya kembali. Sekali pun aku berusaha setengah mati untuk menyelami lautan hatimu dan berusaha untuk meraih cintaku yang telah jatuh di sana, aku tidak pernah mampu mendapatkannya kembali. Ironisnya, aku pun tenggelam di sana dan tidak memiliki kapal selam yang cukup bagus untuk membawaku kembali ke permukaan. Aku dan cintaku, telah ada di sana, di dasar hatimu yang tidak mampu kuukur entah berapa ribu kilometer dalamnya.

Sayang, apakah kau masih meragukanku? Kumohon, percayalah. Aku mencintaimu sejak pertama kali aku jatuh cinta padamu, hingga sekarang dan mungkin hingga aku mati kelak. Aku tidak mengumbar kata-kata, hanya mengatakan apa yang sesungguhnya kurasakan. Ya, aku mencintaimu dengan semua kelebihan dan kekuranganmu tanpa terkecuali.

Bersamamu, aku selalu menemukan bahagiaku, walau raga kita terpisah sejauh ratusan bahkan ribuan kilometer.

Kau selalu ada di hatiku, walau gunung dan lautan menghadang mataku untuk melihatmu. Ya, aku mencintaimu. Tidak peduli kau sedang dimana dan sejauh apa, tidak peduli selama apa pun itu, aku tetap mencintaimu dan akan selalu menunggumu. Selalu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penulis amatir, pecinta hujan dan penyuka sepi.

3 Comments

  1. Ebi Katshu berkata:

    Sangat menyentuh