Seringnya Meminta Maaf Duluan, #MerdekaTapi Setelahnya Masih Baperan

Dengan membenciku tanpa alasan, sama saja kau menjajah secara gerilya diri ini. Lebih berat karena diam-diam mematikan

Salah satu hal di dunia ini yang paling aku takutkan adalah dibenci tanpa tahu alasan pasti, kenapa mereka sampai membenci. Sikap merasa bersalah terus menghantui, ketika tanpa sadar lambat laun mereka mulai menghindar bahkan seolah-olah keberadaanku tidak mereka sadari.

Advertisement

Sebagai manusia yang tidak pernah luput dari kesalahan diri, aku pun mulai bertanya-tanya bahkan sampai menyalahkan diri sendiri. Terbawa mimpi dan perasaan setiap hari.

Menjadi seseorang yang baper-an sangatlah menjengkelkan sekali. Negara kita saja sudah merdeka, tapi masih saja aku terjajah oleh perasaan merasa bersalah, setiap kali tanpa sadar mengingat sikap mereka yang tiba-tiba berubah terhadap diri ini.

Aku bukan paranormal, yang bisa menebak apa kesalahanku. Jadi tegurlah aku! Jangan membicarakanku tanpa tahu benar bagaimana keadaan sebenarnya di lapangan. Apalagi sampai mempengaruhi orang lain pula untuk membenci diriku.

Advertisement

Tidak jarang pula justru karena ketakutanku jika mereka akan menjauhiku, aku lebih memilih untuk meminta maaf kepada mereka terlebih dulu. Padahal sebenarnya, tidak sepenuhnya semua kesalahanku. Hanya saja aku menghindari persoalan yang akan menjadi panjang dan rumit nantinya, jika salah satu dari kita tidak ada yang mengalah.

Bukan sekali ini. Bahkan berkali-kali. Bagi mereka mungkin ini biasa saja. Tapi bagi diriku, ini sudah menjadi seperti penyakit untukku. Tanpa tahu pengobatan apa yang harus kutuju untuk menyembuhkan rasa bersalahku.

Advertisement

Tidak sekali ini saja teman-teman menyebutku adalah seseorang yang baper-an. Memang benar. Akupun juga merasa seperti itu. Tapi jika kalian di posisiku, apakah yang akan kalian lakukan? Apalagi sekarang ini kedudukanku sebagai seorang pemimpin dalam salah satu organisasi. Sering pula aku menangis di hadapan mereka. Tidak jarang pula sikapku tetap sama. Aku lebih memilih untuk mengalah. Aku ingin semuanya berjalan baik-baik saja seperti biasanya. Namun, sampai saat ini yang ku dapati, rasanya sakit bila kupendam sendiri rasa mengalah ini.

Sampai-sampai salah satu tetanggaku pun, dari semenjak aku pindah kerumahku sekarang ini, mungkin sekitar 13 tahun lalu, masih saja tidak mau bersikap baik denganku juga ibuku. Ada saja hal yang diperbuat mereka untuk membuat keluargaku jelek di mata tetangga lainnya. Padahal sampai sekarang ini pun, baik aku ataupun ibuku tidak pernah sekali-kali mengganggu kehidupan keluarga mereka. Lagi-lagi perasaan merasa bersalah dan baper-an memenuhi pikiranku.

Ingin rasanya pula menanyakan apa sebenarnya kesalahanku juga ibuku terhadap keluarga mereka. Atau karena kami hanya keluarga sambung? Tapi jika memang benar, apa karena itu alasannya? Atau ada hal lain? Lagi-lagi ini terbawa dalam pikiran juga perasaaanku. Rasanya sangat tidak nyaman sekali.

Aku mulai berusaha untuk membangun pemikiranku sendiri. Negara kita yang dulunya dijajah sampai ratusan tahun bahkan lebih saja, jika itu sudah waktunya merdeka, Tuhan memberikannya. Apalagi ini menyangkut kemerdekaan hati hamba-Nya.

Meskipun begitu memang selayaknya aku pun tidak hanya berpangku tangan saja. Melainkan bagaimana sikap timbal balikku kepada mereka. Bukan untuk membalas hal serupa seperti apa yang mereka lakukan terhadapku.

Tapi, pada kenyatannya, saat ini aku hanya mampu memaafkan mereka melalui doa saja. Belum sanggup rasanya melupakan rasa sakit dengan apa yang mereka lakukan terhadapku ataupun keluargaku.

Aku selalu berharap akan ada saatnya nanti kesalahpahaman antara aku juga mereka yang membenciku segera berakhir. Tapi saat ini pun aku masih bertanya-tanya apa yang harus aku lakukan? Kapan rasa baper-an ini akan berakhir menutupi bahagiaku?

Sebenarnya aku yang harus datang kepada mereka. Tapi rasanya seperti tidak adil. Mereka yang sebenarnya tahu apa kesalahanku, tapi tidak mau untuk menegurku. Tapi justru mempermasalahkannya hingga sampai sejauh ini. Atau hanya aku yang baper-an saja? Menganggap menjauhnya mereka adalah murni kesalahanku? Untuk kesekian kalinya aku terbawa perasaanku sendiri.

Dengan sangat memohon kepada kalian, tegurlah aku. Cobalah terbuka denganku. Mungkin dengan empat mata kita saling terbuka dan mengutarakan segala pikiran negatif kita, semuanya bisa selesai meskipun itu juga tidak mudah. Tapi setidaknya kau pun tidak berpikir negatif tentang diriku ini lagi. Sekali lagi maafkan diri ini, kawan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Bukan sekedar hobi melainkan memberi arti.

CLOSE