Setumpuk Rindu dalam Secangkir Kopi

Kopi, cairan hitam yang tergenang didalam gelas. Aku menyukainya, kamu juga. Lalu, tak bisakah kita menikmatinya bersama?

Advertisement

Kamu dan gelas kopi itu masih senang aku pandang. Aku masih menyukai saat gelas kopi itu menempel di bibirmu. Aku belum bisa mengalihkan pandanganku saat kamu menghirup dan meneguk cairan hitam itu. Dan aku ingin kembali lagi menikmatinya. Itu semua adalah kamu dan hal-hal yang masih kukenang.

Kamu pergi tanpa membawa semua hal, agar bisa membuat aku lupa. Masih saja ada yang tertinggal. Hal-hal kecil yang mengingatkan aku tentangmu. Minuman favoritmu, misalnya. Aku kembali lagi ke tempat ini, tempat yang dulu kita datangi bersama untuk sekedar menghabiskan senja sore hari. Kali ini aku datang sendiri, duduk di kursi yang sama, memesan minuman kopi yang sama pula dan aku membayangkan ada kamu yang duduk manis di kursi di depanku itu.

Aku terhentak kaget, ah, aku ingin bisa membunuhnya, menikam rasa rindu yang jahanam ini. Aku merindukannya dengan baik. Aku tak bisa menikamnya, aku belum sanggup menikam rindu yang jahanam ini. Aku tak bisa membunuhnya, aku terlanjur menyukainya. Tapi sadarlah sekarang, dia sudah terlanjur pergi.

Advertisement

Aku meneguk cairan hitam itu. Aku akan menyisakannya, tak ingin menghabiskan. Menghabiskan cairan ini kemudian berlalu, aku tak ingin melakukannya lagi. Aku akan menyisakannya sedikit agar kamu tak cepat berlalu. Dengan cara itu aku akan mengenangmu, dengan tumpukan rindu yang ada dalam secangkir kopi ini.

Aku merindukannmu.

Advertisement

Kamu mengibaratkan kopi seperti cinta, ketika hangatnya sudah tiada, maka tak akan enak jika dipanaskan kembali. Aku mengibaratkan kopi seperti cinta, meskipun sudah tak hangat tapi masih bisa dinikmati dengan hangatnya kepura-puraan.

Sekali lagi aku ingin menikmatinya di sebuah sore sambil menanti senja datang. Senja yang kemudian datang menjemputmu. Kali ini aku akan mengibaratkan kopi seperti cinta, ketika hangatnya sudah tiada, bisa saja kita membuat kopi hangat yang baru. Ketika hangatnya cinta sudah tiada, maka kita bisa mengulang kisah dari awal jatuh cinta dulu. Itu aku lakukan agar kita tetap bisa menikmatinya.

Kopi, cairan hitam yang tergenang di dalam gelas. Aku menyukainya, kamu juga. Lalu, tak bisakah kita menikmatinya bersama lagi ?

Sekali lagi aku ingin menikmatinya di sebuah sore sambil menanti senja datang. Dengan setumpuk rindu yang ada di dalam secangkir kopi ini, aku ingin katakan padamu “tolong, tak bisakah kamu selalu menikmati minuman favoritmu di sini saja, denganku?”

Aku telah lama merindukanmu…

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penulis yang selalu Galau

3 Comments

CLOSE