Sewindu Laraku Tertangguhkan dengan Dekapan Hangat Ibu

Engkau adalah makhluk ciptaan-Nya yang berhati selembut sutra juga pemiliki dekapan terhangat di dunia ini. Engkau adalah kuat dan tangguh. Kekuatannya mampu mengalahkan seberapa pun kuatnya baja terkuat di dunia ini, sedangkan ketangguhanmu bak karang di lautan yang tetap kokoh dengan detuman dan hantaman jutaan gelombang ombak di lautan.

Engkau adalah malaikat pertamaku yang memang Ia takdirkan untuk menjaga dan menimangku. Malaikat yang hangat kala hatiku selalu di rundung pilu. Aku bahkan tak mampu berkata-kata tatkala engkau tetap tangguh seperti sedia kala. Engkau tangguh dengan caramu sendiri. Engkau tangguh dengan pilihan atas tanggung jawabmu pada kami.

Padamu lah hanya ingin kupeluk dan dekap sekuat mungkin. Ingin kuucapkan ribuan kata cinta dan sayangku yang tak kan pernah sebanding dengan apa yang telah engkau berikan pada kami salamia ini. Engkau adalah sosok luar biasa yang kian membuatku kuat dengan tantangan zaman sekarang ini. Engkau pahamkan aku dengan cara dan sikap terbaikmu.

Engkau itu tangguh. Setangguh ketika sewindu laraku tak pernah terobati. Engkau dekap dan peluk aku dengan caramu yang hangat. Engkau pahamkan padaku bahwa hidup adalah sebuah perjuangan. Hidup adalah sebuah takdir yang mana taqdir yang harus diperjuangkan dengan do’a dan harapan-harapan yang hanya tertuju kepada-Nya. Engkau selalu menyadarkanku bahwa masih ada lengan yang setiap saat bersedia mendekapmu sekedar menghangatkan atau untuk menenangkan juga bahu yang akan menopang segala keluh kesahku.

Kembali lagi pada statusmu yang mungkin orang memandang jika sendiri adalah kesedihan yang nyata, jika sendiri adalah kerapuhan yang akan menggerogoti hari-harimu dan, jika sendiri adalah engkau tidak akan mampu untuk bangkit. Tetapi tidak untukmu. Sendiri adalah kuat. Kuat untuk terus berjuang tentang apa yang memang harus diperjuangkan. Jika sendiri adalah kebangkitan untuk menciptakan kekuatan baru yang dia adalah kepercayaan, kepercayaan yang harus tumbuh dan subur dengan pupuk-pupuk berbaik sangka pada-Nya.

Sejak jutaan menit yang lalu engkau ditakdirkan untuk menjadi satu-satunya orang berharga di duniaku bahkan juga di dunia ini. Engkau diputuskan untuk seutuhnya menjadi tangguh dan kuat dengan menopang kami. Aku yang kala itu benar-benar rapuh dan ingin berhenti, tiba-tiba engkau datang dan mendekapku. Membisikan jutaan kekutan yang mampu membuatku bangkit seperti halnya sekarang ini. Engkau memintaku untuk terus kuat dan tangguh sepertimu. Engkau memintaku untuk tetap hidup pada apa yang pernah aku perjuangkan di masa itu.

Tentang sewindu laraku engkau pun memintaku untuk menyudahinya. Mengihklaskan apa yang telah terjadi di masa itu. Mengambil pelajaran atas apa yang memang tidak seharusnya kulakukan. Engkau lagi-laagi memintaku untuk berhati besar dan luas untuk memaafkan apa yang memang sudah berlalu dan menerimanya sebagai pembelajaran untuk kehidupanku kelak. Yang mana laraku berubah menjadi ketangguhan atas apa yang engkau katakana padaku.

Ibu, sekarang kuatlah dan tetap kuatkan aku sampai aku benar-benar bisa menjadi sepertimu. Biarkan lara-lara ini menjadi sebuah luka yang memberikan rasa dan kisah tersendiri di hati ini. Biarkan air mata ini menjadi saksi atas betapa tangguhnya engkau, jika pun air mata masih bisa membuatmu kuat maka kuatlah untuk detik ini dan seterusnya. Apa yang engkau perjuangkan adalah perihal dimana aku dapat menerima sewindu laraku yang memang itu sulit sekali aku hengkangkan. Namun, engkau menyadarkanku bahwa hidup dalam kebencian itu tidak akan ada artinya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis
AL

Just call me AL