Sexy Killers Bikin Kamu Jadi Golput? Jangan Lebay

Sexy Killers bukan satu-satunya film yang menunjukkan realita lain yang tak banyak diketahui jadi tidak usah terlalu lebay menanggapinya.

Menonton Film Sexy Killers

Advertisement

Sedang heboh sejak beberapa hari yang lalu tentang film dokumenter yang menurut saya tidak pendek, Sexy Killers judulnya. Satu jam sekian menit tapi perlu ditonton untuk beberapa hal, salah satunya melihat kondisi saat ini dari sudut pandang tersebut. Oke, kita akan mulai membahas topik yang ada di film tersebut. Film yang disutradarai oleh Dandhy Laksono yang digarap bersama tim Watchdog Indonesia tersebut menunjukkan bagaimana dampak negative yang dihasilkan dari pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Karimunjawa, Bali, Kalimantan, juga Sulawesi.

Pada cuplikan awal kita digiring untuk merenung betapa banyak listrik yang kita gunakan setiap hari. Seakan mengajak berpikir pasangan yang berbulan madu saja membutuhkan banyak listrik, terlebih bagaimana suasana industri yang dipenuhi tenaga kerja dan bertumpukan beban kerja lainnya? Lalu kita diajak untuk melihat bagaimana PLTU dibangun dan dampak buruk dengan sekian realita yang mencoba dimunculkan dalam film tersebut.

Oke, terlalu panjang untuk pendahuluan dan tak baik spoiler bagi orang yang belum menontonnya atau bahkan yang merasa tidak perlu. Bukan menjadi hal baru dan telah lama menjadi pengetahuan umum bahwa negara tercinta kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bergantung pada batu bara yang sebagian besar digunakan untuk aliran listrik dan semacamnya, kenapa milih batu bara padahal banyak bahan yang bisa digunakan untuk aliran listrik seperti gas? Ya, karena batu bara yang lebih bisa menyesuaikan dengan kondisi kita dalam hal ini kita berbicara tentang harga.

Advertisement

Oh iya just information bahwa Sexy Killers bukan satu-satunya film yang menunjukkan realita lain yang tak banyak diketahui jadi tidak usah terlalu lebay menanggapinya.

Pembangunan PLTU Hanya Menimbulkan Dampak Buruk?

Advertisement

Jika kita melihat lebih luas, Indonesia pada beberapa tahun yang lalu memang masih ketinggalan dalam hal infrastruktur, salah satunya listrik. Oleh karena itu pemerintah berupaya untuk membangun PLTU di banyak tempat di Tanah Air. Apakah sekarang permasalahan selesai? Tidak karena masih dalam proses pembangunan. Selalu ada resiko dari kebijakan yang dilakukan pemerintah. Hal ini pun telah dikemukakan banyak pakar kebijakan yang sepakat bahwa selalu ada untung rugi dalam pengambilan kebijakan.

Thomas Dye menjelaskan bahwa suatu kebijakan harus dilakukan dan apakah manfaat bagi kehidupan bersama harus menjadi pertimbangan yang holistik agar kebijakan tersebut mengandung manfaat yang besar bagi warganya dan berdampak kecil dan sebaiknya tidak menimbulkan persoalan yang merugikan, walaupun demikian pasti ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan, disinilah letaknya pemerintah harus bijaksana dalam menetapkan suatu kebijakan.

Kontrak Indonesia dalam pembangunan PLTU bukanlah gagasan yang dilakukan dalam 3 atau 4 tahun terakhir. Sejauh itu pemerintah Indonesia telah melakukan upaya pembangunan PLTU karena kondisi Indonesia yang masih jauh dari kata maju. Indonesia tidak memiliki aliran listrik di banyak kawasan padahal hal tersebut merupakan kebutuhan primer yang sudah semestinya dipenuhi.

Pembangunan PLTU dengan batu bara sebagai bahan utama akan selalu menimbulkan dampak khususnya terhadap lingkungan, namun apakah hal tersebut tidak dipikirkan oleh pemerintah? Tentu saja pemerintah telah melakukan banyak diskusi hingga keputusan final menggunakan bahan batu bara. Pertimbangannya beragam mulai dari lingkungan hingga financial yang dimiliki oleh Negara tercinta ini.

Lalu saya skeptis terhadap film ini. Bukan karena keraguan tentang benar tidaknya film itu namun sebuah keheranan kenapa baru dipublish di momen menegangkan ini, sebut saja pemilu. Kenapa hanya dampak buruknya saja yang ditonjolkan? Apakah pembangunan PLTU tidak memberikan dampak positif? PLTU dibangun atas kebutuhan rakyat Indonesia. Bayangkan betapa banyak orang-orang yang tertolong setelah PLTU tersebut dibangun dan mampu mengaliri listrik di rumah sakit, tempat pendidikan, hingga kantor pemerintahan setempat.

Hal ini tak ditunjukkan dalam film tersebut namun tidak bijak rasanya jika kita tidak melibatkannya dalam melihat realita di Indonesia. Kita juga perlu mengingat betapa rakyat merasa perlu protes karena infrastruktur terbelakang dan merasa ketinggalan bahkan merasa tidak diperhatikan. Merasa dianaktirikan oleh pemerintah. Pembangunan PLTU adalah salah satu jawaban atas segala kegelisahan rakyat yang tentu saja memiliki dampak negatif karena dua sisi yang ada dalam kehidupan.

Apakah kita harus diam saja atas dampak negatif itu? Tentu saja tidak namun tetap tidak bijak jika menyudutkan pemerintahan saja. So, bijak yuk menanggapi film yang diupload di YouTube Watchdog per 13 April 2019 tersebut.

Keterlibatan Tokoh Negeri Pada Bisnis Batu Bara, Menjatuhkan Pilihan untuk Golput?

Dalam film ini kita ditunjukkan bahwa subjek yang terlibat di dalam bisnis batu bara berada dalam lingkaran pemerintah maupun pengusaha yang tak lain sangat dekat atau bahkan berkecimpung dalam pemerintahan. Hal tersebut wajar dan kejadiannya tidak hanya di Indonesia. Pemangku kebijakan seakan dipengaruhi oleh penguasa financial dalam negeri. Seakan-akan keputusan hanya untuk kepentingan dan keuntungan segelintir pihak, apakah iya? Dalam hal ini kita perlu diskusi lebih panjang.

Lebih lanjut kita akan membahas dampak setelah tayangan ini menyebar luas. Beberapa teman mengaku ingin golput setelah tahu bahwa calon penguasa negeri ini memiliki andil besar dalam bisnis batu bara. Sampai detik ini saya pribadi merasa bahwa keputusan tersebut tidak bijak. Karena memutuskan untuk tidak ikut andil dalam pesta demokrasi tanpa melakukan pengawalan kebijakan pun bukan hal yang akan menyelesaikan masalah.

Tentang pembangunan PLTU dan semacamnya bukanlah sebuah masalah yang akan selesai dalam satu, dua, atau tiga tahun saja. Itu adalah masalah sejak jaman dulu, bahkan ketika kita anak milenial kelahiran 90 an belum lahir. Sampai kapan permasalahan ini akan selesai?

Belum ada jawaban pasti namun yang jelas turut andil dalam pemilihan umum lebih bijak jika dibandingkan golput, dengan alasan adanya intisari dari film ini. Siapapun presiden yang terpilih tidak akan lantas membuat masalah ini langsung selesai. Sehingga kebijakan mereka untuk negeri ini pun harus terus dikawal.

Sebelum mengakhiri tulisan singkat ini, ada pesan yang ingin ku sampaikan. Banyak yang bisa kita lakukan setelah menonton film ini. Mari memulai dari diri sendiri untuk sadar bahwa kita wajib hemat listrik. Sebab dalam proses pembuatannya ternyata banyak nyawa yang meregang, banyak saudara-saudara yang harus menderita karena hal tersebut. Mari menggunakan listrik seperlunya.

Mari mendukung pemerintah untuk menciptakan infrastruktur yang dibutuhkan keluarga kita di Indonesia wilayah lain. Mari tidak mudah terpengaruh oleh kemasan realita dan mari bijak melihat dua sisi di setiap hal dalam kehidupan. Salam damai untuk kita semua.  

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE