Sudah Bertahan Sejauh Ini, Apa Aku Harus Berhenti?

Memang tidak salah untuk berharap, tapi aku tau kapan harus berhenti - Milea

Aku mencintaimu setulus hatiku. Aku menyanyangimu dengan sepenuh jiwaku. Aku mengasihimu sepanjang usiaku. Aku menginginkanmu lebih dari apapun. Rangkaian lagu dari Naff yang sering kau nyanyikan setiap kali kau menghubungiku. Seakan kau mengungkapkan perasaan rumit yang sedang kau jalani. Sampai kepada jauh di lubuk hatiku, masih terukir namamu. Kau bilang, kau masih memikirkanku.

Advertisement

Entah sejak kapan perasaan itu muncul lagi. Setelah kau lebih memilih wanita lain didekatmu. Kau jalani bersamanya, mungkinkah kau tak bahagia lalu ingin kembali kepadaku? Bodohnya aku memercayaimu lagi, memberikan lagi kepadamu hatiku, dengan harapan kita bisa kembali berjalan bersama, menjalani rencana yang disetujui oleh Sang Pemilik Semesta.

Perbincangan yang kemarin mulai ku lupakan, kini bangkit lagi seakan akan membawa aku jauh kepada perasaan yang seharusnya sudah terlupa. Aku menikmati setiap kalimat kerinduan yang kau bilang. Aku kembali "suka senyum sendiri" dan terjerat lagi pada perasaan masa lalu.

Hari berganti ternyata kasih ku semakin lekat kepadamu, aku tak tahu bagaimana sebenarnya kamu. Aku bimbang, ingin sekali rasanya mengatakan kepada kekasihmu ijinkan aku membahagiakannya (kembali). Namun ku urungkan niatku, naluri sebagai perempuan ku menolak. Membayangkan bagaimana jika aku diposisinya. Tapi aku tetap saja bertahan, aku tak kan pergi, seperti pintamu malam itu.

Advertisement

Kau tak kunjung sendiri, masih saja bersamanya bahkan kau bercerita banyak wanita lain yang menginginkan hal yang sama seperti ku. Walau katamu, "aku udah cuekin mereka, tapi mereka masih saja". Ada sisi ingin marah, tapi sisi lain dia bukanlah milik ku seutuhnya. Dia kekasih lama yang hadir kembali dan ku percaya takkan menyakiti (lagi).

Sedari awal harusnya sudah dipikirkan akibatnya. Pasti akan sesakit ini, jika aku teruskan menunggu mu yang telah berdua. Aku yang membuat luka dihatiku sendiri. Tak mengapa, jika penantianku berakhir pedih. Tak mengapa jika nanti ku merana lagi. Tak mengapa jika memang harus aku yang sakit lagi. Aku bisa bangkit lagi dan memulai dari awal lagi. Tetap lah di situ, di tempat yang menurutmu nyaman. Tak usah pikirkan aku. Aku bisa mengobatinya sendiri ketika terluka. Sama seperti waktu kau tinggalkan aku, dulu.

Advertisement

Hujan semakin deras, wajah memelas, rindu meremas. Ku sudahi saja yang kata orang kesia-siaan ini atau bertahan saja menunggu waktu Tuhan yang paling indah. Di malam yang menuju hari ke dua puluh empat bulan ke empat, aku semakin merindumu. Ingin mendekapmu dan jangan terlepas. Ingin sekali rasanya menikmati malam ini berdua denganmu. Diiringi dengan sedikit melodi romantis pasti menambah perasaan yang mungkin tak mampu terucap. Atau mungkin hanya sekedar video call melihat kamu dan menanti umur kamu yang baru.

Doaku masih tetap sama seperti dulu. Kebaikan dan kemurahan Tuhan selalu menjadi milikmu. Kesehatan, keberhasilan dalam segala hal. Senantiasa dilindungi oleh malaikatNya. Doa-doa kamu dijawab tahun ini. Dan kembali padaku sebagai kekasih yang tak meninggalkan, ataupun terserah kamu yang penting kamu bahagia.

Selamat Ulang Tahun, kamu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Cinta Dalam Beda

CLOSE