Surat Terbuka Dari Aku Anak Gadismu yang Matanya Masih Sembap, Teruntuk Bapak yang Berjuang Melawan Sakitnya


Ku percaya Kau Tuhan yang tak pernah gagal



Menjadikanku lebih dari pemenang



Ku percaya Kau Tuhan yang tak pernah lalai



Menepati janji-janji-Mu


Tulisan ini kudedikasikan teruntuk pria yang sedang berjuang melawan penyakitnya, teruntuk pria yang mungkin masih melawan rasa sakitnya, teruntuk pria yang sedang menutupi rasa sakitnya di hadapan kami anak-anaknya, teruntuk pria yang sedang tertidur pulas dengan infus yang masih terlilit di hidung dan tangannya, teruntuk bapakku tersayang.

Pak, apa kabar? Bagaimana tidurmu hari ini? Bangun pak, lihat, kali ini aku menulis lagi di situs ini, apakah bapak tidak mau membacanya? Pak, ketahuilah, tak bisa kubendung tangisan ku ketika aku mendapatkan kabar kalau bapak masuk rumah sakit, ketika ku mendengar penyakit lama mu 10 tahun yang lalu , kini kembali berulah lagi.

Tapi ku tahu pak, sakit yang kami rasakan hari ini karena mendengar kabarmu tak seberapa dibanding sakit yang kau rasakan kembali hari ini.

“jangan pernah menyerah jangan pernah berputus asa, Muzijat Tuhan ada bagi yang setia dan percaya”.

Kalimat ini yang menjadi pedomanku dan alasanku untuk kuat dan harus bisa kuat. Aku percaya pak, Muzijat Tuhan di Keluarga kita luar biasa dan pasti indah. Bapak masih ingat kah? Ketika kakak lahir dulu, dan ketika itu juga bapak pertama kali divonis tidak bisa bertahan lama, tapi lihatlah sampai saat ini, pak. Bapak masih bisa tersenyum, masih bisa melihat kami 4 anak-anakmu yang masih semangat untuk berkarya, berlomba-lomba untuk selalu membuat kalian bahagia.

Bapak masih sempat melihat kakak tampil anggun di Tv, tampil gagah dengan toganya, tampil berwibawa menggunakan seragam Bankernya bahkan masih sempat merasakan gaji darinya. Apakah bapak tidak mau melihatku seperti itu juga?

Bapak tidak mau melihat ku di Tv sebagai Presenter atau sebagai Reporter? Bapak tidak mau mengkiritk tulisan-tuliasanku yang terlalu mainstream tentang dunia perpolitikan di Koran? Bapak tidak mau mendengar suaraku melalui radio? Atau bapak tidak mau mencicipi hasil jerih payah dan keringatku?

“Biar karya yang bicara” kalimat ini yang selalu kupegang sampai hari ini untuk selalu kuat dalam berkarya. Pak, semangatlah terus, maka aku yang disini, di tanah rantau akan semangat terus untuk berkarya.

Bapak ingat tidak, mimpi-mimpi yang pernah kami rencanakan bersama kakak? Bapak harus menjadi saksi dalam mimpi-mimpi kami, pak. Ketika aku mendengar kabarmu hari ini, ingin ku rasanya langsung terbang kesana, dan duduk disampingmu, menjagamu.

Yang namanya Janji Tuhan bakal indah pada waktuNya dan aku percaya itu, pak. Tuhan juga tidak pernah berjanji langit selalu biru, tapi Dia akan selalu mendatangkan pelangi sehabis hujan.

Tertanda aku anak gadismu yang merindukan mu dan tidak berhenti mendoakanmu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

wanita yang mencoba untuk Vacum dari dunia pergunungan, yang sebentar lagi menjadi VOA, Amin.