Surat Terbuka untuk Malang Tercinta, Terima Kasih Atas Segala Jatuh Bangun dan Cerita

Surat terbuka untuk Malang tercinta


Hei, apa kabarmu yang jauh di sana? Tiba-tiba teringat cerita yang pernah kita upayakan…


Advertisement

Sebuah lirik mendalam yang menyimpan sejuta makna di dalamnya. Lirik yang mungkin mewakili perasaan mereka yang pernah mempunyai cerita manis di waktu dulu. Lirik itu juga mungkin mewakili perasaan mereka yang pernah berjuang untuk menggapai cita-cita dan mimpi di kota orang bernama Malang. 

Ya, kota yang memiliki julukan Kota Apel ini tentu mempunyai sejuta cerita bak nano-nano bagi para pejuang rantau yang rela meninggalkan nyamannya suasana rumah, demi berjuang merintis jalan kesuksesan di kampung orang.

Kotanya kecil, tidak terlalu besar, tidak ada gedung-gedung tinggi pencakar langit bak di ibukota sana. Hanya mungkin ada beberapa gedung-gedung tinggi biasa seperti kota-kota lain pada umumnya. Kota ini telah menjadi tempat perantauan bagi para pelajar sejak belasan bahkan puluhan tahun yang lalu, entah sudah berapa banyak mereka yang hilir mudik bergantian singgah di kota ini untuk menuntut ilmu.

Advertisement

Ada yang pulang ke kampung halamannya dengan wajah ceria karena berhasil menyelesaikan studinya dengan baik, namun ada pula yang harus kecewa karena belum berhasil dengan berbagai persoalan. Terlepas berhasil atau tidaknya dalam urusan studi, satu hal yang pasti, kota ini telah menjadi bagian dari sejarah kehidupan bagi mereka para pejuang rantau.

Waktu bertahun-tahun yang telah dihabiskan di kota ini tentu telah menyisakan sesuatu yang sangat luar biasa. Pagi yang indah di kota ini disambut dengan cuaca dingin bak Eropa yang kadang membuat sebagian orang tak rela untuk bangkit dari peraduannya di tempat tidur. Sebagian mereka yang lain bangkit, bukan karena keinginnannya, tetapi karena dikagetkan dengan dering alarm pertanda waktu kuliah pagi.

Advertisement

Ada juga yang sudah menyapa matahari pagi dengan berolahraga di lapangan Rampal ataupun Merjosari. Atau bila hari minggu tiba, lokasi CFD (Car Free Day) di jalan besar Ijen ramai dikunjungi, terkadang bukan untuk berolahraga, tetapi sekadar menikmati camilan sosis bakar bersama teman-teman dan pasangan, atau melihat berbagai macam komunitas yang menarik untuk dijadikan konten di instastory.

Bila siang tiba, Malang terkadang agak penat, ditambah lagi dengan semakin ramainya hiruk-pikuk kendaraan yang hilir mudik mengantarkan pengendaranya dengan urusannya masing-masing. Warung-warung makan di pinggir jalan atau yang berada di dekat kampus menjadi lebih ramai di siang hari, para mahasiswa yang sudah sejak pagi tidak sarapan tentunya menyerbu dan mengantri dengan ramai.


Tak jarang, selain untuk mengisi perut, warung makan sering dijadikan tempat bercengkerama dengan teman-teman sebelum kembali melanjutkan perkuliahan mereka.


Sore menuju senja, hilir mudik kendaraan menjadi semakin ramai, ruas jalan Dinoyo, Sumber Sari, M.T. Haryono sampai ke wilayah Suhat dipenuhi oleh mereka yang hendak pulang atau bahkan masih memiliki urusan di tempat lain.

Kondisi bisa semakin ramai dan macet bila ditambah dengan suasana hujan yang terkadang datang tiba-tiba. Mereka yang tidak membawa jas hujan, berjejer rapi di pinggir jalan untuk sekadar menepi sejenak menunggu hujan reda, sedang mereka yang sudah menyiapkan jas hujan tentu tak jadi masalah dan langsung menerobos begitu saja.

Ketika malam menyelimuti, susasana Malang di malam hari terasa lebih nikmat dan romantis, apalagi ditambah dengan sajian pedas ceker setan di jalan Jakarta atau ceker Glintung di wilayah Blimbing. Mie Kober atau pun Mie Gacoan juga tak kalah menggoda untuk dikunjungi. Ngopi di kafe ditemani live music, nongkrong di taman Kunang-kunang atau menikmati indahnya langit malam di rooftop Semeru Art Gallery, berkunjung ke Matos untuk sekadar mencuci mata dan jalan-jalan, atau sekedar menonton film terbaru di bioskop Dieng atau pun Dinoyo juga menjadi pilihan yang menarik.

Bagi mereka yang terlalu lelah setelah beraktivitas seharian, terkadang berdiam diri di kamar ditemani wi-fi kencang dan camilan ringan merupakan surga dunia yang memanjakan. Dinginnya kabut yang mulai turun seakan menjadi kode untuk segera pulang dan beradu rindu dengan nikmatnya kasur empuk di dalam kamar kost. Namun, ada juga yang masih tetap terjaga dan bercengkrama menunggu datangnya matahari esok.

Sungguh pengalaman yang indah dan tidak terlupakan. Teruntuk kamu yang pernah menetap ataupun hanya singgah sementara di kota ini, berterima kasihlah untuk semuanya, berterima kasihlah untuk ilmu dan pengalaman yang tidak ternilai, untuk kamar kost dan gedung-gedung kampus yang menjadi saksi bisu perjalanan kisah suksesmu, untuk kafe ataupun tempat-tempat nongkrong kecil yang menjadi tempatmu berkeluh kesah dan berdiskusi hingga dini hari, untuk teman-teman seperjuangan, atau mungkin untuk kisah cinta yang tak berbalas.

Berterima kasihlah untuk semua itu, karena suka duka tersebut telah membentuk dirimu yang sekarang ini, diri yang mungkin masih merindukan suasana-suasana indah di kota itu. Teruntuk semua yang pernah hadir di kota Malang, sekian dan terima kasih, semoga kita bisa bertemu kembali di kota itu, di kota yang sama, meskipun dengan rasa dan suasana yang berbeda. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Sang pemimpi dari Sumbawa, yang kalau makan, minumnya Tropical Tea, hobby baca dan travelling :-)

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE