Surat Terbuka Untuk Seseorang di Ujung Sana: Aku Rindu

Entah harus mulai darimana, karena sekedar berbicara saja tak cukup membuktikan sesuatu, menjelaskan pun sudah pernah diulang berkali-kali tapi juga hanya dianggap suatau "kebohonngan" lalu dengan segampang itu menarik sebuah hipotesis atas dasar pemikiran sendiri dan mengumbar ke seluruh penjuru dunia.

Advertisement

Baik, kita mulai dengan hari "itu", benar kita berdua memang punya andil yang sama pada saat itu hingga rasa ego pun memuncak sampai pada titik didih tertinggi, memang hari itu begitu membekas dan torehannya masih terasa sampai sekrang hanya saja tidak seperti yang terucap oleh dia. "Drastis" ? Entah darimna kata itu mencuat atas hipotesa sendiri, memang benar kejadian itu memang membuatku tersontak, mungkin persentasenya hanya 20 atau 30% dari nilai keseluruhan hanya 100% karena kenapa? aku masih dengan sadar bisa bercanda dengannya, aku masih dengan sadar masih bisa chattingan dengan emotion yang berbeda beda, aku masih dengan sadar mengiyakan pertemuan saat dia mengajakku untuk bertemu dan lagi lagi aku menegaskan semua itu masih dengan sadar aku lakukan dan itu adalah ketulusan benar-benar dari hati, lantas dimana letak sebuah "drastis?".

Dia berkata aku sudah tidak seperti dulu lagi, tidak detil dalam bercerita, tidak bisa menerima candaan yang dia lontarkan, aku sendiri juga tidak paham dengan sifat "perasanya" yang begitu berlebihan. Ada banyak hal yang tidak bisa aku terima dari setiap pernyataannya karena aku sendiri tidak merasa seperti apa yang dia tuduhkan. Memang aku mengakui dengan sadar dari nilai 100% ada yang berkurang hingga sisanya 70-80% tapi bukan berarti itu mendefenisikan drastis? itu hanya proses keterkejutan dimana waktu mungkin yang akan mengurangi atau menambah nilai yang sudah hilang.

Kejadian itu bukan hal "simple" bagiku, bukan tentang amarah tetapi juga pengendalian diri, ada rasa yang tercabik-cabik ketika dia melontarkan dengan sebegitu mudahnya ke media sosial dimana seluruh dunia bisa melihat apa yang dia tuliskan, ada rasa sessk setiap membaca apa yang dia umbar ke hamnpir semua medsosnya? apa kamu tau rasanya? persis seperti bola yang kau lambungkan ke angkasa kemudian kau jatuhkan dengan begitu kerasnya ke tanah. Memang mungkin dunia tidak ada yang tau untuk siapa tulisan itu bermuara, tapi apakah kamu tau rasa sakit atas kecaman lewat tulisanmu yang kau tujukan padaku? orang juga bisa melihat dan bahkan bisa menganalisa dari setiap apa yang kau tuliskan, apa kamu tidak berfikir sedikit saja rasa menghargai karena sejatinya cinta itu adalah megnhargai apapun keburukan orang yang dicintainya bukan mengumbar dan memberitahukan keseluruh dunia..

Advertisement

Maaf, aku juga bukan orang yang sempurna, aku juga merasa sakit mungkin sama spertimu, ada kalanya candaanmu begitu melukaiku karena ketidakpercayaan yang sering kau gadangkan, bertubi tubi kata "ngeles" kau rangkai dalam setiap candaan menyelipkan ketidakpercayaanmu terhadapku,, lantas cinta seperti apa yang ingin kau rajut seandainya setiap apa yang keluar dari perkataanmu langsung kau stempel dengan kata "ngeles", sejauh mana kau bisa mengukur kedalaman perkataan seseorang yang sejatinya dirangkai dengan kejujuran kemudian kau hardik dengan penyangkalan…

Maaf lagi-lagi aku bukan orang yang sempurna, terkadang aku tidak tau harus bagaiimana dalam menghadapimu, bagaimana mungkin setiap kalimat yang tercuap dari mulutku kau anggap terlalu serius hingga menyiratkan makna yang bermacam-macam dalam benakmu, sampai aku tidak tahu apakah aku harus diam atau bicara, karena semakin banyak berbicara aku selalu takut salah melontarkan kata-kata yang salah yang pada akhirnya menimbulkan penarikan kesimpulan atas pemikiranmu sendiri dan akhirnya berujung pada "keributan" demi "keributan" yang selanjutnya kau tidak pernah benar-benar mendengar apa yang aku jelaskan dan seolah-olah hanya sebuah penagkalan,,

Advertisement

Aku menuliskan rangkaian kata-kata ini juga takut, takut persepsimu semakin menjalar kemana mana, tetapi setidaknya aku sudah menjelaskan kata demi kata dan aku tidak pernah memaksakan kamu mau menjadi apa dan bagaimana. Aku tidak bisa mengubah seseorang jika pemikiran kamu sudah sedemikian tidak percayanya atas apa yang aku jelaskan. Kamu memang tipe orang yang perasa sama sepertiku.

Mengenai "rethink" yang kau gadangkan bukan maksudnya untuk menyuruhmu benar-benar lenyap, tapi setidaknya kamu harus berfikir melalui orang yang egois seperti ku karena dalam berumah tangga cinta itu tidak pernah cukup karena cinta selalu dibentengi oleh yang namanya "prinsip" selama prinsip itu begitu kokoh masa depan seperti apa yang kamu ingin rajut jika kedua insan terus terlibat pertikaian yang tiada henti? apa yang ingin kau tunjukkan dari cinta yang saling menyakiti jika dua prinsip tidak bisa ditolerir?.

Tapi pemikiranmu yang terlalu ego menarik hipotesa sendiri semakin membutakan hatimu, seolah olah aku menyuruhmu benar-benar lenyap, padahal aku berkata demikian untuk kebaikan sama-sama, karena aku juga tidak ingin kamu salah dalam memilih orang hanya dengan kata "cukup", karena seandainya kau mencintai orang dengan kata "cukup" maka kau tidak akan pernah menyelipkan kata "kecewa" lewat surat yang kau tuliskan malam itu.

Kini aku tidak tahu berapa persen yang tersisa sekarang, kau telah memporak porandakan semua pondasi yang mulai aku bangun, bahkan sampai sekarang pun kau masih bermain dalam media sosial dengan kata-kata yang begitu "garang" hingga kau tak mengerti bagaimana pernyataan pernyataan lewat hipotesamu yang kau umbar ke seluruh dunia, apa itu cinta yang agung? apa cinta yang agung itu adalah menjelek-jelekkan orang yang dicintainya lwat postingan disana sini??? memang menurutmu tidak sekasar itu apa yang kau tulis tapi aku juga tipe orang perasa, aku merasakan dulu dan sebelum kejadian itu betapa lembutnya cinta yang kau tawarkan padamu, namun sekarang kau seakan menendangku dengan cintamu dengan apa yang kau lakukan tanpa kau sadari.

"EGO" kita berdua mempunyai ego yang begitu kental tapi aku tidak mau membahas tentang ego siapa yang lebih tinggi. Seharusnya kau mengenalku lebih dalam sebelum penarikan kesimpulan dan ketidakpercayaanmu tentang apa yang aku jelaskan. Kau salah tentang memorian yang pernah terjadi itu tidak berarti apa-apa, aku juga tidak perlu menjelaskan secara detil tentang apa dan kenapa tentang hati ini, terlebih tentang mawar itu yang kusimpan, harusnya kau bisa menarik hipotesa yang lebih tepat dari hanya sekedar mengatakan semua yang kau lakukan hanya angin. Karena jika memang hanya angin, kau berarti tidak mengerti yang namanya dinamika proses, kau tidak emnganalisis waktu dari dulu dan sekarang yang pergerakannya lambat tapi menuai hasil, kau lupakan semua hal dan kau terus bermain dengan hipotesa sendiri..

Maaf mungkin tidak akan cukup sama sepertimu, mungkin biarlah seperti ini adanya, karena aku juga tidak tahu apakah kau akan mempercayai tulisan ini sebagai fakta atau sekedar pembelaan diri. Ketika kata tidak bisa kau percayai maka cinta itu tidak bisa dibangun atas kata "cukup" karena "cukup" tidak pernah menorehkan kata "kecewa". Maaf atas ketidakadilan dan ego ku atas pembenaran diri yang selalu kau ukir dalam statusmu, maaf atas kata-kata candaan yang terlontar yang sebenarnya tidak seperti apa yang kau pikirkan, maaf atas semua peristiwa yang telah terjadi.

Terima kasih sudah mewarnai perjalanan hidupku dengan beraneka warrna warnni

Terima kasih sudah mengajariku "senyum" atas keterpurukanku

Terima kasih sudah selalu ada disampingku saat aku membutuhkanmu

Kuharap ini pelajaran yang sangat berharga bagi dirimu juga diriku bagaimana caranya menghargai orang yang dicintainy, mengajariku bagaimana menerima kekurangan orang lain dan juga mengajari kita berdua untuk lebh bijak dan dewasa atas segaka permasalahan yang terjadi

Dan harapanku teruslah menjadi pribadi yang lebih dewasa, kamu orang yang baik dan seandainya punya beban di hati tolong berceritalah kepada Allah bukan kepada media sosial dan aku akan berbenah diri menjadi lebih baik lagi. Amin

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE