Surat untuk Sahabat Lamaku yang Kini Berada di Tanah Rantau

Minggu lalu menjadi pertemuan terakhir kami sebelum ia merantau.

Jika ada seseorang yang bisa membuatmu nyaman dan membuatmu jadi diri sendiri tanpa perlu berpura-pura menjadi orang lain, maka pertahankan orang tersebut. Sawadee kha, kali ini aku akan berbagi kisah tentang seseorang yang menurutku menyenangkan, seseorang yang mulai jarang kutemui di kehidupanku yang mulai dewasa ini. Orang ini, bukan orang baru. Ia hanya teman lama saat kuliah dulu yang kebetulan hingga saat ini masih menjalin komunikasi yang intens.

Advertisement

Namanya Dinda, anak kota tetangga yang kini merantau di Cilegon. Sebelum ia benar-benar pergi merantau dan menemukan kehidupan baru di sana, kami sering menghabiskan waktu bersama. Memang, pertemuan kami hanya terjadi sebulan sekali, itupun ketika aku ada kesempatan mudik. Namun, komunikasi intens kami tetap terjalin melalui aplikasi whatsapp.

Kurang lebih setaun terakhir atau lebih tepatnya ketika ia masih kuliah di Solo, pertemuan intens kami dimulai dengan melakukan random trip berdua menuju Sarangan menggunakan sepeda motor miliknya. Kala itu bulan Februari 2018, kami melakukan perjalanan dari Solo pukul 08.00 melewati Karanganyar dan singgah terlebih dahulu di Jumog dan Candi Cetho serta menikmati sate kelinci di tengah rintikan hujan. Untuk selanjutnya menuju Sarangan dan sampai di penginapan pukul 15.00.

Malam harinya kami berkeliling danau Sarangan dan menikmati jajanan yang ada di sana untuk menghangatkan tubuh karena cuaca yang sangat dingin. Pagi harinya kami berkeliling lagi di sekitaran danau Sarangan dan melanjutkan perjalanan pulang. Pukul 14.00 kami sampai di kos miliknya dan segera merebahkan tubuh untuk beristirahat. Sorenya setelah mandi kami berburu novel dan mengakhiri pertemuan dengan karaoke.

Advertisement

Rupanya random trip tadi yang semakin membuat kami makin intens untuk bertemu. Ketika aku mudik sebulan sekali dan ia datang ke Jogja. Hampir setiap kepulanganku ke Jogja aku selalu menyempatkan untuk bertemu Dinda. Melakukan random trip lain, movie maraton, karaoke maraton, atau sekedar berkeliling menyusuri kota Yogyakarta. Rasa-rasanya seperti aku tidak punya teman lagi selain Dinda. Bahkan kurasa semua rahasiaku sudah kubagi padanya karena kami sering bertukar pikiran, berdebat, sambatan, dan melakukan hal banyak bersamaan.

Minggu lalu (2 Maret 2019) menjadi pertemuan terakhir kami sebelum ia merantau. Kali ini kami menonton film Dilan 1991 dan pergi karaoke. Setelahnya kuajak Dinda berkeliling Alun-Alun Utara sambil mengejeknya “barangkali di perantauanmu nanti tidak ada alun-alun”. Benar saja, 4 Maret 2019 ia mengabarkan bahwa ia diterima di salah satu perusahaan di daerah Cilegon. Senang sekaligus sedih, hal itu yang langsung menyertaiku. Senang karena pada akhirnya perjuangannya berhasil dan sedih karena setelahnya aku tidak tau lagi ketika mudik nanti harus menghabiskan waktu dengan siapa.

Tapi sama seperti ketika kita mengalami periode patah hati. Pada akhirnya yang harus kita lakukan adalah melanjutkan hidup dengan sebaik-baiknya. Bisa dengan mencari teman baru, mencari komunitas baru, atau mencari kegiatan baru. Mungkin kami akan semakin sulit bertemu nantinya, tapi semoga pertemanan kami tetap terjaga. Untukmu yang kini merantau di tanah Cilegon, semoga senantiasa diberikan kelancaran dalam menjalankan peran baru. Aku turut berbahagia atas pencapaianmu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat film thailand. Mudah bergaul tapi lebih nyaman menyendiri.

CLOSE