Temanku, Bumi Bukan Untuk Kamu Rusak, tapi Untuk Kamu Jaga

Apa yang kamu pikirkan temanku saat mendengar kata "bumi"? Apakah kamu berpikir itu adalah planet yang bernama bumi yang tidak perlu aku pikirkan karena akan berputar sesuai kehendak-Nya? Atau sebaliknya? Kau merasa lebih dari planet ciptaan-Nya yang kau pijak dan kau tinggali? Terkadang hidup terlalu memusingkanmu sehingga lupa jika alam yang kau tinggali adalah alam yang bisa berbicara?

Advertisement

Bumi, kini sekarang memang menjadi suatu ironi jika dilihat dari apa yang kita berikan padanya, pada bumi yang kita tinggali. Kita berharap bumi memberikan air yang bersih, tanah yang subur, udara yang sejuk, dan harapan indah lainnya. Akan tetapi, kita selalu memberikan suatu yang tak berkenan untuk alam kita ini.

Bungkus permen misalnya, bumi tak perlu bungkus permen, apalagi isinya, bungkus itu hanya akan menjadi "panu" yang akan melekat sampai nanti, beratus-ratus tahun lamanya. Isi permen? Bumi ini juga tak perlu, karena itu semua ya berasal dari bumi ini. Bumi hanya perlu kau rawat, tak lebih dari itu.

Bumi sudah memberikan segalanya, bahkan bumi ini "diperkosa" oleh mereka yang hanya memikirkan nominal yang bisa diraup dari bumi. Tetapi, apakah nominal itu juga disisihkan sedikit untuk merawat bumi ini? Apakah setelah diperas oleh mereka yang berkepentingan, mereka juga memberikan yang sepadan agar bumi ini mampu bertahan? Kurasa tidak teman, kurasa bumi ini semakin hari semakin rapuh teman.

Advertisement


Semakin menua bumi ini, seharusnya semakin kita manjakan, bukan semakin kita paksakan.


Temanku, oleh karena itu, aku katakan satu hal kepadamu, jangan kau memberikan "panu-panu" ke bumi ini setiap hari. Bantulah dia agar mampu bertahan untuk mereka nanti, agar bisa menikmati manisnya alam ini, bukan hanya pahit yang semakin hari semakin menjadi.

Advertisement

Kita berlomba-lomba menaiki gunungya, berpacu riuh kau menjelajah bawah lautnya, kau tuliskan pesan kepada orang tersayang demikian "hey cantik, kapan kamu kesini? Bumi ini luas" Mengajak agar dia mau berkunjung ke bagian bumi itu denganmu dan kau sampaikan dengan secarik kertas, kau foto dan kau berikan padanya, akan tetapi kenapa kau lupa? Kau lupa kalau untuk menyimpan kertasmu itu untuk kenangan, dan lantas kau buang sembarangan, ironi memang.

Bumi ini terkadang merintih kesakitan dan hanya bisa diam, akan tetapi saat dia sudah muak, atas kehendak Yang Maha Kuasa, bumi ini disuruh "batuk" dan mengeluarkan "riak batuk" yang berupa lahar panas, atau kadang dia juga "berdansa" yang berupa gempa untuk menghilangkan penat. Setelah dia dicumbu oleh alat berat yang memaksanya menampakkan batuan yang bernilai jutaan. Apakah kau menyadari itu, kawanku?

Terkadang kita hanya berpikir itu semua sebagai bencana yang datang tahunan, tapi apakah kau tak menyadari itu adalah teguran agar kita sedikit meluangkan waktu, tenaga, dan sikap untuk merawat bumi ini? Semoga saja iya, temanku.

Satu pesanku untukmu untuk hari ini dan seterusnya, kumohon dengan segenap hati, jangan kau lukai alam kita ini dengan hal yang kecil maupun besar. Seperti bungkus permen yang kau buang, hendaknya kau buang saja di tempat yang disediakan. Jangan hanya bisa menelan manis permen yang kau makan, tapi juga memikirkan bumi yang telah menyediakan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

saya hanya penunggu dini hari, yang menikmati gelap dini hari dengan sedikit senyum, dan berharap nafas ini bisa berhembus berpuluh-puluh tahun lagi.

CLOSE