Terkadang Kita Butuh Sendiri. Bicara Hati, Bicara Nurani

Terkadang kita butuh sendiri. Ya, sendiri saja. Alias gak usah rame-rame. Buat apa? Agar tidak gaduh. Tidak berisik. Buat apa rame tapi menyesakkan. Untuk apa rame tapi bikin galau. Hiruk-pikuk melulu, gak ada habisnya. Omong tentang negara, tentang rupiah anjlok, tentang apa saja. Berisik. Semuanya sudah terjadi. Sayang kalo cuma rame doang. Tanpa bisa mengambil hikmahnya. Betul gak….?

Advertisement

Sendiri, kadang kita perlu. karena di dalam keramaian belum tentu ada kedamaian. Kita yang sering banyak bicara, tapi kita juga yang merasa paling merana. Kita yang sering merasa penat, karena hidup kita gak sehat. Wajar, jika sepi jarang kita kunjungi, gelap pun gak pernah kita cari. Saat itulah kita butuh sendiri. Menjauh dari lahir yang serampang. menjauh dari batin yang gersang. Kadang kita butuh sendiri lagi …


Terkadang manusia butuh sendiri.Agar bisa melihat diri sendiri. Sebelum mampu melihat bahkan menelanjangi orang lain. Ya, sendiri saja. Tanpa ada orang lain. Agar kita bisa menambah energi sendiri. Atau mencari inspirasi untuk diri sendiri. Dan gak masalah juga sih kalo orang lain gak suka. Karena kita ke dunia, datang sendiri. Dan siap meninggalkan dunia juga sendiri. Ya, kita akan sendirian ke alam kubur. Nanti jika waktunya tiba. Tanya aja teman kita, apa mau dia ikut ke alam kubur ?

Lagi, terkadang kita butuh sendiri. Sendiri saja. Agar kita bisa memanggil kebaikan kita. Mengembalikan ruang hakiki kemanusiaan kita. Karena keramean, sedikit banyak, sudah mempengaruhi pikiran dan hati kita. Intervensi luar tak terasa merasuk ke dalam diri kita. Kita terlalu sering rame. Hampir lupa kesendirian kita. Siapa? Siapa yang nanya? Oh ya maaf, lupa gak ada yang nanya ya. Tapi kan gak salah, kalo kita tanya pada diri sendiri. Kenapa butuh sendiri.

Advertisement

Ngapain sendiri? Buat apa sendiri, kalo bisa rame-rame? Katakan saja kita sudah terlalu banyak rame. Sering ribut, ngalor-ngidul soal-soal yang lagi rame. Kita yang bikin rame, kita juga yang gelisah. Kita yang komentarin, kita juga mikrin. Saking rame-nya, kita suka ngeributin yang gak karuan. Bikin tambah gaduh. Banyak hal gak puguh diributin. Sungguh, keramaian gak pernah bikin kedamaian.

Kadang kita butuh sendiri. Biar kita dilatih untuk "menyedikitkan" pengaruh luar.Sendiri, kata orang "Me Time".
Biar gak jenuh, biar netral. Dan kembali ke titik nol. Kembali ke titik ruang batin kita. Bebas, untuk menenangkan diri. Refleksi, untuk memperkuat jati diri. Sendiri untuk mencari inspirasi. Lebih banyak mendengarkan kata hati. Bukan melampiaskan maunya hati. Kita terlalu sering mikirin yang harusnya gak usah dipikirin. Di situlah kita butuh sendiri. Agar bicara pada hati, bicara pada nurani.

Advertisement


Terkadang kita butuh sendiri. Biar lebih bebas. Gak ada beban. Gak ada yang komentarin. Sendiri = bebas. Karena gak perlu ada yang kita jaga perasaannya. Gak ada yang perlu dikhawatirkan. Tentang apapun dan siapapun. Bahkan di kesendirian, kita lebih mudah merefleksi diri. Introspeksi diri, menilai diri sendiri tanpa campur tangan orang di luar diri.

Sendiri, kita bisa mencari jati diri. Banyak hal kemarin yang sulit ditemukan lagi. Karena sibuk mikirin citra diri. Hingga lupa pada keindahan nurani. Sejenak saja lupakan diri untuk menggapai kedamaian sejati. Agar menyejukkan hati.

Kita boleh mau menang sendiri. Kita boleh merasa benar sendiri. Kita juga sering membela diri sendiri. Tapi sayang, kita jarang mau mengalahkan diri sendiri. Karena kita jarang menyendiri. "The most difficult thing in life is a self-defeating – Hal yang paling sulit dalam sebuah kehidupan adalah mengalahkan diri sendiri."

Teruss, tulisan ini nyuruh gue hidup sendiri?
Tidak samal sekali. Karena kita memang makhluk sosial. Tapi itu bukan berarti tdak boleh sendiri. Terkadang kita butuh sendiri itu beda dengan hidup sendiri. Kalo mau hidup sendiri mah di hutan aja hehehe. Butuh sendiri itu momentum. Kalo kata orang me-time, gitulah. Agar kita makin tahu, waktu itu punya siapa? Dan bagaimana kita memanfaatkan waktu. Terkadang, kita memang butuh sendiri. Agar kita tetap mendekat pada yang hakiki, bukan ilusi. Sambil menemukan diri kita sendiri, yang mungkin telah lama "hilang dan pergi".Selamat jadi diri sendiri …. #BelajarDariOrangGoblok

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pekerja alam semesta yang gemar menulis, menulis, dan menulis. Penulis dan Editor dari 28 buku. Buku yang telah cetak ulang adalah JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, dan Antologi 44 Cukstaw Cerpen "Surti Bukan Perempuan Metropolis". Konsultan di DSS Consulting dan Dosen Unindra. Pendiri TBM Lentera Pustaka dan GErakan BERantas BUta aksaRA (GeberBura) di Kaki Gn. Salak. Saat ini dikenal sebagaipegiat literasi Indonesia. Pengelola Komunitas Peduli Yatim Caraka Muda YAJFA, Salam DAHSYAT nan ciamik !!

CLOSE