Waktu terasa begitu cepat, tak terasa kini aku telah beranjak remaja. Kini aku telah lulus Sekolah
Menengah Kejuruan, dan aku siap menuju kehidupan yang sesungguhnya.
Waktu terus berlalu dan aku mulai mendapatkan pekerjaan pertamaku
17 oktober 2014, hari pertamaku mulai pengenalan dengan dunia baruku, mengenal kawan baru dan
pergaulan baru. Layaknya seekor yang baru saja dilepaskan dari sangkarnya aku merasa sangat gembira
dapat menghirup udara segar dan menikmati dunia baruku ini.
tak terasa, sudah 1 bulan 17 hari, tibalah saatnya aku mendapat upah pertamaku bekerja. Dengan
gembira ku menungu pesan singkat dari operator yang menginfokan bahwa sudah masuk kedalam
rekeningku sejumlah sekian rupiah, namun sayangnya hingga sore hari tak kunjung ku dapatkan pesan
singkat tersebut. Keeseokan harinya kuputuskan menemui atasanku untuk menanyakan hal ini. Ternyata
bukan hanya aku yang mengalami hal ini, banyak rekan ku yang mengalami hal serupa.
Keteledoran kantorku itu ternyata membawaku bertemu seseorang yang kehadirannya mampu
membuatku melihat dunia ini lebih jauh lagi, menatap kedepan bersama dan membuatku merasakan hal
yang entah apa namanya, indah sekali dan enggan untuk membiarkan rasa itu pergi begitu saja,
Perkenalan ku dengannya sungguh singkat hingga akhirnya pada awal tahun 2015 kami memutuskan
menjalin sebuah hubungan. Tak dapat didefinisikan bagaimana rasanya saat itu yang bisa kupastikan
saat itu ialah dunia hanya milik kami berdua
Saat pertama pertemuanku dengannya memang aku merasakan hal yang berbeda dengannya, ia beda
dari yang lain, aku merasa nyaman bicara panjang lebar dengannya dan selalu ingin memiliki waktu lebih
banyak dengannya. Ketika memutuskan menjalin sebuah hubungan maka saat itupula aku putuskan
untuk tulus mencintainya walaupun aku tau sebuah kebenaran yang cukup menyakitkan, bahwa
dikalangan dia dan teman-temannya cinta itu hanya sebuah permainan tapi aku tak pernah pedulikan
itu, yang aku tau aku mencintainya dengan ketulusanku.
Layaknya pasangan yang baru, ia mulai memberikan perhatiannya lebih mendetail ia menjemputku
pulang kantor dan mengantarkan ku pulang ke kosan ku. Hal sepele yang bisa dilakukan oleh orang lain,
namun rasanya begitu bahagia ketika ia yang melakukannnya. Senyum sumeringah terlukis jelas
dibibirku, detak jantungku yang begitu kencang ikut pula mengiringinya selama perjalanan pulang itu,
Tak berapa lama kita sampai di kosan ku, ia singgah tak begitu lama, tapi kami sempat bersenda gurau
tak apalah itu baru pertama kalinya kita jalan berdua
Singkat cerita, 8 bulan sudah kami bersama, tertawa, menangis, dan begitu banyak cerita kita lewati
bersama. Selama 8 bulan itu pula aku begitu dalam mencintainya dengn banyaknya perhatiannya dan
semua tingkah lakunya yang mampu membuatku selalu tersenyum saat bersamanya. Namun
kebersamaan kami harus terhenti sejenak karna aku yang memutuskan resign dari pekerjaan ku dan
harus kembali pulang kerumah orang tuaku. Dulu jarak kami tak seberapa jauh, mau bertemu ya tinggal
telpon dan tak berapa lama dia pun datang, hingga ketika keputusanku itu kubuat maka jarak antara aku
dan dia menjadi antar kota. Kami tak bisa bertemu sesering saat jarak masih dekat, dan berawal dari situ
pula perubahan sikap mulai terasa. Dia taak bisa menjalani hubungan jarak jauh, walau menurutku jarak
itu tak seberapa jauh tapi aku memakluminya karena kita terlalu cepat bersama, kita terlalu cepat saling
mengisi satu sama lainnya tanpa memikirkan hal ini akan terjadi.
Berkali-kali ia mencoba mengakhiri hubungan ini karna alasan jarak namun selalu ku halau dan ku
jelaskan bahwa ini hanya sementara. Sedih rasanya ini semua terjadi, tapi apa boleh buat keadaannya
seperti ini. Rasa ini begitu kuat mengikat hatiku maka apapun alasannya untuk mengakhiri hubungan ini
aku menjawabnya bahwa aku tak bisa mengakhirinya.
3 bulan sudah kami menjalin hubungan jarak jauh ini, semakin lama sikapnya pun semakin berubah
entah karna jarak atau memang sudah tak ada lagi rasa itu untukku. Bahkan ia mulai jarang sekali
memberikan kabar, sekedar menjawab pesan singkatku saja jarang sebelum aku yang mengeluh tentang
perubahan sikapnya ini.
Entahlah sampai ia akan bertahan dengan keadaan ini. Tapi yang pasti perasaan ku ini masih tetap sama
seperti awal aku bertemu dengannya.
Untuk mu yang ku sayang, mungkin semuanya kita lewati terlalu cepat. Tapi perasaan ini tak pernah
sedikitpun berubah, seacuh apapun sikapmu itu tetap masih bisa ku terima karna aku tau ini hal yang
baru untuk mu. Berusahalah, bersabarlah dan berjuanglah untuk keluar dari situasi ini. Aku yakin kamu
bisa.
Belum lama ini kau Tanya kan kepadaku, “kamu lebih memilih jodoh yang diberikan tuhan atau memlilih
jodohmu sendiri ?” kita memliki jawaban yang sama. Maka ketika suatu saat nanti bukan aku yang kau
pilih maka jangan pernah musuhi aku, tetaplah jadikan aku temanmu walau aku tau aku tak bisa seperti
itu.
Ketika suatu saat nanti kita tidak satu atap, maka tetaplah kunjungi aku sebagai teman baikmu. Biarkan
tetap ku cintai dirimu dalam diamku.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.