Ternyata Ini Dia Alasan Tersembunyi Di Balik “Keganasan” Seorang Dosen…

Meski saya adalah orang paling terkenal nomer 2 di IAIN Tulungagung (setelah Pak Rektor Maftuhin), saya tetap akan mengawali tulisan ini dengan memperkenalkan kembali nama saya kepada para pembaca (biar makin eksis). Nama saya adalah Habibur Rohman, karena saya sudah sarjana, anda saya perkenankan menambahkan gelar S.Pd.I dibelakang nama saya.

Advertisement

Saat ini saya tercatat sebagai mahasiswa aktif (sudah bayar SPP dan tidak nyicil) di program pascsarjana IAIN Tulungagung untuk jurusan Ilmu Pendidikan Dasar (cie aku keren). Pada kesempatan ini, saya sebagai MALA (MAhasiswa LAma) merasa perlu memberikan wejangan-wejangan kepada MABA (MAhasiswa BAru) agar tidak terlalu tersesat dalam menjelajahi belantara kampus yang ganas.

Saya merasa menjadi orang yang paling kompeten untuk memberikan wejangan kepada MABA perihal dunia “Kemahasiswaan” setidaknya karena 2 faktor. Yang pertama tentu saja karena saat ini saya sendiri masih menyandang label “MAHASISWA”, jadi saya masih sangat paham secara mendalam perihal dunia mahasiswa kekinian.

Faktor nomer 2 yang membuat saya merasa sangat mumpuni memberikan ulasan tentang “Kemahasiswaan” adalah lamanya saya menjadi mahasiswa. Tahun ini adalah tahun ke-6 saya menyandang label mahasiswa, jadi saya merasa sangat Expert (Baca ; Ahli) untuk memberikan ulasan dengan tema-tema kemahasiswaan.

Advertisement

Dan tema yang Saya pilih pada minggu ini adalah tentang “DOSEN GALAK”. Selain karena desakan para Mahasiswa Baru (MABA) yang tergabung sebagai member Premium Habib Fans Club (HFC), alasan saya merasa perlu memberikan ulasan tentang tema tersebut adalah banyaknya keluhan para mahasiswa di jejaring sosial mengenai Galaknya para pengajarnya (saya juga Pengamat Remaja Alay dan Media sosial).

Saya berteman degan banyak orang dari berbagai kalangan. Mulai dari yang perpendidikan tinggi, anak-anak putus sekolah, orang kaya, orang kurang mampu, anak muda, orang tua, manusia, jin, setan, #ehh. Sejauh yang saya amati, kawan-kawan saya yang pemahaman ilmunya mendalam dan berwawasan luas cenderung rendah hati dan santun dalam bertutur kata, sopan dalam bersikap.

Advertisement

Begitu pula dengan dosen-dosen di kampus, dosen-dosen yang berwawasan luas, memiliki kedalaman pemahaman tentang disiplin keilmuan yang mereka ampu, memiliki kecenderungan selalu bersikap santun kepada siapapun (khususnya kepada mahasiswa saat mengajar), mudah bersosialisasi, dan yang terpenting akan dengan sabar menghadapi setiap tingkah polah mahasiswa.

Dosen yang galak berdasarkan hasil penelitian saya adalah dosen yang mencoba menyembunyikan ketidakmampuannya menguasai materi yang sedang beliau ajarkan. Beliau sedang 'melindungi dirinya' dari anggapan tidak bisa menjelaskan materi kuliahnya dengan baik. Sang Dosen sengaja melindungi dirinya dari sikap galak agar terhindar dari pertanyaan-pertanyaan mahasiswa.

Dosen yang pemahamannya dalam, menguasai materi yang sedang diajarkan dengan baik, kuliahnya pasti akan berjalan menarik, mahasiswa pasti tak akan jenuh mengikutinya, membuka ruang diskusi dengan mahasiswa, menerima saran dan bahkan kritik dari mahasiswa.

Dosen yang memiliki berwawasan luas akan mampu menjelaskan materi kuliah seseulit apapun dengan bahawa yang sederhana. Mengutip kata-kata Mbah Einstein, “seseorang itu baru dikatakan paham fisika dengan baik apabila dia bisa menjelaskannya kepada anak kecil berusia 6 tahun”.

The Aim of education is chage behaviour ( pake bahasa Inggris, biar terlihat keren). Bagi yang nilai bahasa inggrisnya “C” saya akan tunjukan terjemahannya, “Tujuan Pendidikan adalah perubahan Perilaku”. Mereka yang mengaku berpengetahuan dan terdidik sudah sepantasnya santun dalam bertutur dan sopan dalam bersikap.

Tak perlu galak kepada mahasiswa, mengeluarkan kata-kata cacian kepada mahasiswa yang dianggap terlalu banyak tanya atau tidak sepakat dengan penjelasan sang dosen. Apa artinya merasa tahu banyak soal ini itu tapi ilmu tersebut tak membentuk karakter kita menjadi lebih baik? Apa artinya terpelajar tapi lisannya tidak terjaga?

Kata Umar bin Khaththab: "Aku akan merendahkan diri di bawah kaki orang yang rendah hati, namun aku akan menginjak kepala orang yang menyombongkan diri."

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Unyu, kurang kerjaan tapi suka piknik

CLOSE