Teruntuk Cerminku yang Telah Lama Kutunggu

Di sepanjang penantian ini, maaf kan aku yang mungkin memang bukanlah kamu yang menjadi sosok laki-laki pertama yang ku kenal..

Advertisement

Ada beberapa diantaranya pernah mendekatiku, namun belum ada yang sesui dengan mau ku, dan juga mau kedua orang tuaku.

Atau memang benar, mungkin diantara mereka bukan lah kamu salah satunya..

Tuhan menciptakan perasaan yang bernama “cinta” itu memang sungguh luar biasa. Kadang kala membuat kita lupa dan kalut dalam perasan itu, hingga lupa bahwa sahnya kita di ciptakan sudah di pasangkan yaitu dengan jodoh kita yang telah di tulis di lauhul mahfudznya.

Advertisement

“Perempuan yang baik maka akan di pasangkan dengan laki-laki yang baik, perempuan yang buruk maka akan di pasangkan dengan yang sedemikian pula”.

Maafkan aku.. Yang sering lupa akan kamu..

Advertisement

Yang terbersit dalam fikiran ku saat itu hanyalah, mencari keberadaanmu.

Dia kah itu kamu?

Dan terus mencari-cari hingga aku kembali salah dalam memilih, benar..

Caraku salah menemukanmu, bukan seharusnya dengan cara itu aku mencarimu..

Namun melainkan, mendekatkan diri ini kepadanya.. Teringat kembali,

“Jodoh itu merupakan cerminan dari diri kita”

Astaghfirullah..

Seperti inikah kelak jodohku..

Maafkan aku..

Masih pantaskah aku bertemu dan bersanding dengan mu?

Laki-laki yang ku dambakan selama ini.

Maafkan aku.. Maaf..

Yang telah salah cara untuk cepat bertemu dengan mu..

Dulu ketika awal remaja dalam suatu kajian sang Ustadzah bertanyaku, seperti apakah laki-laki yang kau inginkan untuk mendampingimu kelak? Lucunya jawabanku saat itu..

Aku mendambakan laki-laki yang sholeh yaitu kokoh agamanya, yang menenangkan paras rupanya, yang putih kulitnya, yang tinggi badanya sehingga enak dipandang, dan tak lupa cerdas pula pintar otaknya sehingga kedua orang tua ku tak perlu takut untuk menyandingkan aku dengan sosok seperti itu, yang tentunya akan bekerja keras untukku. Namun yang terpenting dia tidak sombong, baik dan tidak suka berada di dekat kaum yang bukan makhromnya. Terlalu mulukkah keinginan ku ya ustadzah?

Ustadzah hanya tersenyum melihatku lalu berkata “semoga kamu mendapatkan sosok seperti itu, dan ingat jodohmu adalah cerminan dari dirimu menjadi baik lah dan terus perbaiki akhlakmu nak maka kelak kamu akan bertemu dengannya”. Pesannya padaku.

Dan kini setelah usiaku beranjak dewasa, aku sering lupa terhadap kriteria itu. Karena iman ku yang sering goyah aku pun sering bertemu dengan sosok yang salah. Aku menyadarinya kini, sungguh. Namun yang ku tau mungkin memang ini cara Tuhan mempertemukan aku dengan orang yang salah, agar kelak aku lebih dan lebih menghargaimu serta taat terhadapmu ya kamu imam ku.

Lelah rasanya, aku menyadari apa yang telah aku lakukan itu salah. Malah kini aku takut apabila bertemu sosok seperti mu kelak, karna aku yang pernah salah dalam mencarimu, karna imanku yang sering goyah. Kamu terlalu sempurna bagiku. Masih pantaskah aku bersanding kelak dengan mu? Yang ku harap jalan Tuhan lah yang terbaik, aku hanya ingin berpasrah dan terus berharap semoga Tuhan mempertemukanku dengan laki-laki yang baik, yang mau menerima ku apa adanya, menerima segala kekuranganku, yang mau menuntunku dan menegurku ketika aku salah. Tuhan jagalah dia, jagalah dia pilihanmu yang engkau takdirkan untukku Tuhan, lindungilah dia selalu. Amin

Teruntuk kamu.. Masih mau kah kamu bersamaku? Bersama orang yang telah salah dalam mencarimu, dan kini hanya berharap yang terbaik untukmu selalu. Maafkan akuu sungguh aku meminta maaf padamu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Karena dengan menulis, itu mengingatkan kepada diri kita sendiri.

6 Comments

  1. Zefta Adetya berkata:

    Apakah dia adalah kamu?

  2. Aku bukan berarti Saya

CLOSE