[CERPEN] Teruntuk Gilang Tersayang

keluarga

Teruntuk Gilang tersayang, terima kasih sudah berjuang sejauh ini. Kakak tau ini tak mudah untukmu. Kakak tau rasanya pasti tak nyaman saat semua selang itu harus terpasang di tenggorokan dan sebagian tubuhmu. Kakak juga yakin lelah rasanya terus terbaring tanpa bisa leluasa memindahkan posisi tubuhmu.

Advertisement

Tapi percayalah Gilang, Kakak, mama, Gendis, dan bang Gema akan menjadi yang pertama ada saat kamu pulih nanti. Jangan risaukan apapun adikku sayang, berjuanglah untuk pulih kembali. Kami di sini tidak akan putus menguntai doa terbaik untukmu. Gilang sayang, yang kak Giska bisa lakukan sekarang  hanya menggenggam  tanganmu di tempat tidur. Tapi saat sembuh nanti, ayo kita makan bersama lagi. Ayo kita liburan bersama lagi.

***

Kakak masih ingat betapa kalutnya subuh itu. Firasat kakak berkecamuk ketika handphone berdering. Jam masih menunjukan pukul 01.45. Namamu terpampang di layar handphone kakak, tapi suara yang terdengar kala panggilan dijawab bukan suaramu Gilang. Suara pria paruh baya yang asing ditelinga kakak. Berbekal informasi dari beliau, kakak bergegas menuju rumah sakit yang disebut.

Advertisement

Sepanjang jalan kakak tidak bisa berfikir jernih. Kakak merasa beruntung bersuamikan bang Bima yang terus menenangkan tangisan kakak yang semakin pecah kala melihat kondisimu yang tak sadarkan diri. Kalau tak ada bang Bima, kakak tak tau harus bersandar pada siapa.

Mama masih menginap di rumah tante dan baru pulang besok. Gendis juga sudah tidak pulang berbulan bulan sejak merantau ke Jakarta tahun lalu. Bang Gema pun kini tinggal di kota lain semenjak menikah dan memiliki anak. Kaki kakak rasanya lunglai ketika dokter mendiagnosamu gegar otak berat

Advertisement

Setelah sedikit tenang, kakak sempat berbincang tentang kronologi kecelakaanmu dengan si bapak penolong baik hati. Beliau bercerita, mobil pick up yang dikendarainya tepat berada dibelakangmu. Beliau sempat melihatmu oleng setelah menghindari lubang di jalan beraspal hingga akhirnya terjatuh. Tubuhmu terpental cukup jauh hingga membuatmu kejang-kejang.

Dengan panik, beliau pun mengantarmu menuju rumah sakit terdekat. Keberuntunganmu tak berhenti sampai di situ, Gilang. Tiga hari setelah kecelakaan tunggal yang kamu alami, kakak didatangi seseorang yang mengaku sebagai agen asuransimu. Dia mendengar kabarmu dari salah seorang teman yang sudah menjengukmu.

Kakak paham betul adik bungsu kakak ini sedari dulu paling anti yang namanya asuransi. Tapi kamu seolah tau ini akan terjadi dan mulai membeli polis asuransi sejak dua bulan lalu. Adik kakak yang baik, kakak sangat bersyukur banyak sekali orang yang peduli dan menyayangimu.

"Mba Giska, nggak perlu pusingkan masalah biaya rumah sakit Gilang. Jumlah pertanggungan yang akan dibayar pihak asuransi cukup besar  dan akan saya bantu pengurusannya. Gilang orang yang sangat baik dan saya akan membantu semaksimal mungkin." Kakak tak tau harus senang atau sedih. Yang ada dipikiran kakak hanya kesembuhanmu Gilang.

***

Genap sudah satu minggu kamu koma. Gendis pun mengambil cuti kerja demi menemanimu si bungsu. Kami semua sekarang berkumpul di sini menjagamu. Bang Gema juga rela seminggu dua kali bolak-balik keluar kota demi terus memantau kondisi adik kesayangannya.

Sore itu sepulang kerja seperti biasa kakak langsung menyambangi kamar rawat inapmu. Raut wajah mama dan Gendis begitu sumringah. Lelah kakak berganti dengan senyuman mengembang ketika kamu menatap kakak. Meskipun hanya mata kananmu yang terbuka, tapi kakak lega luar biasa kamu sudah terbangun dari koma.

Hari-hari terus berlanjut dibarengi dengan kepulihanmu sedikit demi sedikit. Mulutmu memang belum mampu berucap, tak apa Gilang pelan-pelan saja kami semua sabar menanti. Dokter pun takjub karena kemajuanmu cukup pesat. Satu demi satu selang akhirnya dilepas dari tenggorokan dan hidungmu karena kondisimu kian stabil.

"Gilang, ayo belajar ya. Kalau nggak, coba geleng. Kalau iya, Gilang ngangguk ya." ucapan dokter pun kamu jawab dengan anggukan pasti. Dokter pun semakin yakin dengan kemauan sembuhmu yang besar. Kakak, mama dan Gendis tersenyum bahagia.

"Sekarang coba Gilang acungkan jempol. Ayo Gilang pasti bisa." Kakak bisa melihat tangan kirimu bergetar sampai akhirnya kamu mengangkat jempol sebagai simbol okeSeisi ruangan tertawa bahagia. Mungkin bagi sebagian orang ini hal kecil yang biasa tapi bagi kakak ini hal yang luar biasa.

                                                                                       ***

Hari ini bang Gema datang lagi menjengukmu. Lalu tiba-tiba kakimu terus menendang-nendang memberi isyarat.

"Kenapa Gilang? Ada yang sakit?" kamu menggeleng. Kakak dan Gendis terus menebak tapi responmu terus menggeleng. Hingga bang Gema berinisiatif membuka selimutmu.

"Gilang poop ya?" tanya bang Gema. Kamu pun langsung mengangguk dua kali. Dengan cekatan bang Gema membuka popok yang terpasang.

"Waduuhh , bauk banget poopmu Lang!!" Canda bang Gema seraya menutup hidungnya. Tiba-tiba senyum langsung mengembang diwajahmu. Sudah lama kakak tidak melihat itu. Kami semua tertawa lepas sambil terus berkelakar. Responmu kian hari semakin meyakinkan kami bahwa kamu akan segera pulih seperti dulu lagi.

Teruntukmu Gilang tersayang, kakak tau ini pasti butuh waktu. Namun, seberapa lama pun itu, kami semua tidak akan perna menyerah. Kami akan terus menunggu. Ayo berjuang adikku sayang, kamu pasti akan sembuh. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

CLOSE