Teruntuk Kamu yang Terlambat Aku Raih, Semoga Semesta Memberikan yang Terbaik untuk Kita

Sudikah kamu kuberi tahu sedikit tentangku? Tentang aku dua tahun lalu, aku setahun lalu, dan aku pada tahun ini

Percayakah engkau jika kukatakan aku di tahun ini lebih banyak memikirkan tentangmu? Aku lebih banyak berandai bersamamu, lebih intens memikirkan bagaimana kehidupan masa depanku jika bersamamu?

Advertisement

Tidak?

Baiklah. Itu semua bohong.

Kamu tahun ini akan mengatakannya dengan gamblang!

Advertisement

Karena kamu mengenalku dengan baik. Aku si tukang pembohong ini hanyalah sampah. Berkata sesuka hati, menyakitimu, menyingkirkanmu, membentakmu, tiba-tiba semua terlintas di benakku tentang semua yang pernah kulakukan dua tahun ini padamu.

Aku dua tahun lalu, menyukaimu tanpa sadar. Kala itu aku merasa nyaman denganmu. Aku merasa cocok mengobrol denganmu. Aku merasa aku dapat mengungkapkan banyak hal tentangku padamu. Kamu selalu menerimaku. Membalas semua pesanku secepat yang kamu bisa. Aku yang dua tahun lalu terluka oleh orang lain, kamu sembuhkan tanpa bekas.

Advertisement

Namun ketika luka itu telah memudar dengan sempurna dan kamu mulai membahas sesuatu yang berbeda, entah mengapa saat itu aku tak lagi melihatmu sama seperti sebelumnya. Aku sendiri tak mengerti mengapa semua berubah 180 derajat.

Sejak itu entah mengapa aku mulai membencimu, menjaga jarak denganmu, tak membalas perasaanmu. Namun masih saja kamu menghubungiku. Jujur, saat itu aku membenci semua hal tentangmu.

Hanya saja berganti bulan pun kamu tak juga menunjukkan tanda-tanda kebencian padaku. Setahun lalu, aku masih saja risih denganmu. Namun kamu masih jua tak pergi, meski aku selalu mencoba mengusirmu dari hidupku. Sedangkan tahun lalu adalah salah satu tahun terberat dalam hidupku. Berbulan-bulan aku merasakannya, aku tak baik-baik saja. Saat itu yang kurasakan hanyalah kebencian kepada semua orang, tak terkecuali dirimu.

Saat itu rasanya gelap. Aku tak tahu harus melabuhkan resahku pada siapa. Aku hanya sendiri.

Tak mungkin kuceritakan padamu tentang resahku saat itu. Aku merasa malu. Aku tak pantas mendapatkan perhatian darimu. Namun di sisi lain hatiku merasa kamu akan tertawa jauh disana mendengarkan masalahku. Aku bungkam.

Saat semuanya mulai kembali seperti semula, di tahun ini, aku mulai memikirkan sesuatu. Aku mulai menyadari segala kekuranganku. Aku rasa yang paling kubutuhkan sebenarnya hanyalah seseorang yang dapat menerima segala kekuranganku, dan aku pun akan melakukan hal yang sama.

Seketika orang pertama yang kuingat adalah kamu. Kamu yang dua tahun ini kukenal. Kamu yang jarang kutemui. Hanya kamu.

Kucoba untuk memperbaiki hubungan kita yang renggang. Namun semua tak selalu berujung baik. Aku dan kamu, seperti batu membentur batu. Aku masih dengan keras kepalaku, dan kamu yang entah sejak kapan menjadi lebih keras kepala kepadaku.

Aku rasa aku sama sekali tak cukup berusaha. Kukatakan aku tak pernah melakukan usaha apapun yang berarti. Untuk membuatmu sadar. Untuk membuatmu mengerti, bahwa aku mulai melihatmu, bahwa aku mulai menyadari perasaanku, bahwa aku ingin kamu tahu itu.

Hingga malam itu, aku menanyakan sesuatu yang membuatku sangat menyesal melakukannya.

Karena jawabanmu saat itu membuatku…

Sakit.

Kamu bertemu orang lain?

Aku merasa ditinggalkan, rasanya sesak. Saat itu juga aku mulai menyadari banyak hal. Segala kesalahanku. Aku selalu melakukan kesalahan yang sama dan terus berulang.

Andai dua tahun lalu aku memberimu kesempatan. Andai dua tahun lalu setidaknya aku mencoba…

Rasanya antusiasku di hari itu jatuh tiba-tiba hanya karena beberapa penggal kata.

Sejak malam itu aku tak bisa berhenti menyesali semuanya.

Aku tak mau kamu bahagia dengan orang lain. Aku mau kamu bersamaku saat ini. Aku mau kamu tetap menjadi kamu yang dua tahun lalu menyukaiku.

Aku ingin semuanya kembali seperti dua tahun lalu lalu, kecuali diriku, yang bisa menerimamu sejak awal. Bolehkah aku setidaknya berharap seperti itu?

Namun sekarang, setelah semuanya terasa jelas, aku akan berhenti. Selagi logikaku mendominasi, aku akan mendoakan yang terbaik untukmu. Dan aku rasa ini semua adalah final bagiku. Aku takkan mengharapkanmu lagi.

Terima kasih dan maaf.

Aku dan kamu. Kita tak lagi sama. Tak akan kembali seperti semula.

Lupakan tentang aku dua tahun lalu, aku setahun lalu, dan aku pada tahun ini. Jika kamu melakukannya dengan mudah, maka aku pun akan melakukan hal yang sama.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mencoba merubah mood negatif dengan menulis, siapa tau berakhir positif dan menguntungkan ~~

CLOSE