Teruntuk Wanita yang Dulu Pernah Berangan-angan Tentang Masa Depan Bersamaku Tetapi Sekarang Memilih Orang Lain Untuk Melanjutkan Cita-citanya

Sore ini, mendung menyelimuti kota ini, kota tempat bertemunya Aku dan Kamu, akan tetapi mendung ini beda dengan mendung sebelum-sebelumnya, kali ini mendung terasa mencekam, lebih gelap dan lebih hitam dari biasanya. Saat itu kamu datang dengan wajah murung, aku tau kalau pasti ada hal yang buruk telah terjadi dalam dirimu, benar saja dengan dugaanku. Yah, tentu saja, karena aku bersamamu sudah dua tahun lebih. Dan ternyata hal buruk itu adalah “kamu memutuskanku”, aku hanya diam mendegarkan kata-katamu, yang kau bilang kalau kita sudah tidak cocok-lah, bosan-lah, kita tak ada kemajuan-lah dan katamu aku tak bertanggung jawab. Aku pikir memang kita sering bertengkar akhir-akhir ini, tapi bukannya setiap kita bertengkar pasti ada solusinya ? Kita sudah dua tahun loh.”Kalaupun bosan, ya memang kita pasti bosan, karena kita sudah dua tahun, tapi masa nanti saat kita menikah, setelah kita merasa bosan lantas kita cerai ? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berdatangan, hingga akhirnya aku menyerah pada diriku sendiri.

“Ah…persetan denganmu”

Ternyata, hari berganti hari telah terlalui dengan kegalauan yang menjadi-jadi, hujan yang dulu kita lewati bersama sekarang tinggallah aku sendiri yang mengutuk hujan, shit¸kenapa hujan selalu membangkitkan kenangan ? Akhirnya ada seorang temanku yang memberitahuku bahwa ternyata “Kau sudah dipinang”, seketika hujan gerimis di depanku menjadi badai yang mengamuk di jantungku.

“Ohhhh…..ternyata begitu”

Gumanku dalam hati mencoba mengikhlaskan apa yang sedan terjadi saat ini, membiarkan jemariku ini mengetik beberapa kata di secarik surat ini agar kau paham dengan keadaan hatiku saat ini.

“Sayang (masih bolehkah aku menyebutmu sayang untuk saat ini saja), aku bukan sengaja tidak mau meminangmu saat ini juga, bahkan aku berjanji akan meminangmu suatu saat nanti, kau pasti kaget kan saat aku bilang 'suatu saat nanti', yah. Aku tau, aku belum ada modal jika dibanding dengan lelaki yang telah meminangmu, mungkin dia lebih berkecukupan ekonomi bahkan juga agamanya. Sesungguhnya saat ini aku sedang mencari kerja yang halal, mencari ilmu agama yang tinggi. Kau tau kenapa ? Aku tidak ingin ayahmu memasrahkan putrinya yang dididiknya sampai secantik kamu berada ditangan yang salah. Aku sebagai laki-laki juga mempunyai egoisme yang tinggi, aku sadar itu. Karena aku tau jika nanti kita telah membina rumah tangga dan kamu menjadi akuntan sekaligus managerku pastilah aku yang wajib untuk mencari nafkah dan pastinya aku juga yang menjadi imam dimasa depanmu.

Aku juga pasti tau dengan kata-kata mujarab peremuan tentang “Yang bilang sayang akan kalah dengan yang mau meminang” aku sangat paham kok. Tapi aku juga tak mau langsung meminangmu dengan keadaanku yang seperti ini, aku masih malu dengan ayah ibumu, aku tidak mau kau yang awalnya serba berkecukupan akhirnya mendapatkanku lantas kau akan bersusah-susah. Aku juga tau kau pasti akan menyangkalnya “Kita bisa hidup dari nol kok, aku mau bersusah-sudah denganmu”. Tapi aku tidak bisa sayang, aku masih mau melihatmu hidup berkecukupan jika hidup denganku. Dan jika kau mempertanyakan “Apa kamu tidak mencintaiku ? Apa kamu tidak berani bertemu ayah untuk melamarku?”, untuk saat ini aku hanya ingin bilang aku sangat mencintaimu, akan tetapi aku masih belum mau bertemu ayahmu, aku masih kerdil sayang. Aku tau kok, kamu bukan orang yang matre, yang hanya memandang semua sisi dengan uang, hanya saja aku juga paham kenapa kau lakukan ini, ini semua juga untuk lelakimu, untukmu dan untuk keluarga kecilmu kelak. Kamu ingin memastikan kalau semua anggota keluargamu baik-baik saja, tak kekurangan sandang, pangan maupun papan.

Sayang, bukan berati semua laki-laki yang tidak mau cepat-cepat melamar adalah orang yang tak bertanggung jawab. Masih ada kok karena kita kaum laki-laki belum sanggup untuk membahagikan wanitanya, dan kami tidak mau mengecewakan kalian, dan kami terus berusaha agar nantinya saat kami melamar kalian para wanita kami, kami tidak ragu untuk mengucapkan janji pada ayah kalian. Inggatlah bahwa aku menuliskan ini karena aku menyayangimu setulusnya, dan untuk menyayangimu aku juga harus mengikhlaskanmu agar berbahagia walapun dengan orang lain, karena keputusanku untuk menunda melamarmu juga agar kamu berbahagia nantinya, tapi karena adat kita yang berbicara “Bahwa tidak ada perjaka tua dan ada perawan tua”, maka kau mau dilamar oleh orang lain. Yah. Aku tau itu.

Selamat berbahagia wanitaku, semoga hubungan kalian direstui Tuhan dan diaminkan semesta, do’akan aku segera menyusulmu, dan terimakasih untuk waktu yang pernah kamu berikan padaku. hanya satu pintaku dan ini untuk terakhir kalinya, yaitu , jangan mengundangku di pesta pernikahanmu ya, cukup sampai disini saja.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

8 Comments

  1. Dede Nuryanto berkata:

    Sabar menghadapi takdir