Tidakkah Kamu Bahagia Bersamaku?

Aku berusaha menarik nafas panjang. Sejauh ini hanya itu yang bisa aku lakukan untuk membantuku membuang pikiran-pikiran tentang kamu yang begitu menyesakkan.

Advertisement

Ada banyak hal yang terus menari-nari dipikiranku. Hal yang entah benar entah salah, tapi tak pernah kucari tau kebenarannya. Bukan karena tidak ingin tau, tapi karena semakin aku mencari tau yang ada rasa sesak itu semakin memuncak.

Pernah aku berpikir untuk menceritakan semuanya padamu. Pernah aku berpikir untuk meminta penjelasan darimu tentang semua hal yang selalu menjadi pertanyaanku. Tapi itu tidak mudah. Rasanya setiap kalimat itu tertahan ditenggorokan.

Ini bukan lelucon. Dan apa yang telah kita jalani selama 18 bulan terakhir bukan mimpi. Aku mencintai kamu, mungkin begitu kurang lebihnya. Aku ingin hidup bersamamu, hari ini, besok, lusa, sampai rambut hitamku menjadi putih dan kulitku menjadi keriput.

Advertisement

Begitukah kamu?

Ragu. Ya, sampai detik ini aku masih ragu.

Advertisement

Ragu tentang perasaanmu, dan ragu tentang kesetiaanmu.

Bukan tanpa alasan. Aku sedikit tidak setuju dengan caramu. Kamu tidak mengijinkan aku mengenal duniamu lebih jauh. Kamu seperti membagun tembok tinggi yang menjadi pembatas antara aku dan duniamu. Bukan berarti aku ingin mengambil alih semuanya, bukan berarti aku ingin menguasai sepenuhnya dirimu. Tapi setidaknya ada satu hal yang mengganggu pikiranku, hal yang sepertinya memang menjadi idaman setiap wanita.

Tidakkah kamu bahagia bersamaku? Tidakkah kamu ingin duniamu tau bahwa aku milikmu? Mengapa sepertinya semua terkesan begitu disembunyikan? Kamu tau bagaimana rasanya saat aku berada ditengah duniamu, tapi saat aku memperkenalkan diri ternyata tidak ada satupun yang tau bahwa aku adalah wanitamu?

Mungkin itu hal sepele, tapi memiliki makna yang dalam.

Sepertinya terlalu banyak privasi. Ruang gerakku begitu terbatas.

Kamu tau bagaimana rasanya setiap kali aku mendengar kamu terbaring sakit, tapi sedikitpun aku tidak pernah punya nyali untuk sekedar datang menjenguk? Bukan karena tidak mau, tapi karena aku malu! Bagaimana jika saat aku tiba-tiba datang kerumahmu, kemudian melihat pandangan heran dari orang-orang dirumahmu ketika tidak ada satupun diantara mereka yang mengenalku?

Sekedar membayangkannya saja aku tidak sanggup.

Lalu aku harus bagaimana? Bertahan seperti ini?

Sampai kapan?

Aku wanita biasa, aku juga punya banyak harapan. Aku ingin semua berjalan normal.

Mohon, mengertilah.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mrs. Simple

CLOSE