Tradisi Berburu Paus Turun Temurun Masyarakat Lamalera (NTT)

Keunikan Masyarakat Lamalera

Lamalera, sebuah wilayah kecil yang terletak di pesisir Pulau Lembata NTT yang hanya meliputi beberapa dusun dan pantai, yang memiliki adat sangat unik dan telah menyebar hingga ke dunia Internasional. Adat tersebut yaitu berburu paus yang merupakan adat yang turun-temurun diwariskan oleh nenek moyang penduduk Lamalera.

Lebih uniknya lagi, masyarakat Lamalera hanya mengkhusukan perburuannya untuk memburu ikan yang berukuran besar saja, seperti paus, pari, lumba-lumba, duyung, dan hiu. Perburuan ikan ini terjadi karena kondisi alam di Lamalera yang tandus dan berbatu, sehingga menjadikan laut sebagai satu-satunya tumpuan hidup. Dan kegiatan itu hanya dilakukan pada waktu musim berburu saja.

Di luar musim berburu, masayarakat di sana akan menganggur atau hanya bekerja di ladang yang kurang subur, khususnya kaum pria. Selain itu, kaum pria di sana juga membuat kerajinan tangan berupa miniatur perahu pledang (Tulatena), kerajinan dari tulang paus (Tulakila), maupun membuat kerajinan berupa anyaman dari daun lontar.

Sementara itu untuk kaum wanita, mereka menenun tenunan dengan corak khas Lamalema yang berciri gambar paus, pledang, atau ritual adat di sana.

Menurut sejarah dan informasi yang didapatkan, adat perburuan paus di Lamalera, Kabupaten  Lembata, NTT, sudah dimulai sejak abad ke-16. Masyarakat Lamalera melakukan perburuan paus pada musim laut tenang atau disebut oleh masyarakat di sana dengan sebutan musim Lefanua.

Sebelum pergi berburu masyarakat di sana akan melaksanakan Tabunamafata, yaitu upacara adat sebelum berburu, yang bertujuan untuk membersihkan diri dan saling memaafkan satu sama lain sebelum pergi berburu. Selain itu, mereka juga memohon izin para leluhur agar mendapatkan hasil tangkapan yang melimpah.

Namun tidak semua jenis paus boleh diburu, hanya jenis paus sperma saja boleh diburu karena jumlahnya yang lebih banyak dan tidak dilindungi saja. Namun, juga tidak semua paus sperma boleh diburu, untuk paus yang sedang hamil atau paus yang baru saja melahirkan tidak boleh diburu. Hal ini juga merupakan aturan turun-temurun yang telah mereka terapkan untuk menjaga kelestarian paus sperma.

Dan cara dalam menangkap paus, mereka menggunakan cara tradisional yang telah ada, bukan dengan peralatan modern yang dapat merusak habitat dan membunuh paus secara kejam. Dan hal yang paling menarik, perburuan paus yang dilakukan di Lamalera tidak digunakan untuk tujuan komersil seorang, melainkan untuk dibagi-bagikan kepada masyarakat yang ada.

Pembagian daging paus hasil buruan ini juga merupakan tradisi turun-temurun yang harus ditaati oleh semua masyarakat, sehingga dapat dipastikan tidak akan terjadi rebutan saat daging paus dipotong dan bagikan.

Mereka memanfaatkan di setiap bagian ikan paus, seperti minyaknya untuk bahan bakar lentera untuk penerangan, mengeringkan dagingnya untuk ditukarkan dengan komoditas lain, menjadikan tulangnya sebagai bahan utama kerajinan tangan, atau dimasak untuk dikonsumsi bersama keluarga.

Sebab itu, masyarakat Lamalera menganggap adat ini layak untuk dilestarikan, karena di dalam tetap mementingkan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi untuk masyarakat di sana. Walaupun masih banyak menuai kritik dari beberapa pihak, adat berburu paus masyarakat Lamalera tetap diberi izin oleh lembaga konservasi dan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Bahkan, adat ini juga diakui oleh dunia Internasional.

Sangat menariknya lagi, adat berburu paus ini merupakan cara masyarakat Lamalera untuk menyambung hidup, bukan untuk kebutuhan komersil (subsistence economy). Dan jika dilihat secara kultural, hal ini menyangkut eksistensi masyarakat Lamalera secara turun-temurun.

Proses penangkapan paus ini juga berpotensi menjadi daya tarik tersendiri untuk pariwisata di NTT yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Lamalera. Dan juga dapat meningkatan kunjungan wisatawan asing ke Indonesia.

Perburuan paus sebagai bentuk kearifan lokal masyarakat Lamalera ini menjadi modal penting bagi masyarakat Lamalera untuk melangsungkan hidup mereka. Dengan kondisi lingkungan yang tandus dan keterasingan dari dunia luar menjadi bagian deprivation trap masyarakat Lamalera, yang menyebabkan mereka berada di bawah garis kemiskinan.

Oleh sebab itu, tradisi berburu paus ini memiliki makna yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat Lamalera. Tradisi berburu paus merupakan salah satu upaya masyarakat Lamalera untuk mempertahankan kehidupan mereka di tengah kondisi lingkungan yang kurang mendukung untuk menggantungkan hidup di sektor lain sambil melestarikan kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun.

Sejatinya, kearifan lokal memang merupakan nilai asli dari adat masyarakat yang pasti memiliki begitu banyak makna dan manfaat baik secara eksplisit maupun implisit terhadap kehidupan mereka.

Yang terpenting adalah tetap menjaga tradisi ini agar tetap lestari sambil berupaya mengembangkan masyarakat sesuai dengan kondisi dan potensi yang ada tanpa merusak lingkungan. Baca juga artikel menarik lainnya di nurdian.com untuk mendapatkan wawasan yang lebih luas.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis