Ungkapan Terakhir yang Terucap, Kini Menjadi Pertanda Bahwa Perasaan Untukmu Harus Segera Lenyap

Kuungkapkan kembali perihal isi hati yang melekat hingga bertahun lamanya. Nyatanya meski aku menjalin hubungan dengan yang lain, hatiku masih ingin pulang menuju dirimu. Walau sebenarnya kamu bukanlah rumah.

Advertisement

Jahat memang. Aku menjadikan orang lain pelampiasan dengan asumsi bahwa perasaan ini akan segera hilang.


Mana tahu aku berhasil melupakan perasaanku padamu.


Namun pada akhirnya, aku kembali gagal mengubah nasibku yang kubenci.

Advertisement

Entah mengapa aku begitu tak ingin kehilanganmu. Meski aku tak tahu apa yang ada di benakmu tentang diriku. Yang kutahu, suatu saat nanti kamu akan mencintai orang lain yang bukan aku. Kamu akan pulang pada wanita yang tentunya memiliki banyak hal yang mungkin menurutmu tak mampu kuberi.

Tak apa. Semua orang berhak memilih. Sepertiku yang memilih untuk membiarkan perasaan ini mengalir meski tahu bagaimana akhir dari ujung jalan cerita ini.

Advertisement

Rasanya ingin kukatakan bilang padaku jika kamu memiliki rencana untuk membalas perasaanku.

Namun tak pernah kulakukan. Ketika kutahu bahwa memang takkan ada ruang di hatimu untukku, kuputuskan untuk mengungkapnya lagi dan berharap rasa ini akan segera hilang. Karena akan ada calon penghuni lain yang kamu harap ia segera datang.

Ia cantik. Sangat baik. Dan tentunya, aku kalah.

Ya … aku memang akan selalu kalah. Aku takkan bisa menggapaimu. Sekali lagi kutegaskan kamu adalah Mentari. Sementara aku adalah Bumi. Aku hanya menjadi salah satunya dari sekian banyak planet yang menjadi terang karenamu.

Kurasa cukup bagiku untuk berlari terus menghindarimu yang tak pernah melangkah menuju diriku. Kuputuskan untuk menghilang sementara agar hati dan kedua bola mataku bisa berjalan seirama. Yaitu menatapmu hanya sebagai sahabat.

Terima kasih karena kamu tak pernah merasa terganggu denganku yang menyuarakan hatiku. Bohong bila kukatakan aku tidak berharap agar kamu bisa menjadi milikku. Namun kini aku mengerti. Dan dengan hanya bisa berjalan di sampingmu, mendengar tawamu, memberimu pelukan semu, aku bersyukur akan itu semua.

Aku bersyukur dan turut berbahagia bila akhirnya nanti ada sosok yang menurutmu tepat untukmu. Seseorang yang selama ini selalu kamu nantikan untuk menjadi orang pertama yang menjadi pasanganmu.

Dan ternyata … aku tak bisa ada di posisi itu, ya?

Tak apa. Hanya saja, karena aku memutuskan untuk berusaha mengakhiri perasaanku padamu, pada akhirnya aku menyadari suatu hal.

Aku begitu mencintaimu. Setelah berulang-kali aku menyangkal suara hatiku sendiri, ternyata hati ini begitu mencintaimu. 

Mungkin rasanya takkan sesulit ini untuk melupa bila aku tidak jatuh hati terlalu dalam padamu. Tiga tahun lamanya. Atau suatu hari justru akan menjadi dekade? Entahlah.

Tak bisa kujelaskan mengapa. Karena dahulu aku pun mengira ini hanya perasaan sementara. Nyatanya ini berlangsung lama hingga aku sendiri tak tahu sampai kapan akan terus begini.

Semoga ini tak membebanimu. Terima kasih, ya. Di mataku kamu selalu terlihat bersinar. Sinari ia yang nanti akan menjadi milikmu, ya.

Jujur, aku tak tahu sampai kapan rasa ini bertahan. Aku hanya akan membiarkan perasaan ini mengalir tanpa menyangkalnya lagi. Membiarkan perasaan ini berkalut walau sendirian. Hingga pada akhirnya aku mampu memberi obat penawar rasa di hatiku terhadapmu.

Tentu harapan ini aku yang membangunnya sendiri. Padahal kamu hanya manusia yang mencoba bersikap baik pada siapapun.

Aku sedang berusaha untuk bisa melihatmu hanya sebagai sahabat baik. Tak lebih dari itu. Terima kasih karena kamu masih akan menerimaku untuk menjalin pertemanan denganku.

Tentu. Untuk berada di sampingmu, aku tak pernah ingin memaksa agar aku bisa memilikimu. Karena perasaan ini benar-benar tulus dan murni apa adanya. Walau pada akhirnya aku tak mampu berbuat apa-apa ketika hatimu memilih dan menjadi milik yang lain.

Ada satu kutipan yang kusuka dari film kesukaanku. Yaitu Perahu Kertas chapter 2. Kusarankan kamu harus menontonnya karena pertemanan ini seolah tergambarkan di sana.


Cinta itu dipilih. Bukan memilih.


Sesuatu yang disebut sebagai cinta adalah ketika seseorang hidup bersama orang lain yang telah memilih dirinya. Ia dipilih untuk melengkapi hidup orang lain. Hati yang memilihnya adalah yang benar-benar mencintainya.

Yang terjadi diantara aku dan kamu mengenai hal itu, hanya ada pada sisiku. Kecuali bila semesta mengukir alur cerita lain. Namun kurasa itu takkan mungkin.

Kamu bilang, kamu tahu rasanya seperti apa. Maka, apa yang akan kamu lakukan?

Semoga aku masih bisa bertemu denganmu lagi.


Kubahagia kau telah terlahir di dunia. Dan kau ada di antara milyaran manusia. Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu.

-Perahu Kertas


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Berdarah Sunda & Betawi, berzodiak Leo, kurang lebih karakternya seperti Dorry di film Finding Dorry.

CLOSE